Kemlu RI Minta 340 WNI di Sri Lanka Tak Ikut Unjuk Rasa

Judha Nugraha mengatakan bahwa pihaknya terus menjalin komunikasi dengan perwakilannya di KBRI Kolombo untuk memantau WNI.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Jul 2022, 18:00 WIB
Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menyerbu kompleks kantor perdana menteri Ranil Wickremesinghe, menuntut dia mengundurkan diri setelah presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu di tengah krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (13/7/2022). (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Liputan6.com, Kolombo - Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia Judha Nugraha memastikan bahwa WNI di Sri Lanka dalam kondisi aman.

Judha Nugraha mengatakan bahwa pihaknya terus menjalin komunikasi dengan perwakilannya di KBRI Kolombo.

"9 Juli lalu, terjadi unjuk rasa di Sri Lanka, istana presiden diserbu. Ada korban luka, tidak ada info korban WNI yang terlibat dalam aksi unjuk rasa," ujar Judha Nugraha dalam press briefing secara virtual Kemlu RI, Kamis (14/7/2022).

"KBRI Kolombo mencatat ada 340 WNI di Sri Lanka dan adalah mayoristas adalah pekerja migran dan bekerja di sektor wisata. Semuanya alhamdulillah dalam kondisi baik dan termonitor oleh KBRI."

Judha menekankan, berbagai langkah-langkah telah dilakukan oleh KBRI Kolombo dan otoritas. KBRI juga melakukan meeting koordinasi untuk memastikan kondisi WNI.

"Kami juga menjalin komunikasi dengan pihak pemberi kerja sehingga hak-hak pekerja tetap terpenuhi."

"KBRI juga telah menyampaikan bantuan logistik pada WNI kita yang paling terdampak."

"Kemudian ada imbauan para WNI kita agar membatasi aktivitas di laur rumah dan mengindari kerumunan massa."

Presiden Sri Lanka Kabur ke Maldives Tuai Protes

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menghadapi protes di Maldives (Maladewa) pada Rabu 13 Juli 2022, setelah diketahui kabur dari negaranya yang bangkrut. Puluhan warga Sri Lanka di tempat itu mendesak pemerintah Male untuk tidak memberinya tempat berlindung.

Ekspatriat Sri Lanka itu membawa bendera dan plakat mencela Rajapaksa, yang melarikan diri dari negaranya Rabu pagi setelah pengunjuk rasa menyerbu kediamannya di Kolombo pada akhir pekan karena krisis ekonomi yang memburuk di negara Asia Selatan itu.

"Teman-teman Maladewa yang terhormat, mohon desak pemerintah Anda untuk tidak melindungi para penjahat," begitu tulisan pada spanduk hitam putih yang dipegang oleh orang-orang Sri Lanka yang bekerja di ibu kota kecil pulau itu seperti dikutip dari AFP, Kamis (14/7/2022).

Media lokal memuat video warga yang meneriakkan penghinaan terhadap Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa saat dia berjalan keluar dari bandara Internasional Velana setelah kedatangannya dengan pesawat militer.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Presiden Sri Lanka Tinggal di Resor Eksklusif

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. (AP Photo/Eranga Jayawardena, File)

Laporan lokal menunjukkan bahwa Rajapaksa tinggal di sebuah resor eksklusif dan akan berangkat ke Uni Emirat Arab atau Singapura pada Rabu malam.

"Dia akan diasingkan di salah satu dari dua lokasi itu," kata seorang sumber keamanan Sri Lanka di Kolombo. "Memastikan keamanan akan menjadi tantangan karena ada komunitas Sri Lanka di keduanya."

Oposisi utama Partai Progresif Maladewa menentang pemberian jalan bebas hambatan kepada Rajapaksa, yang menghadapi beberapa kasus pengadilan, termasuk tuduhan kejahatan perang.

"Kami mengkhianati teman-teman kami di Sri Lanka dengan menerima Rajapaksa, sosok yang dibenci di negara itu," kata seorang pemimpin PPM kepada AFP.

Kedua negara memiliki hubungan dekat dan komunitas Maladewa yang cukup besar tinggal di negara kepulauan yang lebih besar, sementara sejumlah besar orang Sri Lanka bekerja di bidang pendidikan, kesehatan, dan perhotelan di Maladewa.


Sri Lanka Tetapkan Status Darurat dan Jam Malam

Tentara Sri Lanka terjebak dalam asap dengan pengunjuk rasa menyerbu kompleks kantor perdana menteri Ranil Wickremesinghe di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (13/7/2022). Presiden Sri Lanka melarikan diri dari negara itu, beberapa jam sebelum dia berjanji untuk mengundurkan diri di bawah tekanan dari pengunjuk rasa yang marah. (AP Photo/Rafiq Maqbool)

Sri Lanka yang dilanda krisis mengumumkan keadaan darurat nasional yang tidak terbatas pada Rabu 13 Juli 2022, beberapa jam setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu, kata kantor perdana menteri.

Presiden Gotabaya Rajapaksa dilaporkan berada di Maldives (Maladewa) setelah melarikan diri dari Sri Lanka Selasa tengah malam.

"Sejak presiden berada di luar negeri, keadaan darurat telah diumumkan untuk menangani situasi di negara ini," kata Dinouk Colombage, juru bicara Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, kepada AFP.

Polisi mengatakan mereka juga memberlakukan jam malam tanpa batas di seluruh Provinsi Barat, yang meliputi ibu kota Kolombo, untuk menahan protes yang berkembang setelah Rajapaksa terbang ke Maladewa dengan pesawat militer.

Ribuan demonstran telah mengerumuni kantor perdana menteri, mendorong polisi menembakkan gas air mata untuk menahan mereka agar tidak menyerbu kompleks itu.

"Ada protes yang sedang berlangsung di luar kantor perdana menteri di Kolombo dan kami membutuhkan jam malam untuk mengatasi situasi ini," kata seorang perwira polisi senior kepada AFP.

Dia mengatakan mereka berada di bawah perintah untuk menindak demonstran yang mengganggu fungsi negara.

Puluhan ribu pria dan wanita menyerbu kediaman resmi Rajapaksa pada hari Sabtu, memaksanya melarikan diri ke pangkalan militer dan kemudian melarikan diri dari negara itu.

Para pejabat mengatakan Presiden Sri Lanka telah berjanji untuk mengundurkan diri pada hari Rabu.


PM Sri Lanka Perintahkan Tentara Lakukan Apapun untuk Pulihkan Ketertiban

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. (AP Photo/Eranga Jayawardena, File)

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe yang kini menjabat sebagai presiden sementara Sri Lanka menyampaikan pidato yang disiarkan televisi, di mana dia mengatakan telah memerintahkan militer untuk "melakukan apa pun yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban".

Dia meminta para pengunjuk rasa yang telah menduduki kantornya dan gedung-gedung negara lainnya untuk meninggalkannya dan bekerja sama dengan pihak berwenang.

"Kita tidak bisa merusak konstitusi kita. Kita tidak bisa membiarkan fasis mengambil alih. Kita harus mengakhiri ancaman fasis terhadap demokrasi ini," tambahnya seperti dikutip dari BBC, Rabu (13/7/2022).

Seorang koresponden BBC di Kolombo mengatakan pernyataan terbaru PM Sri Lanka itu bisa menjadi indikasi bahwa tentara akan menegakkan keamanan di ibu kota.

Para pengunjuk rasa meledak dalam kegembiraan setelah mengambil alih kantor perdana menteri (PM) Sri Lanka. 

Mengutip laporan BBC, demonstran yang telah mengambil alih kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe bersorak kegirangan, berswafoto alias selfie, meneriakkan "Ranil gila, Gota gila" sambil menabuh genderang dan berteriak.

Di balkon lantai dua, tepat di atas papan bertuliskan "Kantor Perdana Menteri", kerumunan pengunjuk rasa mengangkat bendera Sri Lanka tinggi-tinggi.

Mereka gembira berhasil menerobos gerbang dan melalui dinding tentara - semua sambil menahan gas air mata berjam-jam.

Seseorang menyalakan suar di atas balkon. Kerumunan pun meledak dalam sorak-sorai.

Sementara itu, menurut laporan BBC, para pengunjuk rasa lainnya terlihat bersantai di sofa dan berfoto di kantor PM Sri Lanka tersebut.

"Kami berada di dalam gedung, di tempat yang tampak seperti ruang pertemuan di mana dindingnya dilapisi dengan gambar pejabat," tulis BBC.

"Ruangan itu digunakan untuk menjadi tuan rumah pertemuan yang dihadiri oleh pejabat dari seluruh dunia."

Sekarang, di bawah cahaya hangat dari lampu gantung kaca besar, pengunjuk rasa berdiri di kursi dan meja, mengibarkan bendera Sri Lanka, berteriak dan bernyanyi serta meneriakkan "itu yang kami katakan, jangan main-main dengan kami".

Di luar ruangan, sekelompok tentara bersenjata berdiri di dekat mereka, dengan tenang menyaksikan para pengunjuk rasa saat mereka merayakannya pencapaian tersebut.

Pengunjuk rasa lainnya bersantai di sofa, dan mengambil gambar dari banyak foto di dinding, termasuk banyak foto Ratu dan Pangeran Charles.

PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe dilaporkan tidak dalam bahaya, karena ia tak ada di lokasi tersebut saat penyerbuan, menurut laporan wartawan BBC di lokasi kejadian.

Infografis 8 Ledakan Bom Teror Sri Lanka (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya