Liputan6.com, Jakarta - Pembatasan yang diberlakukan karena wabah baru Covid-19 di Makau membuat sejumlah kasino di wilayah itu melihat kerugian yang cukup besar.
Bahkan sebelum penutupan mereka pada 11 Juli 2022, analis memperkirakan kasino-kasino itu menghabiskan kerugian hingga USD 600 juta atau setara Rp. 9 triliun setiap bulan karena pembatasan Covid-19.
Advertisement
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (14/7/2022) kasino di Makau di antaranya Sands China, Wynn Macau, MGM China, Galaxy Entertainment, SJM Holdings dan Melco Resorts akan mencatat nol pendapatan karena pembatasan.
Sayangnya, kontrak operator mereka juga akan berakhir pada akhir tahun ini.
Setelah menginvestasikan dana hingga miliaran di Makau selama dua dekade terakhir, kasino-kasino ini menanggung kerugian saat mereka bersiap untuk menawar lisensi baru.
"Mereka (kasino) harus memainkan permainan yang panjang. Ini hanya masalah pemulihan ketika dimulai lagi," kata Alidad Tash, direktur pelaksana konsultan game 2NT8.
"Bagian yang menyedihkan adalah bahwa ini akan membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisnis kembali ke kondisi semula," bebernya.
Sejak pertengahan Juni 2022, kasino di Makau tidak menerima pendapatan ketika wabah terbaru Covid-19 mulai melanda. Sektor ini memang telah terhuyung-huyung sejak awal pandemi dengan pendapatan anjlok 70 persen pada 2021.
Pada tahun 2019, tepat sebelum pandemi Covid-19 melumpuhkan ekonomi, kasino di Makau mencatat pendapatan senilai USD 36 miliar atau setara Rp. 541,2 triliun.
Saham kasino Makau juga merosot secara dramatis - antara 21 persen dan 76 persen - sejak 2020 karena kota itu mengadopsi kebijakan nol-Covid-19 seperti yang diberlakukan di China.
Lonjakan Kasus Covid-19, Makau Tutup Pusat Bisnis hingga Kasino
Sebelumnya, otoritas Makau telah mengumumkan akan menutup hampir semua bisnis komersial dan industri termasuk kasino selama sepekan kedepan mulai Senin 11/7), merespon lonjakan kasus Covid-19 di pusat perjudian terbesar di dunia.
Di tengah penutupan pusat bisnis, Makau akan tetap membuka toko-toko esensial supermarket dan apotek. Selain itu, hotel juga masih akan dibuka di tengah pembatasan Covid-19.
Pengumuman ini datang ketika Makau melaporkan 71 kasus baru Virus Corona Covid-19 pada Sabtu kemarin (9/7/2022), sehingga totalnya menjadi 1.374 kasus sejak pertengahan Juni 2022.
Menurut otoritas setempat, lebih dari 17.000 orang dikarantina saat ini di Makau.
Otoritas Makau juga telah menambahkan dua hotel di resor kasino populer untuk digunakan sebagai fasilitas medis Covid-19 ketika mereka mencoba meningkatkan kapasitas untuk menangani lonjakan infeksi.
Sejauh ini, lebih dari 90 persen penduduk Makau telah divaksinasi Covid-19 secara penuh atau tiga dosis, tetapi ini adalah pertama kalinya kota itu harus bergulat dengan varian Omicron Covid-19 yang menyebar cepat.
Sementara itu, China, telah memulai pemulihan yang lambat dari guncangan pasokan yang disebabkan oleh lockdown Covid-19 sejak kuartal kedua 2022.
Namun memang usaha pemulihan ekonomi ini masih ada hambatan.
"Saat ini, ekonomi pulih, tetapi fondasinya tidak stabil. Kerja keras diperlukan untuk menstabilkan ekonomi," kata PM China Li Keqiang dikutip dalam pertemuan luring dengan pejabat senior dari kota Shanghai, Guangdong, Fujian, Jiangsu dan Zhejiang.
Advertisement
Dampak Lockdown Covid-19, PDB China Diramal Turun Jadi 4,1 Persen di 2022
Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat menjadi 4,1 persen pada 2022, setelah kebijakan nol-Covid-19 dan lockdown berkepanjangan di Shanghai melumpuhkan ekonomi terbesar kedua di dunia dan memukul rantai pasokan global.
Hal itu diungkapkan dalam survei tertulis oleh Nikkei dan Nikkei Quick News terhadap para ekonom yang berspesialisasi dalam ekonomi China.
Survei yang dilakukan pada Juni 2022 ini menerima tanggapan dari sebanyak 35 ekonom.
Dilansir dari Nikkei Asia, Rabu (13/7/2022) produk domestik bruto China diperkirakan tumbuh hanya 1,1 persen pada periode April-Juni 2022.
Angka itu merupakan perlambatan yang cukup besar, dibandingkan dengan pertumbuhan PDB China 4,8 persen pada kuartal I.
Berdasarkan penyesuaian musiman dan kuartal-ke-kuartal, para ekonom dalam survei tersebut memperkirakan penurunan sekitar 1,4 persen selama April hingga Juni, menandai kontraksi kedua sejak kuartal I 2020, ketika Covid-19 pertama kali merebak di Kota Wuhan.
Kepala ekonom untuk China di HSBC, Jing Liu memperkirakan kenaikan PDB China 1 persen pada periode April-Juni 2022. Hal ini dikarenakan penyebaran Covid-19 yang mempengaruhi produksi dan konsumsi di negara itu.
"Kami memperkirakan pukulan terburuk dari Covid-19 kemungkinan akan terjadi di kuartal II. Data dengan frekuensi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa produksi dan konsumsi telah dipengaruhi oleh penyebaran virus yang lebih luas," kata Jing Liu.
"Baru-baru ini, produksi telah melihat pemulihan yang lebih cepat tetapi konsumsi mungkin berpulih secara bertahap karena ketidakpastian lanjutan seputar penyebaran Covid-19 lebih lanjut dan tekanan pasar tenaga kerja yang meningkat," bebernya.