Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan dengan Menteri Ekonomi Brazil Paulo Guedes secara virtual.
Dalam pertemuan tersebut keduanya membahas agenda prioritas Presidensi G20 penanganan masalah global. Mulai dari ancaman pandemi, dampak perubahan iklim, hingga eskalasi konflik geopolitik yang memicu dampak pada bidang pangan, energi, dan inflasi.
Advertisement
Menteri Ekonomi Brazil Paulo Guedes menyatakan dukungannya terhadap agenda Joint Finance and Health Taskforce (JFHTF) dan Sustainable Finance dalam Presidensi G20 Indonesia. Terkait Sustainable Finance, Brasil memandang perlu memaksimalkan prinsip polluters- pay.
Harapannya mampu memaksimalkan secara nyata kontribusi negara-negara penghasil emisi terbesar dan memberikan penghargaan (reward) kepada negara-negara yang menjaga dan mengawal kelestarian hutan. Sehingga dapat mengakselerasi tercapainya tujuan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission/NZE).
Menanggapi itu, Sri Mulyani menjelaskan untuk mencapai tujuan nir-emisi NDC dan NZE dimaksud, perlu juga melestarikan sumber daya hayati, terutama yang berasal dari hutan. Indonesia juga telah mengambil langkah untuk mengembangkan energi terbarukan secara serius dan menerapkan strategi Mekanisme Transisi Energi yang Adil dan Terjangkau (Just and Affordable Energi Transition Mechanism).
Indonesia dan Brasil Sepakat Geopolitik Rusia-Ukraina Ganggu Pemulihan Ekonomi Dunia
Disisi lain, kedua negara sepakat konflik geopolitik dan berbagai respon kebijakannya memiliki dampak terhadap dunia dan memicu krisis pangan global.
Sri Mulyani menekankan pesan dari Presidensi G20 Indonesia mengenai ajakan deeskalasi tensi geopolitik demi meredam dampak penyebaran (spillover effect) yang telah dirasakan secara global di berbagai bidang, seperti pangan, energi, dan inflasi.
Hal ini semakin mendorong peran penting dari forum kerja sama multilateral seperti forum G20 untuk mengakhiri konflik tersebut.
Undangan Sri Mulyani
Sri Mulyani juga turut mengundang Paulo Guedes untuk hadir dalam salah satu side event FMCBG ketiga, yaitu seminar mengenai Food Insecurity pada 15 Juli 2022.
Diskusi mengenai isuketahanan pangan yang sedang melanda berbagai negara di dunia berpotensi mengarah pada pembentukan tim kerja yang serupa dengan JFHTF, yaitu Joint Finance and Agriculture Taskforce.
Kedua pihak juga mendiskusikan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Menkeu khususnya menyatakan pentingnya diversifikasi mitra dagang di tengah dinamika global yang dapat mengancam hubungan dagang dengan mitra tradisional.
Advertisement
Banyak Dukungan
Dalam pertemuan tersebut Sri Mulyani menyampaikan banyaknya dukungan dari negara-negara di dunia, bahkan di luar negara anggota G20, terhadap pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF).
Tercatat sudah ada komitmen USD 1,1 miliar dari negara-negara pendiri. Khusus Indonesia menyumbangkan USD 50 juta dalam pembentukan FIF.
“Dengan total komitmen kontribusi sebanyak USD1,1 miliar sejauh ini, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk memberikan USD50 juta dalam mendukung pembentukan FIF sebagai upaya antisipatif terhadap dampak risiko pandemi pada masa mendatang”, kata Sri Mulyani dalam pertemuan tersebut, dikutip Kamis, (14/7).
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com