Ramai di Medsos, Ini Cara Bikin Spotify Icebergify

Simak artikel berikut ini untuk mengetahui cara Spotify Icebergify yang kini sedang ramai dibagikan di media sosial.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 14 Jul 2022, 17:24 WIB
Aplikasi Spotify. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Setelah ramai Spotify Pie bulan lalu, pengguna Spotify kembali diramaikan dengan tren baru bernama Icebergify. Sama seperti Spotify Pie, Icebergify merupakan tool analisa untuk mengetahui musik yang sering didengar oleh pengguna.

Namun sesuai namanya, hasil analisa ditampilkan dalam bentuk gunung es. Mengutip informasi dari Mashable, Kamis (14/7/2022), Icebergify akan mengumpulkan daftar 50 artis teratas yang didengarkan pengguna dalam jangka pendek, jangka menengah, serta jangka panjang.

Yang menarik, Icebergify juga akan membandingkan data pengguna dengan data umum yang ada di Spotify. Jadi, musisi yang berada di bagian gunung es merupakan musisi populer yang didengar pengguna, sedangkan gunung es bagian bawah menampilkan musisi kurang terkenal yang didengar pengguna.

Oleh sebab itu, layanan ini akan memperhitungkan pula data lainnya yang ada di Spotify, seperti jumlah streaming, share, save, like, dan follower. Baru kemudian, data tersebut akan diurutkan sesuai dengan popularitasnya.

Sebagai contoh, apabila kamu kerap mendengarkan Ed Sheeran, musisi tersebut akan tampil di bagian atas gunung es, karena ia termasuk musisi yang populer di Spotify.

Sementara musisi lain yang sering didengar pengguna dan dirasa kurang populer akan diletakkan di bagian bawah gunung es.

Serupa Spotify Pie, Icebergify merupakan tool analis pihak ketiga yang dibuat oleh Akshay Raj pada 2022. Nah bagi kamu yang ingin mencoba layanan ini, simak langkah-langkah berikut ini untuk membuat Spotify Icebergify.

  1. Buka laman Spotify Icebergify di https://icebergify.com
  2. Klik Create Yours yang muncul di laman depan
  3. Selanjutnya, kamu akan dialihkan ke laman Spotify untuk login
  4. Setelah login, berikan persetujuan untuk bisa mengakses data Spotify milikmu
  5. Begitu analisa selesai, hasil tersebut akan langsung ditampilkan
  6. Kamu bisa menyimpan atau melakukan screenshot hasil tersebut, lalu membagikannya di media sosial
  7. Apabila kesulitan mengakses laman tersebut, kamu bisa melakukan refresh beberapa kali agar bisa masuk ke situs tersebut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pengguna di Indonesia Kini Bisa Nonton Video Podcast di Spotify

Ilustrasi Spotify. Kredit: StockSnap via Pixabay

Di sisi lain, Spotify resmi mengumumkan fitur baru yang bisa dinikmati para pengguna di Indonesia, yakni Video Podcast. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna menonton video podcast dari para kreator favoritnya.

Untuk diketahui, fitur Video Podcast sendiri sudah rilis pada 2021 di sejumlah negara dan kini Spotify memperluas cakupannya, termasuk ke Indonesia.

Menurut Head of Studios Spotify Southeast Asia, Carl Zuzarte, pihaknya memang terus mencari cara baru untuk menambah pengalaman untuk mendekatan podcaster dengan pendengarnya.

"Dengan diperkenalkannya Video Podcast, Spotify ingin memberikan pengalaman yang lebih menyeluruh kepada penikmat podcast," tutur Carl dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (14/7/2022).

Harapannya, inovasi ini bisa ikut memajukan industri podcast di Indonesia.

Sebagai permulaan, ada beberapa acara podcast populer yang sudah mendukung konten ini, seperti BKR Brothers, Do You See What I See, Rintik Sedu, Teman Tidur, Kita dan Waktu, RAPOT, The Friday Podcast (MAKNA Talks), Suara Puan, Mendoan, dan beberapa acara lainnya.

Spotify pun menyebut ke depannya konten video podcast akan lebih banyak hadir di platformnya. Hal ini seiring dengan kemudahan yang diberikan pada para kreator untuk mengunggah video podcast milik mereka melalui Anchor, platform milik Spotify.


Spotify Bentuk Dewan Penasihat untuk Tangani Disinformasi dan Ujaran Kebencian

Spotify. Sumber: Parentesis.com

Di sisi lain, Spotify baru saja mengumumkan pembentukan Dewan Penasihat Keamanan (Safety Advisory Council), yang memiliki fokus di bidang keamanan dalam platform audio tersebut.

Melalui keterangan di laman resminya, dikutip Selasa (14/6/2022), Spotify mengklaim bahwa dewan semacam ini merupakan yang pertama di perusahaan audio besar.

Anggota pendiri dari dewan ini adalah individu dan organisasi yang memiliki keahlian mendalam di bidang-bidang kunci untuk menavigasi ruang keamanan daring.

"Pada tingkat tinggi, misi dewan adalah membantu Spotify mengembangkan kebijakan dan produknya dengan cara yang aman sambil memastikan kami menghormati ekspresi pembuat konten," tulis Spotify.

Platform streaming audio asal Swedia itu mengungkapkan, anggota dewan nantinya akan memberikan saran ke tim yang bergerak di bidang-bidang utama seperti kebijakan dan pengembangan fitur keselamatan.

Mengutip CNBC, beberapa masalah yang akan mendapatkan masukan misalnya seperti ujaran kebencian, disinformasi, ekstremisme, dan online abuse.

Mereka juga akan memandu pendekatan Spotify, terhadap kesetaraan, dampak, dan penelitian akademis. Meski begitu, anggota dewan ini tidak akan membuat keputusan penegakan hukum tentang konten atau kreator tertentu.

"Namun, masukan mereka akan menginformasikan bagaimana kami membentuk kebijakan tingkat tinggi kami dan proses internal yang diikuti tim kami untuk memastikan bahwa kebijakan diterapkan secara konsisten dan dalam skala besar di seluruh dunia," kata Spotify.


Keanggotaan Bakal Berkembang

Lebih lanjut, perusahaan mengatakan bahwa mengingat produk mereka akan terus bertumbuh dan berkembang, keanggotaan dewan akan ikut berkembang seiring dengan itu.

"Dalam beberapa bulan ke depan, kami akan bekerja sama dengan anggota pendiri untuk memperluas dewan, dengan tujuan memperluas representasi regional dan linguistik serta menambahkan ahli tambahan dalam ruang kesetaraan dan dampak," imbuh Spotify.

Beberapa anggota awal dewan ini adalah Dangerous Speech Project yang diwakili oleh Profesor Susan Benesch dan Tonei Glavinic, serta Center for Democracy and Technology yang diwakili Emma Llansó.

Terdapat juga Profesor Danielle Citron, Dr. Mary Anne Franks, Alex Holmes, Institute for Strategic Dialogue yang diwakili Henry Tuck dan Milo Comerford, Dr. Jonas Kaiser, dan Kinzen yang diwakili oleh pendirinya Mark Little dan Aine Kerr.

Anggota lain adalah Dr. Ronaldo Lemos, Dr. Christer Mattsson, Dr. Tanu Mitra, Desmond Upton Patton, PhD, MSW, Megan Phelps-Roper, dan USC Annenberg Inclusion Initiative yang diwakili Katherine Pieper and Stacy L. Smith. 

(Dam/Isk)


Infografis 4 Cara Atasi Error Aplikasi PeduliLindungi

Infografis 4 Cara Atasi Error Aplikasi PeduliLindungi (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya