Liputan6.com, Jakarta - Cuaca hari ini, Jumat (15/7/2022), langit pagi Jakarta sebagiannya diprediksi berawan dan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu turun hujan ringan.
Untuk siang hari, seluruh wilayah Jakarta diperkirakan cerah berawan, sesuai laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan cuaca hujan dengan intensitas ringan diprediksi akan menguyur hampir seluruh Jakarta pada malam hari nanti, kecuali Kepulauan Seribu cerah berawan.
"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dengan durasi singkat di sebagian wilayah Jakbar, Jaksel dan Jaktim pada sore dan malam hari," terang peringataan dini BMKG.
Berbeda, wilayah Bekasi, Jawa Barat pagi hari ini diperkirakan hujan ringan, lalu siang hingga malam nanti bakal berawan.
Lalu, Depok, Jawa Barat, diprediksi cerah berawan pagi hari ini, berawan siang nanti, dan hujan berintensitas ringan malam hari nanti.
Untuk Kota Bogor, Jawa Barat, pagi hari ini diperkirakan berawan, dan siang hingga malam hari nanti hujan dengan intensitas ringan.
"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada sore hingga malam hari di sebagian Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Karawang," terang peringataan dini BMKG.
Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Pusat | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Selatan | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Timur | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Utara | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Kepulauan Seribu | Hujan Ringan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Bekasi | Hujan Ringan | Berawan | Berawan |
Depok | Cerah Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Tangerang | Berawan | Berawan | Hujan Sedang |
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BMKG: Perubahan Iklim Mengkhawatirkan, Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Harus Lebih Ditingkatkan
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut laju peningkatan suhu permukaan di Indonesia sangat bervariasi.
Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Di mana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.
Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda (0,5℃ per dekade). Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.
"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 (mengikuti tahun terpanas global), sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," papar Dwikorita.
Advertisement
Analisis BMKG Sejalan dengan Laporan Status Iklim
Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 (State of the Climate 2021) yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu.
WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), dimana tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.
WMO, kata dia, juga menyebutkan dekade terakhir 2011-2020, adalah rekor dekade terpanas suhu di permukaan bumi. Lonjakan suhu pada tahun 2016 dipengaruhi oleh variabilitas iklim yaitu fenomena El Nino kuat, sementara itu terus meningkatnya suhu permukaan pada dekade-dekade terakhir yang berurutan merupakan perwujudan dari pemanasan global.
Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan, pengkajian yang dilakukan oleh Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyebutkan bahwa pemanasan global tersebut tidak akan terjadi tanpa pengaruh faktor kegiatan manusia (antropogenik).
Pengaruh antropogenik yang lebih kuat dibandingkan pengaruh variabilitas alami seperti La Nina tahun 2020 – 2021 (yang memiliki kecenderungan menurunkan suhu permukaan bumi) dibuktikan pula pada kondisi iklim dua tahun tersebut, yang tetap menjadi tahun terpanas setelah tahun 2016.
"Keadaan perubahan suhu udara permukaan juga diikuti oleh perubahan suhu permukaan laut. Hasil analisis menunjukkan suhu permukaan laut di Indonesia juga terus meningkat, dengan laju yang lebih kuat setelah periode dekade 1960-an yaitu sebesar 0,2°C per dekade," imbuh Ardhasena.
Meningkatkan Aksi Mitigasi
Ardhasena juga menyebutkan bahwa hasil analisis suhu udara permukaan global menurut perhitungan Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan (NOAA) Amerika Serikat, pada bulan Mei 2022 menunjukkan rata-rata anomali sebesar +0,178°C lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar normal klimatologi periode 1991-2020.
Pada bulan Juni 2022 ini wilayah dengan nilai anomali positif dimana rata-rata anomali suhu lebih tinggi daripada standar normal klimatologi meliputi bagian timur Amerika Utara, bagian barat Eropa, bagian tengah Rusia, bagian utara Australia, dan sebagian besar Kutub Selatan.
Lebih lanjut, Ardhasena mengatakan, melihat kecenderungan trend kenaikan suhu permukaan yang terus terjadi, maka WMO menyatakan terdapat peluang sebesar 20% kenaikan suhu udara permukaan global dalam kurun waktu 5 tahun mendatang akan melebihi nilai ambang batas komitmen Kesepakatan Paris sebesar 1,5 °C.
"Maka dari itu, sangat urgent bagi negara-negara untuk meningkatkan aksi mitigasi gas rumah kaca untuk menekan laju kenaikan pemanasan global," pungkasnya.
Advertisement