Liputan6.com, Cilacap - Khadijah merupakan istri Rasulullah SAW yang pertama. Dia pula yang pertama kali beriman akan kenabian Muhammad SAW (assabiqunal awwalun) dari golongan wanita. Jasanya sangat besar dalam dakwah Islam.
Selain itu, Khadijah merupakan sosok perempuan yang tegar dan kuat. Tidak ditemukan dalam riwayat manapun tentang keluh kesah Khadijah ketika menghadapi kesusahan dan kesulitan hidupnya semasa hidup Bersama Rasulullah SAW.
Menurut beberapa riwayat, ketegaran Khadijah dalam menghadapi kesusahan hidup mengalahkan para istri pada umumnya termasuk juga istri-istri Rasulullah SAW yang lain.
Baca Juga
Advertisement
Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makanan pun tidak punya, sehingga ketika sedang menyusui Fatimah, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Sehingga ketika menyusui yang masuk dalam mulut Fatimah adalah darah.
Kisah tersebut menunjukkan bahwa ketabahan Khadijah RA yang luar biasa. Mustahil rasanya menemukan wanita setegar dia saat ini. Wanita yang dahulu bergelimang harta dan kini hidup dalam keadaan yang sangat miskin.
Kisah lain menceritakan bahwa suatu hari ketika Rasulullah pulang dari berdakwah dan beliau masuk rumah didapatinya Khadijah sedang menggendong putrinya Fatimah. Khadijah menyambut dan hendak berdiri di depan pintu, namun Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai Khadijah, tetaplah di tempatmu”.
Kemudian Rasulullah SAW mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah SAW yang lelah dan sedih sepulang berdakwah dan menghadapi segala macam bentuk caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dukung Dakwah Nabi SAW hingga Wafat
Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah SAW dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah SAW hingga membuat beliau terjaga.
“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.
Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku?” Lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.
“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang ku tangisi,” jawab Khadijah.
“Dahulu aku memiliki kemuliaan, Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya”.
Advertisement
Pengorbanan hingga Akhir Hayat
Mengutip NU Online yang berjudul Siti Khadijah, Perempuan Teladan Berpulang pada 11 Ramadhan, dijelaskan bahwa kesetiaan Khadijah sangat luar biasa. Ketika dirinya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, Khadijah rela mengorbankan yang tersisa demi dakwah Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai,” ucap Khadijah dengan nada sedih.
“Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah,” pinta Khadijah
Rasulullah pun tampak sedih dan bersabda, “Khadijah istrikuku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”
“Aku, ya Rasulullah!” sahut Ali bin Abi Thalib.
Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah.
“Ya Allah, ya ilahi rabby, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, mempercayaiku pada saat orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah.”
Demikian sekelumit kisah pengorbanan Khadijah semasa hidupnya hingga menjelang wafatnya. Pengorbanan Khadijah sangat berkesan pada diri Nabi SAW sehingga meskipun Khadijah telah tiada, Nabi SAW kerap menyebut namanya sebagai tanda bahwa dirinya selalu mengenangnya.
Penulis: Khazim Mahrur