Liputan6.com, Jakarta- Reinier de Ridder merupakan atlet MMA terbaik yang dimiliki ONE Championship. Bergabung sejak tahun 2018, Reinier masih mempertahankan rekor tidak terkalahkan.
Reinier kini memiliki rekor total 15-0 di ONE Championship, dengan 10 dari kemenangannya diraih dengan kuncian, 3 via KO/TKO dan hanya 2 lewat penilaian juri.
Advertisement
Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, rasa percaya diri serta pola pikir seorang juara telah membawa De Ridder pada dua sabuk emas yang mengantarkannya jadi nama besar dalam dunia MMA. Ia berhasil merebut sabuk emas divisi middleweight dan light heavyweight dari pemiliknya terdahulu, Aung La N Sang, masing-masing pada 2020 dan 2021.
Sebelum menghadapi Aung La N Sang, pemilik sabuk hitam Brazilian Jiu-Jitsu (BJJ) yang telah berlatih Judo sejak usia 5 tahun ini mengatakan jika seumur hidup pun, petarung asal Myanmar itu tak akan bisa menandingi kemampuan grappling-nya.
Terbukti, Aung La N Sang tak berkutik meladeni kemampuan grappling elite De Ridder. Bahkan pada pertemuan pertama, Aung La N Sang terpaksa menyerah (tap out) pada ronde pertama usai menerima cekikan rear-naked choke.
Petarung asal Belanda tersebut kini duduk di singgasana tertinggi divisi middleweight dan light heavyweight.
Pada Jumat (22/7/2022), "The Ductch Knight” akan kembali mempertahankan gelar middleweight dengan meladeni tantangan Vitaly Bigdash, petarung MMA Rusia yang sempat merajai takhta middleweight sebelum era De Ridder.
Percaya Diri
Jelang laga tersebut, ia kembali melayangkan sebuah prediksi berani.
“[Bigdash] mencari waktu yang tepat untuk memilih serangannya. Banyak serangan dari posisi berdiri yang terkadang memang cerdas. Serangannya cukup kuat dan bersih. Tetapi dia mudah ditebak dan mudah sekali kelelahan,” ujar De Ridder tentang calon lawannya.
“Dia akan sangat kelelahan setelah akhir ronde pertama dan akan tumbang pada akhir ronde kedua,” lanjutnya.
Selain ditakuti karena cekikan maut dan teknik grappling elite, nyatanya De Ridder juga banyak dikenal berkat rasa percaya diri yang tinggi. Namun, tak hanya melontarkan sesumbar, setiap perkataan yang ia ucapkan selalu berujung pada kenyataan.
Advertisement
Terbaik
Dalam berbagai kesempatan, De Ridder selalu menyebut jika dirinya adalah petarung terbaik di dunia. Dan ia punya segudang bukti untuk mendukung ucapannya.
Namun, De Ridder bukanlah sosok yang cepat berpuas diri. Kurang dari setahun, ia langsung mempertaruhkan sabuk emas middleweight miliknya dengan meladeni tantangan Juara Dunia ONE Welterweight Kiamrian Abbasov yang mencoba naik satu divisi demi menjadi juara di dua kelas berbeda.
Secara meyakinkan, “The Dutch Knight” kembali menunjukkan dominasinya dan meraih kemenangan di detik 57 ronde ketiga pada 25 Februari lalu.
Masih merasa belum cukup, De Ridder menantang legenda BJJ Andre Galvao dalam sebuah laga submission grappling di ONE X pada Maret lalu. Ia mampu mengimbangi sang lawan dan hingga batas waktu berakhir, tak ada pemenang dan laga pun dinyatakan sebagai imbang.
De Ridder tentu akan bertekad menjaga tren positif itu. Namun, ia akan menghadapi lawan sepadan dalam diri Vitaly Bigdash yang juga sama-sama memiliki kemampuan ciamik dalam grappling. Bigdash memegang rekor 12-2, dengan catatan 4 KO/TKO, 6 kuncian, dan 2 sisanya lewat penilaian juri.
Meski fokusnya adalah untuk memenangkan laga mendatang, ia sudah memiliki tujuan lain – mencetak sejarah dengan menjadi juara tiga divisi. De Ridder mengaku tak kesulitan menambah berat badan demi naik ke divisi heavyweight dan menantang sang pemilik sabuk saat ini – Arjan Bhullar.
Para Monster
“Saya sudah sering mengatakan ini. Tapi, ayolah, beri saya kesempatan di heavyweight,” ujar atlet kelahiran Breda ini.
“Saya berharap [mendapatkan] Bhullar. Bhullar adalah laga yang menarik. Saya tak dapat berbicara terlalu banyak tentang prediksi, tapi saya tentu saja sangat yakin dengan apa yang saya lakukan.”
Divisi heavyweight sendiri saat ini diisi para monster. Selain Bhullar sebagai penguasa takhta, ada nama Anatoly Malykhin yang juga menyandang sabuk interim. Selain itu, nama-nama besar seperti Amir Aliakbari, Marcus Almeida, Kirill Grishenko, Mauro Cerilli dan tentu saja Brandon Vera masih bercokol di sana.
Advertisement