Liputan6.com, Singapura - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa terbang ke Singapura dari Maladewa pada Kamis 14 Juli 2022 sore. Ia kabur dari Sri Lanka ke Maldives di tengah krisis yang semakin dalam dan protes yang meluas di negaranya, lalu berpindah ke Singapura.
Mengutip The Straits Times, Jumat (15/7/2022), Gotabaya Rajapaksa tiba melalui penerbangan Saudia yang mendarat di Bandara Changi pada pukul 19.17 waktu setempat.
Advertisement
Tidak jelas berapa lama dia akan tinggal di Singapura atau apakah dia memiliki tujuan lain setelahnya.
Pada pukul 19.30, beberapa menit setelah penerbangan Rajapaksa tiba di Bandara Changi, lebih dari selusin wartawan dan juru kamera telah berkumpul di luar pintu masuk kompleks VIP.
Tepat setelah jam 20.00 malam, tiga kendaraan - BMW putih, Mercedes Vito hitam dan Toyota Alphard hitam - terlihat meninggalkan kompleks yang dipimpin oleh dua pengendara Certis Cisco dan sebuah mobil polisi.
Menanggapi pertanyaan media tentang masuknya Presiden Sri Lanka ke Singapura, juru bicara Kementerian Luar Negeri negara tersebut mengkonfirmasi bahwa Rajapaksa telah diizinkan masuk untuk kunjungan pribadi.
"Dia tidak meminta suaka dan dia juga tidak diberikan suaka. Singapura umumnya tidak mengabulkan permintaan suaka," kata juru bicara itu.
Polisi Singapura mengatakan Rajapaksa menggunakan izin kunjungan sosial dan menambahkan: "Polisi meminta masyarakat, warga Singapura, penduduk, pemegang izin kerja, dan pengunjung sosial sama-sama mematuhi undang-undang setempat kami. Tindakan akan diambil terhadap siapa pun yang berpartisipasi dalam pertemuan publik yang ilegal."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kirim Surat Pengunduran Diri Via Email
Segera setelah kedatangannya, sumber mengatakan kepada The Straits Times yang dikutip Jumat (15/7/2022) bahwa Presiden Sri Lanka itu telah mengajukan pengunduran dirinya.
AFP kemudian melaporkan bahwa Rajapaksa mengirim surat pengunduran diri melalui email kepada Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, Kamis 14 Juli malam tak lama setelah mencapai Singapura.
Juru bicara Ketua Parlemen Indunil Yapa mengatakan surat itu sedang diteruskan ke jaksa agung yang akan mempertimbangkan implikasi hukum sebelum dapat diterima secara resmi.
Menurut Reuters, dokumen asli akan diterbangkan dari Singapura ke Kolombo "sesegera mungkin" atas permintaan Abeywardena, yang meminta untuk melihat salinan aslinya sebelum secara resmi mengumumkan pengunduran diri.
Kantor Parleman mengatakan Kamis malam pengunduran diri akan diumumkan secara resmi pada pukul 7.30 pagi waktu setempat (10.00 pagi waktu Singapura) pada hari Jumat. Rencana pertemuan kembali Parlemen pada hari Jumat ditunda lebih awal tanpa ada tanggal baru yang dikonfirmasi.
Advertisement
Gejolak Protes Sri Lanka
Di Sri Lanka, protes pecah terhadap pemerintahnya selama berbulan-bulan akibat kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Gejolak protes meningkat selama akhir pekan ketika puluhan ribu demonstran menyerbu kediaman resmi Rajapaksa dan menduduki gedung-gedung pemerintah penting lainnya di Kolombo.
Rajapaksa yang berusia 73 tahun awalnya menyatakan akan mengundurkan diri secara resmi pada Rabu 13 Juli, namun tak ada kabar melainkan ia diketahui kabur ke Maldives.
Sri Lanka berada di tengah pergolakan politik yang dipicu oleh krisis ekonomi, yang oleh para analis salah urus ekonomi pemerintah berturut-turut, diperburuk oleh salah langkah kebijakan pemerintah Rajapaksa sejak berkuasa pada akhir 2019.
Pandemi Virus Corona juga telah menghancurkan industri pariwisata Tanah Air.
Kemlu RI Minta 340 WNI di Sri Lanka Tak Ikut Unjuk Rasa
Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia Judha Nugraha memastikan bahwa WNI di Sri Lanka dalam kondisi aman.
Judha Nugraha mengatakan bahwa pihaknya terus menjalin komunikasi dengan perwakilannya di KBRI Kolombo.
"9 Juli lalu, terjadi unjuk rasa di Sri Lanka, istana presiden diserbu. Ada korban luka, tidak ada info korban WNI yang terlibat dalam aksi unjuk rasa," ujar Judha Nugraha dalam press briefing secara virtual Kemlu RI, Kamis (14/7/2022).
"KBRI Kolombo mencatat ada 340 WNI di Sri Lanka dan adalah mayoristas adalah pekerja migran dan bekerja di sektor wisata. Semuanya alhamdulillah dalam kondisi baik dan termonitor oleh KBRI."
Judha menekankan, berbagai langkah-langkah telah dilakukan oleh KBRI Kolombo dan otoritas. KBRI juga melakukan meeting koordinasi untuk memastikan kondisi WNI.
"Kami juga menjalin komunikasi dengan pihak pemberi kerja sehingga hak-hak pekerja tetap terpenuhi."
"KBRI juga telah menyampaikan bantuan logistik pada WNI kita yang paling terdampak."
"Kemudian ada imbauan para WNI kita agar membatasi aktivitas di laur rumah dan mengindari kerumunan massa."
Advertisement