Ekosistem Digital Buka Peluang Pemberdayaan Perempuan yang Lebih Luas

Pemberdayaan perempuan melalui ekosistem digital tidak semata tentang peluang bisnis.

oleh Putu Elmira diperbarui 16 Jul 2022, 22:02 WIB
Ilustrasi pemberdayaan perempuan. (dok. Unsplash.com/@chuklanov)

Liputan6.com, Jakarta - Konstruksi sosial patriarki telah menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dari laki-laki dan menghambat termaksimalkannya potensi mereka, menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga. Pandemi Covid-19 pun disebut membuat posisi perempuan kian rentan.

"Hal-hal inilah yang menghambat perempuan untuk bisa memaksimalkan kemampuan diri mereka. Posisi perempuan masih belum setara untuk terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan, keterlibatan dalam ranah publik, sulit mendapatkan akses finansial, dan tidak sepenuhnya dianggap sebagai penerima manfaat pembangunan," ungkap Bintang dalam bincang virtual bertajuk "Perempuan Hebat, Indonesia Jaya," Kamis, 14 Juli 2022.

Ia melanjutkan, berbagai data dan indeks masih menunjukkan adanya ketimpangan antara perempuan dan laki-laki. Kondisi bias gender ini membawa perempuan pada berbagai permasalahan, seperti stigmatisasi, stereotip, marjinalisasi, bahkan kekerasan berbasis gender.

"Padahal perempuan memiliki potensi yang sangat besar dan luar biasa sebagai penggerak roda ekonomi bangsa. Dari jumlahnya saja perempuan mengisi hampir dari setengah populasi Indonesia. Data juga menunjukkan dari total UMKM di Indonesia yang berjumlah 65,5 juta, 64 juta-nya adalah usia mikro di mana lebih dari setengahnya usaha mikro ini dimiliki dan dikelola perempuan," tambahnya.

Bintang menyampaikan, perempuan adalah mayoritas dari pemilik usaha kecil di Indonesia yang merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian bangsa. Tingginya angka partisipasi kerja perempuan akan membawa manfaat pada bertambahnya sumbangan pendapatan secara signifikan dalam produk domestik bruto. Karena itu, pemberdayaan perempuan adalah kunci dari kenainkan pendapatan suatu bangsa, yang secara jangka panjang menentukan kemajuan negara.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Melepas Jerat Kekerasan hingga Diskriminasi

Ilustrasi kekerasan seksual. (dok. Pexels/Josie Stephens)

Bagi perempuan, dikatakan Bintang, pemberdayaan ekonomi tidak hanya berfungsi sebagai sarana memperoleh kesejahteraan bagi diri sendiri, juga keluarga. Lebih jauh lagi, pemberdayaan ekonomi perempuan juga berdampak tidak kalah signifikan.

"Pemberdayaan ekonomi perempuan dapat melepaskan perempuan dari jerat kekerasan dan diskriminasi, serta melepaskan anak-anak dari praktik-praktik eksploitasi dan perkawinan anak yang sering kali dijadikan solusi untuk lepas dari beban akibat kemiskinan. Dalam jangka panjang, berdayanya seorang perempuan akan meningkatkan pembangunan berkelanjutan," terangnya.

Di masa pandemi Covid-19, banyak perempuan yang menggeluti usaha mikro kecil menengah. Karena itu, perempuan perlu merencanakan usaha yang baik, salah satu polanya adalah ekonomi digital.

Bintang menyebut, perempuan Indonesia harus mempersiapkan diri masuk di bidang ekonomi digital. "Agar dapat berperan serta dalam memanfaatkannya, baik untuk dirinya, keluarga, dan lingkungan," imbuhnya.

Ia menyebut, berbagai upaya sudah dilakukan, seperti mendukung pengembangan sumber daya manusia dengan program upskilling dan entrepreneurship di sektor-sektor yang banyak diminati perempuan pelaku usaha. Ini juga mendukung perempuan pelaku usaha dalam pelatihan manajemen bisnis, fasilitasi permodala, serta fasilitasi perlindungan usaha yang dapat diakses perempuan.


Inklusi Keuangan bagi UMKM Perempuan

Ilustrasi bekerja. (dok. Unsplash.com/Andrew Neel @andrewtneel)

Pendampingan usaha ke platform digital, Bintang mengatakan, dilakukan agar membantu usaha beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi. Melalui langkah tersebut, perempuan jadi siap berkompetisi di era digital.

"Sebagai bagian dari kemajuan teknologi, ekosistem digital jadi salah satu sarana menjawab keraguan bagi perempuan yang ingin memulai usaha, fleksibilitas waktu dan tempat, serta kemudahan akses pasar jadi preferensi bagi perempuan untuk berani berwirausaha, terutama pada saat masa pandemi Covid-19 demikian juga sesudahnya," terangnya.

Digitalisasi telah melahirkan berbagai peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM milik perempuan. Untuk menjawab peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku ekonomi perempuan, dibutuhkan sinergi yang kuat sebagai bentuk kolaborasi pentahelik antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, serta masyarakat.

Chief of Public Policy and Government Relations GoTo, Shinto Nugroho, menyampaikan tanggung jawab perempuan selama masa pandemi meningkat dengan adanya tambahan berbagai beban. Adanya peningkatan harus mengurus rumah akibat sistem Work From Home hingga tetap harus mendampingi proses pembelajaran anak secara online jadi dua hal yang dihadapi perempuan.

"Kami percaya salah satu solusi dari kondisi ini dengan adanya penguatan peran perempuan di keluarga yang dapat dicapai dengan kesetaraan peluang antara perempuan dan laki-laki, salah satunya dalam kewirausahaan digital," kata Shinto.


Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya

ilustrasi UMKM | pexels.com/@mentatdgt-330508

Kolaborasi pentahelix, Shinto mengatakan, berguna memastikan adanya kemudahan akses pengetahuan untuk menghadapi berbagai tantangan selama pandemi, termasuk bagaimana bisa sukses dalam berwirausaha digital.

"Kolaborasi antara Gojek, Kementerian PPPA, UN Women, dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) bertujuan mencetak womenpreneur berjaya dan berdaya dengan menghadirkan serangkaian program peningkatan kapasitas bagi perempuan Indonesia," tambahnya.

Program ini tak hanya terdiri atas berbagai sesi terkait pemasaran dan optimasi ekosistem digital, namun juga disertai edukasi tentang kewirausahaan dan kepemimpinan berbasis gender. "Harapannya kedua pilar ini berdampak positif pada penguatan peran perempuan dalam keluarga," lanjut Shinto.

Program "Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya" menghadirkan ragam materi pelatihan berbasis gender yang dinilai mampu membuka potensi ekonomi bagi perempuan:

1. Pemahaman gender

Kewirausahaan dengan perspektif gender dan kepemimpinan perempuan dalam bisnis.

2. Perencanaan bisnis

Pemetaan pasar, analisis target pasar, strategi membangun bisnis yang berkelanjutan, dan perencanaan keuangan.

3. Pengembangan bisnis

Kelas sosialisasi seputar legalitas usaha dan strategi mengoptimalkan pemasaran digital. Untuk pemasaran digital, peserta akan mendapat pelatihan untuk mempertajam soft skills yang dibutuhkan guna memaksimalkan pemasaran produknya secara daring. Berbagai materi pengembangan kapasitas, seperti branding, fotografi produk, dan copywriting jadi bagian dalam rangkaian program ini.

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya