Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor minyak kelapa sawit per Juni 2022 mencapai USD 2,46 miliar, atau meroket 862,66 persen secara bulanan (month to month) dibanding Mei 2022.
Lonjakan ekspor ini dibukukan setelah keran larangan ekspor sawit kembali dibuka pada Juni 2022 setelah ditutup sebulan sebelumnya akibat kewajiban pemenuhan pasar domestik atau domestik market obligation (DMO) untuk produk minyak goreng.
Advertisement
"Untuk sawit secara umum trennya mengalami peningkatan. Kecuali pada Mei 2022, di mana saat itu ada kebijakan dalam negeri yang melarang ekspor minyak kelapa sawit," ujar Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (15/7/2022).
Dilihat dari negara tujuan, ekspor sawit ke Pakistan jadi yang tertinggi, yakni sebesar USD 450,63 juta. Itu melesat 1.958,89 persen dibanding Mei 2022. Disusul China dengan ekspor Juni sebesar USD 314,38 juta, atau naik 291,10 persen.
"Lalu ke India di Juni ekspor kita sebesar USD 270,57 juta. Bangladesh juga demikian. Mei tidak ada ekspor ke sana, tapi di Juni terdapat ekspor sebesar USD 160,65 juta," imbuh Margo.
Bila dilihat dari asal provinsinya, Riau menyumbang porsi ekspor sawit terbesar mencapai USD 982,95 juta. Jumlah itu melesat 1.064,50 persen dibanding jumlah ekspor per Mei 202.
Diikuti Sumatera Utara, dengan nilai ekspor sawit per Juni 2022 sebesar USD 423,75 juta, melonjak 706,83 persen dibanding Mei 2022.
Kemudian Kalimantan Timur sebesar USD 385,15 juta atau melesat 3.275,17 persen. Lalu Sumatera Barat sebesar USD 230,13 juta, atau naik 1.110,11 persen.