Ketahui Dampak dan Cara Minimalisir Resesi Ekonomi

Kenali arti resesi ekonomi hingga dampak dari cara meminimalisir-nya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Jul 2022, 21:10 WIB
Ilustrasi resesi. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Resesi ekonomi tengah menjadi isu yang banyak diperbincangkan publik akhir-akhir ini.

Tak hanya di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga kawasan Eropa, Indonesia juga melihat peringatan resesi ekonomi global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memperingatkan bahwa ancaman resesi ini akan terus menghantui hingga tahun depan.

"Jadi kita harus tetap waspada, karena ini (ancaman resesi) akan terus berlangsung hingga tahun depan," kata Sri Mulyani kepada wartawan di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali,  dikutip Jumat (15/7/2022).

Survei terbaru yang dilakukan Bloomberg menyebut, Indonesia masuk daftar negara Asia yang berpotensi mengalami resesi ekonomi.

Rinciannya, Sri Lanka berada di posisi pertama dengan persentase 85 persen, New Zealand 33 persen, Korea Selatan 25 persen, Jepang 25 persen, China 20 persen, Hong Kong 20 persen.

Selain itu Australia tercatat 20 persen, Taiwan 20 persen, Pakistan 20 persen, Malaysia 13 persen, Vietnam 10 persen, Thailand 10 persen, Philipina 8 persen, Indonesia 3 persen dan India 0 persen.

Lantas, apa itu resesi ekonomi? dan apa saja yang harus dipersiapkan? 

Dikutip dari laman ojk.go.id, secara sederhana resesi ekonomi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Adapun berbagai dampak resesi ekonomi, di antara adalah : 

- Perlambatan ekonomi akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.

- Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.

- Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu. 

 


5 Cara Meminimalisir Dampak Resesi Ekonomi

Ilustrasi Resesi Ekonomi di Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Tetapi masih ada beberapa cara untuk mempersiapkan kondisi keuangan kita agar dapat meminimalisir dampak dari kemungkinan resesi ekonomi, di antaranya :

1. Siapkan dana darurat

Baiknya, Anda memastikan 20 persen dari dana yang digunakan untuk investasi dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya.

Semakin besar proporsinya maka akan semakin siap kalian dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi resesi ekonomi. Perlu diingat, hal ini sangat penting untuk mengantisipasi PHK ketika perusahaan tempat Anda bekerja tutup.

2. Kurangi utang

Mulailah untuk mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang, jika memungkinkan maka segera lunasi atau jika dirasa masih sangat berat maka segera negosiasikan ajukan ke lembaga jasa keuangannya untuk restrukturisasi.

Baiknya hutang tidak dianggap enteng meski dari kartu kredit, mengingat kita tidak akan tahu kondisi keuangan ketika resesi ekonomi menerpa.

 


Cara Lainnya Meminimalisir Dampak Resesi Ekonomi

Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

3. Lihat portofolio investasimu

Lihatlah kembali portofolio investasimu, jika kondisi pasar global sudah mulai menurun maka segeralah atur ulang portofolio investasimu kedalam bentuk yang lebih aman seperti emas.

4 Perhatikan gaya hidup

Untuk menjaga tabungan stabil, keluarkan uangmu dengan sewajarnya.

Tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena ini bisa membantu ekonomi tetap tumbuh. Perlu diingat, konsumsi masyarakat berperan besar pada pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap perlu berkomitmen pada rencana keuangan dengan tetap menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi serta dahulukan kebutuhan.

Kurangi pembelian-pembelian sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan, dan gunakan fasilitas asuransi kesehatan jika harus berobat sehingga tidak mengganggu likuiditas keuangan.

5. Ikuti perkembangan ekonomi

Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulailah memanfaatkan peluang disekitarmu yang dapat bernilai ekonomi.

Jangan ragu untuk usaha kecil-kecilan jika dirasa kondisi keuanganmu masih lemah, karena kamu jelas butuh tambahan penghasilan untuk menopang keuangan keluarga.

Ingat kata ilmuwan Albert Einstein "in the midst of every crisis, lies great opportunity".


Terungkap, Laporan The Fed Buka-bukaan Resesi AS Kian di Depan Mata

Pelanggan menelusuri kios makanan di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi Amerika Serikat (AS) pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Sebuah survei ekonomi oleh bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menunjukkan kekhawatiran resesi yang meningkat bersama dengan keyakinan bahwa lonjakan inflasi akan berlangsung setidaknya sampai akhir tahun.

Dilansir dari CNBC International, Kamis (14/7/2022) laporan yang disebut sebagai Beige Book ini mengumpulkan pandangan dari 12 distrik The Fed, melihat pertumbuhan ekonomi akan berjalan biasa-biasa saja.

Adapun lima distrik yang mengkhawatirkan ada peningkatan risiko resesi.

"Serupa dengan laporan sebelumnya, prospek pertumbuhan ekonomi masa depan sebagian besar negatif di antara distrik yang melaporkan, dengan ekspektasi melemahnya permintaan lebih lanjut selama 6 hingga 12 bulan ke depan," kata laporan itu.

Terkait inflasi AS, yang berjalan pada tingkat tahunan tercepat sejak November 1981 dengan mencetak rekor 9,1 persen pada Juni 2022, laporan tersebut menemukan kenaikan harga yang substansial di seluruh negeri.

Harga di sejumlah sektor industri seperti kayu dan baja telah menurun, tetapi ada kenaikan yang signifikan pada pangan, energi, dan komoditas lainnya.

Perusahaan-perusahaan juga telah memberi sinyal bahwa mereka masih dapat meneruskan kenaikan harga kepada pelanggan, sehingga faktor pendorong inflasi berpotensi masih tetap kuat.

"Sebagian besar kontak memperkirakan tekanan harga akan bertahan setidaknya sampai akhir tahun," ungkap laporan Beige Book The Fed.

Perusahaan di empat distrik mengatakan mereka sedang mempertimbangkan atau telah memberikan bonus untuk mengimbangi kenaikan harga.

Sementara dua distrik lainnya, pekerja mencari upah yang lebih tinggi untuk mengimbangi inflasi yang mencapai 9,1 persen di bulan Juni.


Ramalan Nomura: AS, Inggris, Eropa Hingga Jepang Bakal Resesi 12 Bulan Kedepan

Seorang karyawan berjalan di dekat rak kosong tempat susu formula bayi biasanya ditempatkan di CVS di New Orleans pada Senin, 16 Mei 2022. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengumumkan langkah-langkah baru untuk mengurangi kekurangan susu formula bayi secara nasional, termasuk mengizinkan lebih banyak impor dari luar negeri. (Chris Granger/The Times-Picayune/The New Orleans Advocate via AP)

Kepala ekonom di perusahaan keuangan jepang Nomura, Rob Subbaraman meramal bahwa sejumlah negara ekonomi besar di dunia akan jatuh ke dalam resesi dalam 12 bulan ke depan, karena bank sentral bergerak untuk secara agresif memperketat kebijakan moneter untuk melawan lonjakan inflasi. 

Pernyataan Subbaraman menandai ramalan terbaru dari banyak prediksi bank-bank besar di dunia terkait resesi ekonomi.

"Saat ini bank sentral, banyak dari mereka telah beralih ke mandat tunggal, dan itu untuk menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter adalah aset yang terlalu berharga untuk hilang. Jadi mereka akan menjadi sangat agresif," kata Subbaraman, yang juga merupakan kepala riset pasar global Asia ex-Japan, dikutip dari CNBC International Selasa (5/7/2022). 

"Itu berarti kenaikan tarif muatan depan. Kita sudah memperingatkan selama beberapa bulan tentang risiko resesi. Sekarang kita melihat banyak negara maju yang benar-benar bakal jatuh ke dalam resesi," ujarnya kepada CNBC Street Signs Asia.

Selain Amerika Serikat, Nomura juga memperkirakan resesi akan terjadi di negara-negara Eropa atau zona euro, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada tahun depan.

Subbaraman menyebut, bank-bank sentral di seluruh dunia mempertahankan kebijakan moneter yang longgar terlalu lama, dengan harapan inflasi akan bersifat sementara.

"Satu hal lagi yang saya tunjukkan bahwa, ketika ada banyak ekonomi yang melemah, Anda tidak dapat mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan. Itulah alasan lain mengapa kita menganggap risiko resesi ini sangat nyata dan kemungkinan akan terjadi,” jelasnya. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya