Rupiah Menguat Sambut Akhir Pekan Imbas Surplus Neraca Perdagangan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi dibuka fluktuatif pada Senin, 18 Juli 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Jul 2022, 08:35 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 20 poin pada Jumat, 15 Juli 2022. Rupiah sempat melemah 25 poin di posisi 14.999 dari penutupan sebelumnya 15.020.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, rupiah berpotensi dibuka fluktuatif pada Senin, 18 Juli 2022. Namun, rupiah berpeluang ditutup melemah di rentang 14.980-15.030.

Sejumlah sentimen yang bayangi rupiah jelang akhir pekan tersebut, dari internal Ibrahim menuturkan, berdasarkan informasi dari media, banyak negara Eropa berada di ambang kekacauan ekonomi dengan inflasi yang meroket. Risiko lebih besar juga membayangi benua tersebut.

Sebab Eropa menjauh dari strateginya untuk mandiri, sementara daya saing industrinya akan tertinggal jika terlalu bergantung pada produk Amerika Serikat. "Eropa adalah korban penting dari krisis Ukraina,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (16/7/2022).

Ia mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, masalah ekonomi yang dihadapi oleh Eropa berulang kali menjadi berita utama. Ini terjadi karena ekonomi Eropa hadapi lonjakan inflasi pada komoditas mulai dari gas, mobil hingga makanan.

"Ini terjadi karena pasokan energi dari Rusia berkurang di tengah konflik Rusia-Ukraina. Secara khusus, Rusia telah kurangi aliran gas ke Eropa selama konflik. Sementara para pemimpin Uni Eropa juga dilaporkan berencana memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir 2022 untuk menghukum negara tersebut,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


RI Catat Surplus Perdagangan

Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kondisi itu, Ibrahim mengatakan, Indonesia salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia mendapat berkah. Ada 10 negara Eropa yang minta kiriman batu bara dari Indonesia dan yang terbesar kuotanya adalah Jerman sebesar 1 juta ton dalam satu tahun.

"Dengan meningkatnya ekspor komoditas unggulan Indonesia salah satunya batu bara, timah, CPO dan nikel membuat neraca dagang Indonesia (NPI) kembali mencetak surplus pada periode Juni 2022. Bila melihat sejarahnya, maka surplus sudah mencapai 26 kali beruntun,” kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia Juni mencapai USD 26,09 miliar, naik 40,68 persen dibandingkan tahun lalu atau year on year (yoy) dan 21,30 persen secara month on month (mom).

Sementara impor mencapai USD 21 miliar. Sehingga surplus kembali terjadi dengan besaran kali ini USD 5,09 miliar.Sedangkan Impor secara year on year (yoy) tumbuh 21,98 persen dan 12,87 persen secara month on month (mom).


Sentimen Eksternal

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari eksternal, Ibrahim mengatakan, dolar Amerika Serikat di bawah level tertinggi hampir dua dekade pada perdagangan Jumat, 15 Juli 2022 setelah tergelincir usai dua pembuat kebijakan the Federal Reserve mengatakan menyukai kenaikan suku bunga lebih kecil dari pada 100 basis poin (bps) yang dipertaruhkan oleh investor.

Pedagang telah meningkatkan taruhan the Fed akan melakukan pengetatan ukuran super pada pertemuan 26-27 Juli setelah data pada Rabu menunjukkan inflasi harga konsumen berpacu pada kecepatan tercepat dalam empat dekade.

"Tapi taruhan itu berkurang setelah Gubernur Fed Christopher Walker dan Presiden Fed St Louis James Bullard keduanya mengatakan lebih menyukai kenaikan 75 basis poin untuk bulan ini, terlepas dari angka inflasi. Dana Fed berjangka saat ini menunjukkan peluang 36 persen dari kenaikan 100 bps, turun dari sektiar 70 persen sebelum komentar," kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya