Dianggap Belum Jelas, Alasan Bank Masih Ogah Biayai Sektor Industri Hijau

Sektor Perbankan dinilai belum memberikan dukungan optimal untuk pembiayaan ke sektor industri hijau.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2022, 16:30 WIB
Ilustrasi Bank Sentral. Photo copyright by Freepik

Liputan6.com, Jakarta Bank dinilai belum memberikan dukungan optimal untuk pembiayaan ke sektor industri hijau. Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Clarita Ligaya menyebut ada sejumlah tantangan bagi perbankan dan lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit ke sektor hijau.

Pertama terkait kejelasan definisi sektor hijau. Memang saat ini sudah ada peta jalan taksonomi hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun sektor lain belum memberikan definisi sektor hijau. Akibatnya belum ada kejelasan tentang sektor mana saja yang masuk dalam kategori sektor hijau.

"Jadi harus ada kejelasan dulu sektor mana saja yang masuk ke sektor hijau," kata Ligaya di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) 2, Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022).

Tantangan lainnya karena sektor hijau yang ada saat ini masih dalam pengembangan teknologi. Sehingga dianggap belum menguntungkan bagi bank.

"Ini yang bikin kekhawatiran dan ini dipahami bersama," kata dia.

Meski begitu, Ligaya menilai saat ini sudah ada harapan dari perbankan untuk bisa masuk ke sektor hijau. Hanya saja masih perlu didorong dan diberikan panduan. Termasuk memberikan insentif kepada sektor yang masih dinilai belum optimal.

"Beberapa menganggap sektor ini belum matang dibandingkan sektor lainnya maka perlu diberikan insentif," kata dia.

 


Perlu Ditingkatkan

Ilustrasi Bank

Kesadaran sektor perbankan untuk memberikan pembiayaan kepada sektor hijau perlu ditingkatkan lagi. Sehingga bisa mendorong pengusaha sektor hijau mendapatkan pembiayaan dari perbankan.

Untuk itu, Bank Indonesia akan terus merumuskan inovasi kebijakan yang bisa memberikan dorongan ke sektor perbankan. Semisal ada poin rasio pembiayaan inklusif jika memberikan pembiayaan ke sektor hijau.

"Kredit yang diberikan ini masuk ke pembiayaan inklusif, jadi arahnya ke depan ini akan ditetapkan dalam satu persentase tertentu," kata dia.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


Moeldoko: Bank Jadi Sumber Masalah Pengembangan Kendaraan Listrik RI

Kepala Staf Presiden Moeldoko saat wawancara dengan KLY di Jakarta, Rabu (16/1). Dalam wawancara tersebut Moeldoko memaparkan kinerja kerja pemerintahan Jokowi-JK hingga saat ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyebut sektor perbankan masih setengah hati mendukung implementasi penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

Menurutnya sektor keuangan dan perbankan masih belum memiliki kesadaran yang sama dalam hal mendukung program-program ekonomi hijau pemerintah.

Enam+00:00VIDEO Headline: Harga LPG Nonsubsidi Naik, Apa Dampaknya? "Kesadaran pihak finance terhadap kendaraan listrik ini masih belum. Perbankan belum memiliki kesadaran yang sama menuju green ekonomi," kata Moeldoko di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Sehingga dalam pertemuan antara Bank Indonesia, Pemerintah dan Industri di Bali ini diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan bersama. Sekaligus membangun kesadaran sektor keuangan untuk mendukung kendaraan listrik segera mengaspal jalan-jalan Indonesia.

"Pertemuan ini saya harapkan membuat kesepakatan bersama karena kesadaran pihak finance terhadap kendaraan listrik," katanya.

 


Kesadaran Masyarakat Masih Rendah

Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko saat mengikuti rapat terbatas terkait percepatan penurunan stunting di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (11/1/2022). (Foto: Kantor Staf Presiden)

Di sisi lain, Moeldoko sebagai Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) menilai kesadaran masyarakat tentang isu kendaraan listrik masih rendah. Tidak sedikit mereka mengkhawatirkan keamanan penggunaan kendaraan listrik

"Apakah baterai kena air gimana, bisa bikin kebakaran enggak? Apakah baterainya tahan lama gak dan lain-lain, itu yang berkembangnya. Makanya ini perlu kesadaran masyarakat menuju sustainable," paparnya.

Sehingga perlu adanya peningkatan literasi kepada masyarakat tentang kendaraan listrik. Sosialisasi perlu dilakukan lebih masif lagi untuk kesadaran masyarakat tentang keberlanjutan.

"Ini perlu sosialisasi yang masif karena sebagian besar masyarakat kita belum tahu isunya," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya