Peneliti UGM Ungkap Deretan Faktor Penyebab Jateng Entaskan Kemiskinan

Angka kemiskinan di Jawa Tengah pada kuartal satu tahun 2022 mengalami penurunan dengan catatan yang lebih baik dibandingkan 25 provinsi lainnya.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 16 Jul 2022, 21:22 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyapa masyarakat secara langsung. (Istimewa)

Liputan6.com, Semarang Angka kemiskinan di Jawa Tengah pada kuartal satu tahun 2022 mengalami penurunan. Tercatat ada 102,57 ribu orang berhasil dientaskan dari zona miskin. Berdasarkan data BPS, angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan 25 provinsi lain yang juga mengalami penurunan kemiskinan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab penurunan kemiskinan di Jawa Tengah, satu diantaranya adalah Jateng dipandang gencar menguatkan ekonomi lokal lewat inovasi UMKM.

Penurunan angka kemiskinan di Jateng pada kuartal 1 2022 mencatat 102,57 ribu orang  dientaskan dari zona miskin. Angka ini, menurut data BPS merupakan yang tertinggi, dibanding 25 provinsi yang juga mengalami penurunan kemiskinan. Banyak faktor yang menjadi sebab, satu di antaranya Jawa Tengah dipandang getol menguatkan ekonomi lokal lewat inovasi UMKM. 

Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Hempri Suyatna mengungkapkan, secara makro sektor perekonomian telah berdenyut kencang, sejak pandemi Covid-19 mulai mereda. Faktor ini menyebabkan, kondisi perekonomian membaik, dan mengangkat derajat kehidupan warga menjauh dari zona kemiskinan. 

Ini dibuktikan dengan catatan BPS yang mengungkap angka kemiskinan secara nasional turun. Jawa Tengah masuk dalam daftar itu, dengan penurunan 0,32 persen poin, persentase orang miskin di Jateng ditekan dari semula 11,25 persen pada September 2021, menjadi 10,93 persen Maret 2022. 

Selain itu, berbagai program pro rakyat di Jateng kata Hempri juga dianggap turut menekan angka kemiskinan di Jateng. 

"Jawa Tengah pernah mendapat penghargaan dari OJK tentang UMKM. Di Jateng misalnya ada digitalisasi UMKM, UMKM Bangkit, UMKM Go Export, itu menunjang pengembangan UMKM yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan," kata Hempri seperti dalam keterangan rilis pada Sabtu (16/7/2022).


Faktor Promosi Melalui Media Sosial

Catatan penurunan angka kemiskinan di Jateng yang 0,32 persen poin memang jauh jika dibandingkan Aceh. Aceh menjadi provinsi tertinggi dalam prosentase penurunan kemiskinan dengan 0,89 persen poin (43,44 ribu jiwa). Namun secara jumlah, Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah penurunan warga miskin terbanyak, dengan 102,57 ribu jiwa.

Penurunan itu, kemudian mengurangi jumlah penduduk miskin di Jateng, semula 3,93 juta jiwa, menjadi 3,83 juta pada Maret 2022. 

Hal lain yang turut menekan kemiskinan, menurut Hempri adalah upaya Gubernur Jateng yang tak segan melakukan inovasi yang pro wong cilik. Satu di antaranya, promosi #LapakGanjar, yang turut mempromosikan dagangan pelapak kecil melalui media sosial. 

Langkah "kecil" ini dianggap Hempri, memiliki dampak positif guna memupus kemiskinan, di akar rumput. 

"Itu juga mempunyai peran, karena Pak Ganjar memiliki follower, branding dan news maker. Ini membantu dan efektif mengembangkan produk UKM. Nah tentu saja ini bisa diikuti oleh tokoh atau pemangku wilayah seperti bupati atau wakil bupati, saya kira itu penting untuk dilakukan," urai pengajar di Fisipol UGM itu.


Faktor Pemimpin Daerah

Hal lain adalah arahan pimpinan. Ia menyebut, peran pemimpin penting untuk mengarahkan warganya agar mempunyai resiliensi terhadap tantangan zaman. Selain itu, pemimpin dituntut memiliki daya kreatif dan inovatif untuk menangkap keberagaman potensi di daerahnya. 

Hempri mencontohkan bagaimana pengelolaan Borobudur, harus ikut memberdayakan warga di sekitar destinasi wisata super prioritas itu. 

"Yang harus dilakukan kedepan pertama adalah penguatan ekonomi lokal. Kedua, jika investor masuk harus menyejahterakan masyarakat. Misal pekerjanya 80 persen dari lokal, atau jika ada hotel bahan baku dari petani lokal. Sharing ekonomi harus diperkuat. Konsep ekonomi lokal harus berperan untuk pengentasan kemiskinan di masyarakat," pungkas Hempri.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya