6 Fakta Menarik Mataram NTB, Kota Seribu Masjid

Kota Mataram dijuluki Kota Seribu Masjid karena mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam dan tentunya karena banyak terdapat masjid.

oleh Henry diperbarui 18 Jul 2022, 09:12 WIB
Zikir dan salawat digelar di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center, Mataram, NTB, menyambut pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. (Liputan6.com/Hans Bahanan)

Liputan6.com, Jakarta - Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Adat Sasak cukup mewarnai masyarakat kota yang berjumlah  441.561 jiwa pada 2021 dan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 7.203 jiwa/km persegi.

Nama Mataram, di Lombok disebutkan dengan beragam, ada Mataram, Metaram, Mentaram, atau Mataharam. Beberapa literatur menyebutkan, Mataram berasal dari bahasa Sansekerta dari kata mata yang berarti ibu dan kata aram yang berarti hiburan. Mataram juga berarti persembahan untuk ibu pertiwi.

Kata Mataram juga berasal dari kata matta yang berarti gembira atau gairah dan aram berarti hiburan. Sehingga matta-aram atau mataram berarti pembangunan kerajaan atau kota ini adalah sebagai lambang pernyataan kegembiran sebagai hiburan sekaligus lambang kegairahan hidup untuk membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan lebih cerah. Kota Mataram juga dikenal dengan julukan Kota Seribu Masjid karena mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam dan tentunya karena banyak terdapat masjid di sana.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Bangkalan. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Bangkalan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Suku dan Bahasa

Suku Sasak merupakan suku bangsa mayoritas penghuni Kota Mataram, selain Suku Bali, Tionghoa, Melayu dan Arab. Keharmonisan kehidupan antar-suku di Mataram sempat terganggu oleh peristiwa pecahnya Kerusuhan Lombok pada 17 Januari 2000 yang menyeret isu agama dan ras sebagai penyebab kerusuhan.

Masyarakat Kota Mataram sebagian menggunakan Bahasa Sasak dalam keseharian, selain Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, Bahasa Samawa, serta bahasa Bima. Bahasa Sasak itu juga terbagi atas beberapa dialek, bergantung daerah masing-masing pengguna di Pulau Lombok, serta dapat digunakan sebagai acuan perbedaan strata sosial di masyarakatnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Kendi Maling

Lalu apa yang unik dari kendi maling ini?

Lombok ternyata juga menghasilkan kerajinan unik dari tanah liat. Aneka macam gerabah unik bisa kamu temui di Desa Banyumulek. Salah satu kerajinan gerabah yang paling mencuri perhatian yakni kendi maling.

Sekilas kendi ini tiada beda dengan kendi pada umumnya. Hanya saja pegangan atau leher kendi terlihat lebih panjang. Selain itu, kendi ini pun punya fungsi yang sama, yakni untuk menyimpan air agar menjadi sejuk. Chandrawinata, Tour Guide Fam Trip Media dan Travel Agent menjelaskan, dinamakan kendi maling karena lubang untuk memasukkan air berada di bawah.

Rahmatullah, Owner dari Pusat Kerajinan Gerabah Banyumulek memaparkan, lubang tersebut ternyata berbentuk seperti corong kerucut dan sebagai jalan masuknya air. Ketika kendi dalam posisi berdiri, otomatis air tidak akan keluar melalui lubang yang ada di bawah kendi.

"Itulah mengapa, kendi ini disebut kendi maling. Karena masuknya lewat belakang. Sembunyi-sembunyi seperti maling," ujarnya, melansir kanal Citizen6 Liputan6.comUntuk membuat satu kendi maling, kata Rahamatullah membutuhkan waktu satu minggu. Semuanya dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin apapun.


3. Taman Sosmed

Taman Sosmed di Ampenan, Mataram, NTB.  foto: Instagram @taman_sosmed

Taman Sosmed merupakan kampung wisata ala Jepang yang berada di Lingkungan Kebon Talo, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, menjadi objek swafoto baru di daerah ini. Setiap harinya dibanjiri pengunjung yang rata-rata dari kalangan generasi milenial. Pengelola taman ala Jepang yang juga warga Tinggar Ampenan, Ray Anugerah, mengatakan, dalam sehari pengunjung taman ala Jepang itu mencapai 150-200 orang.

Menuurt Ray, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com, konsep Taman Sosmed ini awalnya adalah taman bunga sebagai lokasi swafoto kekinian, namun karena bunganya masih kecil-kecil dan belum terlalu banyak, muncullah ide menyiasatinya yakni membuat spot foto yang unik. Salah satu lokasi foto yang dianggapnya unik adalah membangun model rumah Jepang dari bahan triplek lengkap dengan ornamen lampion dan bunga sakura, meskipun bunga sakura itu hanya buatan dari bunga plastik.

Ray merasa diuntungkan dengan kedatangan pengunjung yang berswafoto di Taman Sosmed karena satu orang yang mengunggah foto tersebut, ratusan bahkan ribuan orang bisa melihat dan akhirnya ingin datang ke lokasinya. Melihat tingginya animo masyarakat datang ke Taman Sosmed, ke depan Ray berencana akan menambah koleksi bunga-bunga untuk mengembalikan konsep awal sebagai taman bunga.


4. Wisata Halal

Berdasarkan data Mastercard Crescentrating Global Travel Market Index (GMTI) 2019, prediksi 230 juta wisatawan muslim secara global akan meramaikan sektor wisata di NTB. Hal ini selaras dengan Global Islamic Economy Report perputaran uang dari wisata halal dunia. (Liputan6.com/Rizki)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram, menata sejumlah situs makam yang dikeramatkan sebagai salah satu upaya mendukung wisata halal di Nusa Tenggara Barat. Salah satunya adalah Makam Dende Seleh.

Tempat ini merupakan salah satu wisata religi di Kota Mataram yang membutuhkan penataan agar dapat menjadi objek wisata religi yang layak dikunjungi, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Penataan yang akan dilakukannya antara lain di areal makam, tempat ziarah, dan fasilitas umum. Selain itu akan ditempatkan satu petugas yang akan menjaga makam sekaligus sebagai pemandu wisata makam.

Penataan makam Dende Seleh ini sebagai upaya penguatan sejarah, sehingga bisa menjadi ajang edukasi bagi masyarakat di Mataram. Dende Seleh adalah salah satu perempuan dari suku Sasak yang berani melawan penjajah. Nama "Dende" berarti anak mas atau anak kesayangan, sedangkan "Seleh" berarti solah atau solehah.


5. Wisata Alam dan Budaya

Gerakan BISA Kemenparekraf sambangi Kota Tua Ampenan (istimewa)

Pulau Lombok dengan pusat di Kota Mataram, merupakan tempat yang sangat terkenal dengan alam yang eksotis. Dari kota ini, Anda bisa menuju tempat wisata alam yang sangat terkenal di antaranya Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Pantai Kuta, Pantai Ampenan, Pesona Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yaitu Rinjani.

Untuk wisata budaya, perpaduan antara budaya Lombok dan Bali dan sentuhan dari etnis lainnya, melahirkan suatu kolaborasi budaya yang sangat menarik. Ada beberapa tempat menarik yang layak untuk dikunjungi terkait dengan hal tersebut antara lain, Kuburan Tionghoa Bintaro, Taman Mayura, Pura Meru, Pura Segara, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Loang Baloq, Kota Tua Ampenan, dan Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat.


6. Kuliner khas Mataram

Ayam Taliwang Khas Lombok

Ada banyak makanan khas Mataram yang bisa kamu coba dan semuanya enak. Yang paling dikenal adalah Ayam Taliwang. Awalnya makanan ini adalah hidangan keluarga Kerajaan Mataram di masa lalu, tapi lambat-laun makanan khas Mataram ini berubah menjadi makanan rakyat.

Ayam taliwang terbuat dari ayam kampung muda yang diberi beragam bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit keriting, terasi, kencur, tomat, garam, jeruk nipis, dan beberapa bumbu lainnya. Hidangan ini terbagi jadi dua versi, versi bakar dan versi goreng.

Lalu, ada Nasi Sukaraja yang sesuai dengan namanya, makanan ini berasal dari daerah Sukaraja di Mataram. Seporsi nasi sukaraja terdiri dari aneka lauk pauk seperti sayuran, ayam, dan tempe. Sekilas memang tidak ada yang istimewa. Tapi jangan salah, rasa lauk pauk makanan sangat berbeda karena diolah dengan bumbu khusus juga santan sehingga rasanya lebih gurih. Kuliner khas lainnya adalah Beberuk Terong, Sate Rembiga, Ayam Rarang dan Terasi Lombok.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya