Liputan6.com, Jakarta - Berjuang agar anak memiliki kehidupan yang sukses dan bahagia jadi hal yang dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Bahkan kerja keras biasanya selalu menjadi dalih untuk kehidupan anak yang terjamin tersebut.
Akibat sibuknya kerja keras, berupaya mati-matian untuk hidup anak, mencari uang dengan harapan bisa tajir melintir hingga tujuh turunan dan menciptakan hidup yang aman, stres seringkali muncul pada para orangtua.
Advertisement
Alhasil, anak berpotensi menjadi korban yang harus menelan efek stres yang muncul pada orangtuanya. Belum lagi jika stres tersebut membuat Anda sebagai orangtua terbiasa untuk melontarkan ocehan dan teriakan pada anak.
Namun benarkah kehidupan yang terjamin 100 persen lewat banyaknya uang dapat menciptakan anak yang sehat dan bahagia? Kenyataannya, tidak selalu.
Terdapat cukup banyak bukti bahwa orangtua yang sehat dan bahagia lebih mungkin untuk menciptakan anak yang sehat dan bahagia juga. Salah satunya tertuang dalam buku Happy Parents Happy Kids karya Ann Douglas.
Ann memulai pemaparan dalam bukunya lewat sebuah peringatan. Ia mengingatkan betapa orangtua seringkali terobsesi dengan anak-anaknya lewat berbagai hal.
"Orangtua kerap tanpa henti ditekankan membentuk dunia di sekitar anak-anaknya sebagai upaya untuk memberi mereka kesuksesan tanpa batas," ujar peneliti sosial dan psikologis, dr Michael Ungar mengutip Psychology Today, Minggu (17/7/2022).
Ironisnya, menurut Michael, semua stres yang muncul dibalik upaya tersebut tidak membawa manfaat bagi anak-anak Anda.
Selain itu, dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik Anda sebagai orangtua, maupun kesehatan mental dan fisik anak.
Bahagia Jadi Strategi yang Lebih Baik
Lebih lanjut Michael mengungkapkan bahwa strategi yang lebih baik justru dengan menjadi orangtua yang bahagia. Hal tersebut dianggap dapat lebih bermanfaat untuk membentuk anak kedepannya.
"Bersantailah dan jagalah diri kita lebih dulu, karena sedikit pengabaian yang baik justru dapat memberi anak-anak keunggulan yang kita inginkan. Anak dapat melihat keseimbangan hidup Anda dengan harapan-harapan yang masuk akal," ujar Michael.
Terlebih menurut penelitian yang dilakukan oleh Deb Sibnath dan rekannya menunjukkan bahwa rumah tempat dimana anak bertumbuh benar-benar dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Rumah yang merusak pun dicirikan oleh Deb dengan beberapa hal. Lalu apa sajakah itu? Berikut diantaranya.
1. Lingkungan rumah yang sulit dimana orangtua sering bertengkar.
2. Orangtua yang tidak saling berbagi masalah atau berkolaborasi untuk mencari solusi.
3. Rumah yang kurang adanya kehangatan orangtua.
4. Rumah dimana anak-anak mengalami perilaku pengendalian yang berlebihan dari orangtua. Misalnya adanya dorongan tertentu yang tidak realistis untuk terus-menerus mencapai hasil yang maksimal dalam berbagai bidang.
5. Rumah dimana orangtua menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang mengganggu, pemarah salah satunya.
Advertisement
Pengaruh Rumah yang Merusak
Michael menjelaskan, semua lingkungan rumah yang dijelaskan oleh Deb secara signifikan terkait dengan tingkat kecemasan anak, penyesuaian emosional yang buruk pada anak, dan tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah pada anak.
Pembahasan tersebut pun pernah dikemukakan oleh Michael dalam buku Change Your World: The Science of Resilience and the True Path to Success.
"Anak itu bersarang dalam sistem orangtuanya, yang ada untuk menjaga anak agar tetap aman, dan tentu saja, anak memiliki subsistem seperti sistem saraf yang bereaksi pada stres dan sistem psikologis yang sebenarnya bergantung pada seberapa baik pengasuhan yang diterima olehnya," ujar Michael.
"Seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua penuh kasih, aman secara emosional, memiliki tingkat toleransi, dan fleksibel lebih memiliki kemungkinan lebih kecil untuk memiliki trauma neurologis," tambahnya.
Sedangkan anak-anak yang mengalami trauma sendiri memiliki potensi untuk menjadi pribadi yang kurang tangguh. Padahal ketangguhan sendiri merupakan poin penting untuk seorang individu dapat bertahan menghadapi berbagai problematika dalam hidupnya.
Cara Jadi Orangtua Bahagia
Kabar baiknya, masih ada berbagai upaya yang dapat dilakukan agar Anda sebagai orangtua dapat menjadi pribadi bahagia.
Menurut KJ Dell'Antonia, penulis buku How to Be a Happier Parent: Raising a Family, Having a Life, and Loving (Almost) Every Minute, salah satunya adalah dengan mengajari anak mandiri.
"Orangtua yang bahagia biasanya akan membiarkan anak-anak mereka mandiri ketika sudah lebih besar. Misalnya, ketika kecil Anda membangunkan mereka untuk sekolah. Ketika sudah lebih besar, belikan alarm dan biarkan mereka bangun dengan sendirinya," ujar Antonia.
Dengan begitu, anak bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggung jawab tanpa Anda perlu teriak dan membentak mereka untuk bangun.
Membuat lebih banyak momen-momen bahagia juga dianjurkan. Menurut Antonia, momen tersebut pun tak perlu begitu rumit. Cukup lakukan hal sederhana bersama, misalnya dengan makan malam bersama.
Sehingga lewat aktivitas sederhana itu, kebutuhan emosional dan fisik bisa sama-sama terpenuhi dan mendorong adanya kebahagiaan kecil yang membekas.
Advertisement