Liputan6.com, Jakarta - Riset Mandiri Institute menyimpulkan bahwa industri pariwisata mulai pulih. Secara umum tingkat belanja masyarakat untuk sektor pariwisata masih tetap solid di tengah kenaikan inflasi dan kasus Covid-19.
Dikutip dari riset Mandiri Institute, Senin (18/7/2022), peningkatan aktivitas industri pariwisata ini disebabkan karena tingkat vaksinasi yang tinggi serta pelonggaran mobilitas.
Advertisement
"Pengendalian kasus Covid-19 yang relatif baik mendorong bangkitnya sektor pariwisata," rulis riset yang berjudul Perkembangan Belanja Sektor pariwisata.
Saat ini tingkat mobilitas masyarakat, terutama kunjungan ke daerah-daerah pariwisata terus meningkat. Secara spasial, tingkat belanja masyarakat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang merupakan daerah utama pariwisata, terus dalam tren meningkat, terutama sejak kasus Omicron mereda.
Secara khusus indeks di Bali saat ini merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi. Tren kenaikannya terjadi sejak dua minggu menjelang Lebaran.
Sedangkan Indeks di NTB meningkat pesat sejak awal Juni 2022. Saat ini mencapai level 110,5, tertinggi sejak prapandemi.
Hal ini mengindikasikan tingginya kunjungan masyarakat ke Bali dan NTB dari menjelang Lebaran hingga saat ini.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belanja di Hotel, Restoran dan Kafe
Pada daerah-daerah utama wisata, tingkat kunjungan yang lebih tinggi mendorong belanja terkait travel, tiket pesawat, hotel, dan restoran dibanding daerah lain. Dibanding sebelum Ramadan 2022, belanja terkait hotel saat ini di daerah pariwisata tumbuh 34 persen, lebih tinggi dibanding daerah lain yng tercatat 24 persen.
Demikian juga belanja terkait restoran, tumbuh 25 persen, juga lebih tinggi dibanding daerah lain yang 19 persen. Belanja-belanja lain yang juga meningkat cukup tinggi adalah yang terkait gaya hidup seperti entertainmen, fesyen, dan perhiasan.
Penggunaan pesawat untuk mobilitas antar daerah saat ini semakin meningkat. Sementara untuk mobilitas dalam kota atau antar daerah yang lebih dekat, selain menggunakankendaraan pribadi, penggunaan transportasi darat lainnya juga cenderung meningkat.
Ke depan, penguatan potensi rumah tangga dan para pelaku-pelaku usaha di daerah-daerah utama pariwisata, terutama di segmen mikro dan usaha kecil, perlu menjadi agenda penting oleh semua pemangku kepentingan.
Advertisement
Kemenparekraf: Pandemi Covid-19 Mengubah Cara Orang Berwisata
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melanjutkan sosialisasi sadar wisata.
Bertempat di Desa Wisata Aritonang, Desa Wisata Sibandang dan Desa Wisata Papande (Kabupaten Tapanuli Utara) serta Desa Merek dan Desa Tongging di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Sosialisasi Sadar Wisata berlangsung pada Kamis dan Jumat (14-15 Juli 2022).
“Saat ini wilayah Danau Toba menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas yang dikembangkan pemerintah. Untuk itu seluruh penggerak pariwisata harus meningkatkan kesadaran akan potensi pariwisata yang dimilikinya dan meningkatkan kapasitas dalam melayani kunjungan wisatawan, agar berdampak pada kesejahteraan warga yang ada di sekitar kawasan Danau Toba,” kata Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh dalam sambutannya saat membuka sosialisasi di depan 100 orang pelaku pariwisata dari setiap desa wisata, dikutip Sabtu (16/7/2022).
CHSE
Ia mengatakan, Sadar Wisata, yang terdiri dari 3 pilar yakni Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environmental Sustainability) merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Pandemi Covid-19 telah mengubah cara orang berwisata saat ini termasuk pada kunjungan ke destinasi wisata alam dan aktivitas fisik di alam terbuka yang menawarkan pengalaman unik dan berkesan bagi wisatawan. Kita mendesain dan menawarkan experience sehingga mewujudkan kunjungan berkualitas dan melahirkan dampak ekonomi, budaya dan dampak lingkungan yang positif. Desa wisata menjadi motor kebangkitan pariwisata,” ujar Frans Teguh.
Ia mengatakan pengalaman terbaik yang dirasakan oleh wisatawan karena sentuhan dari pelaku pariwisata tidak dapat menggantikan digitalisasi yang menjadi keniscayaan saat ini.
“Kita harus meyakini bahwa di bidang pariwisata, perlu hi-tech, teknologi tinggi, tapi kita juga perlu hi-touch. Dengan sentuhan, hospitality, interaksi yang harus menjadi dominan dalam setiap pelayanan, penanganan dan pengelolaan pariwisata kita di desa,” ucap Frans Teguh.
Advertisement