Liputan6.com, Jakarta - PT GTS Internasional Tbk (GTSI) mengungkapkan laporan keuangan perseroan sampai dengan 31 Juni 2022. Pada periode itu, GTS Internasional berhasil mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 3,01 juta atau sekitar Rp 45,09 miliar (kurs Rp 14.971 per USD).
Berbanding terbalik dari posisi Juni 2021, perseroan mencatat rugi USD 1,6 juta atau sekitar Rp 23,79 miliar. Raihan itu sejalan dengan pendapatan usaha GTS Internasional yang naik 116,53 persen menjadi USD 21,14 juta pada semester I 2022 dibanding semester I 2021 sebesar USD 9,76 juta.
Advertisement
Meski terdapat kenaikan beban pokok pendapatan sebesar USD 12,73 juta dibanding semester I 2021 sebesar USD 9,1 juta, laba kotor perseroan masih tumbuh 1.167,32 persen menjadi USD 1,42 juta pada semester I 2022.
Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan beban usaha sebesar USD 3,42 juta, naik dibanding semester I 2021 sebesar USD 1,07 juta. Meski begitu, perseroan berhasil membukukan laba usaha pada sebesar USD 4,99 juta, dibanding semester I 2022 yang mencatatkan rugi usaha sebesar USD 401,08 juta.
Perseroan mencatatkan pendapatan keuangan pada semester I 2022 sebesar USD 511.508, sementara biaya keuangan sebesar USD 1,16 juta. Untuk periode ini, perseroan tidak mencatatkan beban pajak penghasilan, sehingga diperoleh laba tahun berjalan sebesar USD 4,18 juta. Berbanding terbalik dari posisi juni 2021 yang mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar USD 724.390.
Dari sisi aset hingga Juni 2022 tercatat sebesar USD 125,61 juta, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 128,68 juta. Terdiri dari aset lancar USD 31,93 juta dan aset tidak lancar sebesar USD 93,79 juta. Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat turun menjadi USD 74,66 juta dibanding posisi Desember 2021 sebesar USD 80,63 juta.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 29,5 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar USD 45,16 juta. Sementara ekuitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar USD 50,95 juta, naik dibanding posisi akhir Desember sebesar USD 48,05 juta.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
GTS Internasional Gandeng LNG Japan Corporation Kembangkan Infrastruktur Maritim
Sebelumnya, perusahaan distribusi gas alam dan buatan, juga angkutan khusus, PT GTS Internasional Tbk ( GTSI) menandatangani kerja sama pengembangan infrastruktur maritim bersama LNG Japan Corporation (LJC).
Hal tersebut disampaikan oleh manajemen perseroan melalui keterbukaan informasinya ke regulator pasar modal, Bursa Efek Indonesia (Bursa), Jumat, (4/2/2022).
Penandatanganan kesepakatan tersebut dilakukan secara online di Jakarta dan Jepang, pada Rabu, 2 Februari 2022, oleh Direktur Utama GTS Internasional Imam Santoso dan Bussiness Developement and Operation Division LGC Kenichi Ushio.
Kedua belah pihak bekerja sama dalam LNG Carrier "TRIPUTRA" di Indonesia sejak 2016 untuk mendukung gasifikasi di Bali dan Sulawesi.
Kesepakatan (MoU) tersebut bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama guna memfasilitasi penggunaan gas bumi sebagai energi transisi yang lebih jelas di Indonesia.
GTSI dan LJC sepakat untuk menjajaki peluang pengembangan infrastruktur maritim di dalam negeri termasuk pengangkut LNG, atau unit penyimpanan dan regasifitasi terapung FSRU.
LJC sudah memulai bisnis di Indonesia dengan pengembangan Plant Pencairan LNG di Kalimantan Timur pada tahun1970-an.
Advertisement
Tingkatkan Kualitas
Sementara GTSI dan LGC sudah menjalin hubungan bisnis sejak 1980-an. Kedua belah pihak sama-sama memiliki kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan iklim dan energi bersih, yang saat ini menjadi perhatian dunia.
"Kami patut bangga dengan dibangunnya LNG Carrier Eka Putra I, GTSI hingga kini konsisten dan terus berkomitmen untuk membawa energi bersih untuk seluruh masyarakat Indonesia" kata Kemal.
Ushio menambahkan gas dan LNG akan menjadi salah satu opsi energi bersih di Indonesia sebagai bagian dari transisi bahan bakar menuju net-zero society.
LNG merupakan sumber energi ramah lingkungan dengan skema kompleksitas tinggi dalam produksi dan distribusi, sehingga dapat dinikmati oleh pengguna.
Untuk distribusi LNG diperlukan infrastruktur dan sistem pengoperasian berteknologi tinggi serta dikendalikan oleh orang-orang dengan keahlian khusus bersertifikasi nasional dan internasional.
Kunci sukses kegiatan distribusi LNG adalah keandalan dan upaya proaktif dalam mengurangi emisi karbon. Untuk itu PT GTS Internasional terus berupaya meningkatkan kualitas secara konsisten dan berkesinambungan sebagai landasan untuk menghadapi perubahan di masa depan.
GTS Internasional Kantongi Kontrak Pengapalan LNG dengan BP Berau
Sebelumnya, PT GTS Internasional Tbk (GTSI) melalui salah satu anak perusahaannya, PT Hikmah Sarana Bahari (HSB) meraih kontrak dari BP Berau Ltd. dalam pengapalan kargo Liquefied Natural Gas (LNG).
Pengapalan tersebut akan menggunakan kapal EKAPUTRA-1 dengan jangka waktu 1 tahun, terhitung mulai 7 Januari 2022.
"Kami merasa bangga atas perolehan kontrak ini, yang mengangkut LNG dari Tangguh ke beberapa terminal di Indonesia bagian barat. Ini juga salah satu langkah mendukung Indonesia yang berkomitmen untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan,” ujar Kemal Imam Santoso, Direktur Utama GTS Internasional dalam keterbukaan informasi Bursa, ditulis Senin (17/1/2022).
Corporate Secretary PT GTS Internasional Tbk, Dandun Widodo menambahkan, kerja sama ini juga sebagai wujud komitmen GTSI melalui anak usaha untuk terus berkontribusi menyediakan energi bangsa oleh anak bangsa.
HSB sebagai penerima kontrak telah menuntaskan assessment yang dilaksanakan oleh BP Indonesia kepada PT Humolco LNG Indonesia sebagai shipping management company untuk kapal EKAPUTRA-1.
Untuk kontrak yang diperoleh saat ini, EKAPUTRA-1 mengangkut LNG yang diproduksi di Kilang Tangguh LNG yang dioperasikan oleh BP Berau Ltd dengan lokasi muat (loading) di pelabuhan Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat dan discharging port yang direncanakan berada pada beberapa titik di Indonesia bagian barat, di antaranya Arun Port, FSRU Jawa Barat, FSRU Lampung dan FSRU Jawa Satu.
“Dengan memiliki standar operasi dan safety is a must serta kepatuhan terhadap regulasi berstandar internasional, kami yakin kapal dan awak kapal dapat membawa muatan pelanggan yang high risk dengan aman. Tujuannya, adalah menjaga kepercayaan pelanggan, trust yang kami jaga dari tahun ke tahun dalam bermitra,” imbuh Dandung.
Advertisement