Kasus COVID-19 Hari Ini Tembus 563 Juta, Cek Infeksi 10 Negara di Asia Berikut

Kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 563.383.888. Dengan penambahan 23.053.744 dalam 28 hari terakhir.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Jul 2022, 09:56 WIB
Ilustrasi varian Covid-19 Omicron. Credits: pexels.com by Edward Jenner

Liputan6.com, Jakarta - Menurut data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU), Selasa (19/7/2022), kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 563.383.888. Dengan penambahan 23.053.744 dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.371.180 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 47.532 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 11.833.321.443 dosis.

Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir dan secara total keseluruhan.

Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. Amerika Serikat
  2. Prancis
  3. Jerman
  4. Italia
  5. Brasil
  6. Jepang
  7. Australia
  8. Taiwan
  9. Inggris
  10. Meksiko

Menurut urutan tersebut, negara dan kawasan di Asia tercatat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. Yakni jepang dan Taiwan.

3 Kasus Varian Omicron BA.2.75 Terdeteksi di Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ada tiga kasus subvarian Omicron BA.2.75 yang sudah terdeteksi di Indonesia. Dari ketiga kasus, dua di antaranya berasal dari penularan transmisi lokal.

Sumber penularan subvarian Omicron BA.2.75 dari transmisi lokal ini pun masih dalam penyelidikan Kementerian Kesehatan. Adapun satu kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri.

"Kami juga meng-update ke Bapak Presiden (Joko Widodo/Jokowi), ada subvarian baru yang namanya BA.2.75 yang sekarang beredar di India mulainya dan sudah masuk ke 15 negara," ungkap Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Istana Merdeka Jakarta pada Senin, 18 Juli 2022.

"Ini juga sudah masuk di Indonesia. Satu kasus ada di Bali karena kedatangan luar negeri, sedangkan dua kasus lain ada di Jakarta. Jadi, kemungkinan besar transmisi lokal, sedang kita cari sumbernya dari mana."

Varian BA.2.75 yang dijuluki Centaurus ini pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei 2022. Sejak temuan varian, kasus COVID-19 telah meningkat tajam.

Adanya penyebaran varian BA.2.75 tampaknya lebih cepat daripada varian BA.5 yang sangat menular, yang juga ada di India dan juga cepat menggantikan varian BA.2 yang sebelumnya dominan di banyak negara. BA.2.75 telah terdeteksi di beberapa negara lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat (AS), Australia, Jerman, dan Kanada. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kasus di Asia

Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 164.764.041.

Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:

  1. India 43.779.265
  2. Korea Selatan 18.861.593 dengan penambahan kasus baru 73.537
  3. Turki 15.297.539
  4. Vietnam 10.761.435
  5. Jepang 10.308.445
  6. Iran 7.284.165
  7. Indonesia 6.138.346
  8. Korea Utara 4.771.860
  9. Malaysia 4.626.061
  10. Thailand 4.562.968

Prokes dan Vaksinasi Booster, Cegah Keparahan Saat Terpapar Virus Corona COVID-19

Bagi masyarakat yang sudah vaksinasi booster, diingatkan bahwa tidak menjamin sepenuhnya kebal dari penularan COVID-19. Vaksinasi booster atau dosis ketiga memberikan perlindungan agar tidak sakit berat tatkala tertular COVID-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan tiga manfaat pemberian vaksin COVID-19 termasuk booster, utamanya mencegah perburukan dan mengurangi jumlah virus Corona. Hal ini membuat virus tidak mudah menularkan kepada orang lain.

"Pada prinsipnya, vaksin memiliki tiga manfaat besar. Yaitu mencegah terinfeksi, mencegah perburukan gejala apabila terinfeksi, dan mengurangi jumlah virus yang ada di dalam tubuh sehingga tidak mudah menularkan," ujar Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Jumat (15/7/2022).

"Manfaat vaksin yang dirasakan saat seseorang terinfeksi juga dapat menegaskan, bahwa seseorang yang sudah divaksin lengkap, bahkan booster sekalipun tidak menjamin dapat 100 persen kebal dari COVID-19."

Oleh karena itu, perlindungan setelah vaksinasi COVID-19 adalah disiplin protokol kesehatan dengan tetap memakai masker. Penggunaan masker pun diimbau kini kembali diterapkan baik di dalam maupun luar ruang seiring kenaikan kasus COVID-19 yang sedang terjadi.

"Pada perayaan Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Juli kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menegaskan pentingnya memakai masker di manapun berada. Hal ini semata-mata demi melindungi dari penularan virus yang kembali meningkat," jelas Wiku.


Jaga Balita Terhindar dari Subvarian Baru COVID-19, Cukupkah dengan Memenuhi Nutrisinya?

Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Ada kekhawatiran bagi orang tua yang memiliki anak balita karena muncul subvarian virus COVID-19 yang semakin kuat. Sementara anak-anak di bawah 6 tahun belum bisa mendapatkan vaksin. 

Lantas, apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah penularan virus ini?

Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah, William Jayadi Iskandar mengatakan, pandemi COVID-19 memang tidak kunjung usai sejak pertama kali ditemukan di Indonesia dua tahun lalu.

"Indonesia pun menjadi salah satu negara yang memiliki pasien COVID-19 anak terbanyak di dunia. Karenanya, sangat penting menjaga daya tahan tubuh anak, untuk menghindarkannya dari penyebaran virus," katanya melalui pesan elektronik kepada Liputan6.com, Sabtu (16/7/2022).

Berikut dr William memberikan tips yang bisa dilakukan orangtua 

1. Pastikan asupan makanan sehat dan bergizi untuk si kecil

Hindari makanan yang berpengawet, berkadar gula dan garam tinggi, dan mengandung lemak jenuh tinggi. Berikan makanan bergizi seimbang dengan protein hewani yang cukup, serta konsumsi buah dan sayur secukupnya.

2. Atur jadwal tidur yang cukup dan teratur

Anak butuh tidur selama 12-16 jam/hari,sedangkan remaja butuh tidur 8-10 jam/hari. Batasi penggunaan gadget atau screen time sekitar 1 jam sebelum tidur.

3. Berolahraga bersama si kecil secara rutin setiap hari, setidaknya sekitar 1 jam/hari, serta kelola stres yang baik.

Obesitas merupakan salah satu komorbiditas yang dapat memperberatinfeksi covid-19.Jangan lupa lengkapi vaksinasi anak sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

4. Terapkan protokol kesehatan yang ketat

Tetap memakai masker apabila keluar rumah, dan menjaga kebersihan tangan.


Dokter Paru Sebut Vaksinasi Kurang Risiko Long COVID

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Long COVID-19 (Foto: Unsplash)

Vaksinasi menjadi salah satu upaya mengurangi risiko long COVID atau sindrom setelah individu terinfeksi COVId-19. Hal tersebut disampaikan spesialis paru dr Fathiyah Isbaniah, Sp.P.

"Salah satu cara unutk mengurangi risiko long COVID-19 atau sindrom setelah COVID-19 adalah dengan vaksinasi, mulai dosis pertama hingga dosis penguat," jelasnya di Jakarta, Senin, 18 Juli 2022, dilansir Antara.

Pernyataan tersebut disampaikannya selepas konferensi pers sosialisasi penelitian/riset terkait Long COVID-19, hasil kerja sama RSUP Persahabatan, Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, serta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Fathiyah yang juga Ketua Divisi Infeksi RSUP Persahabatan menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko sindrom pasca COVID-19 atau long COVID. Pertama, usia di atas 50 tahun, penyakit penyerta atau komorbid, hipertensi, obesitas, kondisi psikiatri, penyakit imunosupresif, dan tingkat keparahan gejala saat fase akut COVID-19.

Menurutnya, sedikitnya ada dua upaya yang bisa dilakukan guna mengurangi risiko long COVID-19.

Upaya pertama, individu yang memiliki komorbid harus dikontrol agar terkendali.

"Pertama, jika seseorang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, harus dikontrol, misalkan memiliki diabetes, penyakit ginjal, atau hipertensi, harus dikontrol agar dapat terkendali," ujarnya.

Upaya kedua, kata Fathiyah, melengkapi diri dengan vaksinasi guna mengurangi risiko terinfeksi atau kalaupun terinfeksi diharapkan dapat mencegah risiko gejala berat atau mengurangi keparahan gejala pada saat fase akut COVID-19.

Infografis 6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya