Liputan6.com, Jakarta Jalanan menurun dan curam sepanjang 1 kilometer, menjadi saksi bisu tewasnya 10 nyawa di Jalan Transyogi, kawasan simpang Citra Grand CBD Cibubur.
Insiden maut tersebut disebabkan oleh serudukan truk bermuatan bahan bakar milik PT Pertamina yang diduga tidak cukup kuat mengerem saat bertemu lampu merah usai turunan dengan kemiringan yang melandai.
Advertisement
"Kata pengemudinya remnya blong, dia langsung lari ke saya dan minta pertolongan. Tolong saya dibawa ke polisi,” kata Kunto Wirahadi, seorang saksi mata yang mengaku melihat betul insiden nahas itu terjadi, Selasa (19/7/2022).
Kunto adalah seorang security dari Dealer Mobil Suzuki. Kantornya, berada persis depan tempat perkara. Dia mengaku, saat kejadian sore kemarin, tengah menikmati kopi sembari jam bubaran pegawai dealer. Dia sangat kaget saat insiden terjadi.
Namun menurut dia, terlepas dari dugaan rem blong dari truk atau kelalaian pengemudi, sebagai seorang yang bekerja lebih dari dua tahun di tempat tersebut, hadirnya lampu merah di persimpangan Kompleks Citra Grand CBD dinilai janggal.
Pasalnya, lampu merah itu sebelumnya tidak ada dan baru berdiri dalam tiga bulan terakhir seiring hadirnya pembangunan kompleks CBD Citra Grand.
“Tadinya tidak ada lampu merah ini, tapi belakangan ada. Tiga bulan terakhir kali ya. Ngerinya ya itu, jalannya kan menurun terus harus ngerem,” jelas Kunto.
Kemiringan yang curam, lampu merah dan minimnya rambu peringatan menjadi kejanggalan yang menyatu di lokasi kejadian insiden truk maut. Pihak kepolisian yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pun mengamini jika seharusnya lampu merah itu ditiadakan.
“Kalau dilihat kasat mata (lampu merah) tidak layak, jadi akan kita evaluasi. Saya dari pihak kepolisian akan melihat dari data yang ada tentu mencari penyebabnya apa,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman kepada wartawan di lokasi, Selasa (19/7/2022).
Lampu Lalu Lintas Dinonaktif
Akibat ketidaklayakan tersebut, Latif memutuskan untuk menonaktifkan lampu merah selama proses penyeledikan insiden truk maut ini.
"Iya untuk sementara rekayasa lalu lintas ini lampu merah dinonaktifkan, Ada u-turn (tempat putar balik) juga tidak boleh dilewati kita tutup,” tegas dia.
Dia pun berharap, usai penyelidikan dan pemanggilan para pihak terkait seperti pengembang kompleks CBD dan pihak Dishub setempat, lampu merah dan lokasi putar (u-turn) dapat ditutup permanen.
“Nanti setelah kita FGD bersama para pihak, baru kita permanenkan. Kita lihat dulu kajian ini sebelumnya seperti apa dan kenapa akhirnya ada karena sebelumnya kan tidak ada,” Latif memungkasi.
Ancaman Warga Blokir Jalan
Kelompok masyarakat gabungan Cibubur menggelar protes adanya lampu merah di kawasan CBD Citra Grand Cibubur. Menurut mereka, lampu merah tersebut adalah salah satu penyebab kecelakaan maut truk BBM yang menewaskan 10 jiwa kemarin, Senin (18/7) sore di Jalan Transyogi Cibubur.
Achmad Suhawi, perwakilan kelompok tersebut yang tinggal di Kota Wisata, mendesak agar lampu merah tersebut bisa dihilangkan. Sebab, dia menduga hadirnya lampu merah tersebut hanya untuk kepentingan pengembang.
"Kami meminta lampu merah ditutup total atau dihilangkan atau diganti lampu hati-hati saja kedip-kedip. Karena lampu merah itu kami duga untuk kepentingan deveoper CBD,” tegas Achmad kepada awak media saat jumpa pers di Sanding Cafe Cibubur, Selasa (19/7/2022).
Senada dengan Achmad, Lisman Hasibuan yang juga seorang warga Cibubur megaku keberatan jika lampu merah itu terus dibiarkan beroperasi. Selain dinilai hanya menguntungkan penghuni Kompleks CBD, mudarat dari adanya lampu merah tersebut lebih besar, mulai dari kemacetan hingga potensi kecelakaan maut.
"Kalau tidak ditutup saya akan bertanggungjawab dalam aksi menduduki kawasan itu. Saya akan gerakan warga menutup jalan itu, ini tuntutan kami,” tegas dia.
"Karena selama tak ada lampu merah, sebelumnya kami aman saja, ini sudah beberapa kali kejadian (kecelakaan) dan kemarin yang terparah,” Lisman memungkasi.
Advertisement