Liputan6.com, Jakarta - Penambahan kasus COVID-19 menembus angka lima ribu pada Selasa (19/7/2022). Kasus aktif juga terus meningkat dengan peningkatan per hari ini sebanyak 2.483.
Kasus positif COVID-19 hari ini tepatnya berjumlah 5.085. Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif COVID-19 di Indonesia menjadi 6.143.431 terhitung sejak Maret 2020.
Advertisement
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 2.596, sehingga akumulasinya menjadi 5.955.577. Sedangkan, kasus meninggal juga mengalami penambahan. Hari ini bertambah 6 kasus sehingga totalnya menjadi 156.865.
Kasus aktif juga terus meningkat dengan peningkatan per hari ini sebanyak 2.483 sehingga akumulasinya menjadi 30.989. Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 127.033 dan suspek sebanyak 6.355.
Laporan dalam bentuk tabel juga merinci penambahan kasus terbanyak di lima provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali.
-DKI Jakarta hari ini melaporkan 2.485 kasus baru dan 1.400 orang telah sembuh.
-Jawa Barat 971 kasus positif baru dan 339 orang dinyatakan sembuh.
-Banten 649 kasus konfirmasi baru dan 423 orang sembuh dari COVID-19.
-Jawa Timur di peringkat keempat dengan 344 kasus baru dan 225 orang sembuh.
-Bali 167 kasus baru dan 68 orang sembuh dari COVID-19.
Provinsi lain mulai menunjukkan penambahan kasus baru di angka puluhan. Namun, masih ada provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Provinsi-provinsi itu adalah Bengkulu, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, dan Papua Barat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Puncak Kasus Covid-19
Kemunculan varian BA.2.75 yang merupakan 'anakan' Omicron menguak pertanyaan, apakah prediksi puncak kasus COVID-19 di Tanah Air akan tepat terjadi pada Juli 2022 atau malah mundur? Apalagi sudah ada temuan tiga kasus BA.2.75 di Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, prediksi puncak COVID-19 masih akan diamati lebih lanjut. Bahkan prediksi tersebut dan jumlah kasus yang diperkirakan naik bisa saja berubah seiring dengan kepulangan jemaah haji.
"Kita lihat dengan pulangnya jemaah haji, kita lihat profil (karakteristik) mungkin agak berubah karena memang jemaah haji pada berdatangan dan ada beberapa juga yang kena (positif COVID-19)," kata Budi Gunadi usai Launching BioColomelt-Dx di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.
Walau begitu, menurut Budi Gunadi, kenaikan subvarian Omicron BA.2.75 di India -- sebagai negara yang pertama kali menemukan kasus varian tersebut -- terbilang sedikit. Kenaikan kasus COVID-19 utamanya masih disumbang dengan penyebaran varian Omicron BA.4 dan BA.5.
"Kalau kita bandingkan dengan negara lain, India kenaikannya (Omicron BA.2.75) kayak kita sedikit. Justru BA.4 dan BA.5 yang ada di Inggris, Portugal, Amerika Serikat, dan Jepang itu yang tinggi," jelasnya.
"Nah, Prancis sama Amerika sudah di atas 100.000 kasus, Singapura, Jepang."
Advertisement
Sudah Berkembang
Virus Corona yang berubah dengan cepat telah melahirkan mutan Omicron lainnya yang mengkhawatirkan para ilmuwan. Terlebih, varian ini sudah mulai berkembang di India dan muncul di banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS).
Para ilmuwan mengatakan varian BA.2.75 mungkin dapat menyebar dengan cepat dan menghindari kekebalan yang dibentuk dari vaksin dan infeksi sebelumnya. Meski begitu, masih belum jelas apakah itu dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada varian Omicron lainnya, termasuk BA.5 yang paling menonjol secara global.
“Masih terlalu dini bagi kami untuk menarik terlalu banyak kesimpulan,” kata direktur virologi klinis di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Matthew Binnicker, dikutip dari The Indian Express, Selasa (19/7/2022). “Tapi sepertinya, terutama di India, tingkat penularannya menunjukkan peningkatan eksponensial.”
"Apakah akan mengungguli BA.5 ya masih belum dipastikan. Namun, fakta bahwa itu telah terdeteksi di banyak bagian dunia, bahkan dengan tingkat pengawasan virus yang lebih rendah merupakan indikasi awal penyebarannya,” sambung Shishi Luo, kepala penyakit menular untuk Helix, sebuah perusahaan yang memasok sekuensing virus.