Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo, mengatakan Indonesia termasuk negara dengan probabilitas krisis ekonomi relatif kecil, yaitu 3 persen.
“Berdasar survei Bloomberg Indonesia termasuk negara yang probabilitas krisis relatif kecil sekitar 3 persen,” kata Wahyu kepada Liputan6.com, Rabu (20/7/2022).
Advertisement
Selain itu, Wahyu menyebut kinerja APBN tahun 2022 juga menunjuk performance yang baik pendapatan optimal, APBN surplus, primary balance juga surplus, risiko utang terkendali.
“Jadi, menurut kami dari sisi makro relatif stabil dan sisi fiskal tetap sustainable,” ujarnya.
Tak hanya itu saja, Indonesia recovery atau pemulihan ekonominya cukup kuat dibanding negara lain, bahkan inflasi masih terkendali.
“Recovery cukup kuat, inflasi masih terkendali (stabilitas ekonomi). Defisit tahun 2021 sebesar 4,57 persen PDB dan rasio utang relatif rendah 40,7 persen PDB di banding beberapa negara lain,” ucapnya.
Pernyataan IMF
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memberi keyakinan kepada Pemerintah RI, bahwa Indonesia secara mandiri masih bisa bertahan dari ancaman situasi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina. Sehingga Indonesia cenderung aman dari ancaman krisis ekonomi.
Hal itu dikatakan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di hadapan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022) lalu.
Georgieva memprediksi, Indonesia bisa menyelesaikan 2022 ini dengan pertumbuhan ekonomi positif. Selama, negara masih bisa bertumpu pada kekuatan domestiknya dan tidak terlalu terpengaruh dari gangguan yang terjadi di tingkat global.
Advertisement
Indonesia Punya Senjata Ampuh Lolos dari Jerat Krisis Ekonomi, Apa Itu?
Dana Moneter Internasional (IMF) memberi keyakinan kepada Pemerintah RI bahwa Indonesia secara mandiri masih bisa bertahan dari ancaman situasi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina. Sehingga Indonesia cenderung aman dari ancaman krisis ekonomi.
Hal itu dikatakan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di hadapan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022) lalu.
Menanggapi, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, mengatakan Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis ekonomi, karena peran APBN yang adaptif.
Dia memahami, kondisi pandemi COVID-19 dan memanasnya situasi geopolitik perang Rusia-Ukraina menyebabkan gangguan ekonomi dunia.
Diantaranya, menghambat aliran perdagangan global, meningkatkan harga minyak, mengancam rantai pasokan makanan, meningkatkan risiko stagflasi, memperbesar inflasi, dan menghambat pemulihan ekonomi dunia.
Namun, di tengah kondisi resesi dunia, perekonomian Indonesia terus pulih dan mampu bertahan dengan kondisi fundamental yang kuat dengan kebijakan ekonomi yang responsif, akuntabel, dan kredibel.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan memberikan apresiasi yang tinggi kepada badan dan lembaga dunia yang telah memprediksikan kondisi ekonomi Indonesia yang aman dari resesi seperti IMF, World Bank, OECD, dan Fitch Ratings.
“Proyeksi kondisi ekonomi Indonesia yang lebih resilien dibandingkan negara lain di dunia, tidak terlepas dari peran APBN yang aktif dan adaptif,” kata Yustinus kepada Liputan6.com, Rabu (20/7/2022).
Selanjutnya
Dia menegaskan, APBN berhasil menjadi shock absorber atas tantangan situasi global melalui kebijakan pemulihan ekonomi nasional, perlindungan sosial dan masyarakat, peningkatan kesehatan, subsidi dan kompensasi, serta fasilitas-fasilitas ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat.
Kendati demikian, Indonesia melalui Kementerian Keuangan terus mengelola perekonomian negara dengan prudential, antisipatif, dan cepat-tanggap untuk terus mendorong pemulihan dan stabilitas ekonomi di tengah resesi global yang terjadi.
“Kebijakan pemerintah dalam menjaga perekonomian negara, dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi atas kondisi dinamika ekonomi global saat ini,” pungkasnya.
Advertisement