Liputan6.com, Jakarta - Waspada dengan tumor testis. Karena, tumor ini bisa menyebabkan kanker nantinya. Selain itu, berkembang biaknya sel tumor ganas pada testis juga bisa mengakibatkan kanker testis.
Testis adalah dua kelenjar berbentuk seperti telur yang terletak dalam kantung skrotum di bawah penis. Organ ini berperan dalam menghasilkan hormon testosteron yang merupakan hormon seksual pada pria dan spermatozoa untuk membuahi sel telur wanita.
Advertisement
Tumor testis atau kanker testis sering ditemukan pada pria usia 20-35 tahun. Sementara kasus kanker testis pada anak-anak dan orang tua agak jarang ditemukan.
Penyakit ini dapat disembuhkan bila dideteksi secara dini. Bahkan, tingkat kesembuhannya sangat tinggi bila segera diambil tindakan.
Berikut tentang tumor testis yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber:
Gejala Tumor Testis
Gejala tumor testis yang bisa mengarah pada kanker adalah sebagai berikut:
- Pembengkakan atau penumpukan cairan tiba-tiba di skrotum
- Benjolan atau pembengkakan di salah satu testis
- Perasaan berat di skrotum
- Nyeri tumpul di selangkangan atau perut bagian bawah
- Nyeri atau ketidaknyamanan di skrotum atau testis
- Testis yang menyusut (atrofi testis)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab Tumor Testis
Penyebab tumor testis atau kanker testis belum diketahui secara pasti. Penyebab tumor testis yang mengarah kepada tumor ganas berkembang ketika sel berkembang biak lebih cepat dari biasanya.
Akhirnya, membentuk benjolan atau tumor. Faktor risiko penyebab tumor testis yang ganas di antaranya:
- Usia, paling sering menyerang orang berusia antara 15 dan 35 tahun
- Testis tidak turun, testis terbentuk di perut janin selama kehamilan dan biasanya jatuh ke skrotum sebelum lahir. Testis yang tidak jatuh disebut testis yang tidak turun dan mungkin memerlukan pembedahan. Terlahir dengan kondisi ini dapat meningkatkan risiko kanker testis, bahkan jika kamu menjalani operasi
- Ras dan etnis, tumor testis lebih sering terjadi pada orang kulit putih non-Hispanik di Amerika Serikat dan Eropa
- Riwayat pribadi atau keluarga, lebih mungkin mengembangkan tumor testis jika orang tua kandung atau saudara kandung memilikinya.
- Kondisi genetik tertentu yang diturunkan, seperti Sindrom Klinefelter, yaitu kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya salinan kromosom X tambahan, juga dapat meningkatkan risiko tumor testis.
- Memiliki tumor testis di satu testis meningkatkan kemungkinan terkena kanker kedua di testis lainnya
- Infertilitas, beberapa faktor yang sama yang menyebabkan infertilitas mungkin juga terkait dengan perkembangan kanker testis. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hubungannya.
Advertisement
Cara Mendeteksi Tumor Testis
Cara mendeteksi tumor testis bisa sdilakukan setiap bulannya dengan mudah. Pemeriksaan ini bisa dilakukan setiap pria setelah memasuki masa pubertas.
Anda perlu mengidentifikasi perubahan di testis. Misalnya jika ada benjolan, nodul, kekerasan atau testis yang menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Melansir Indonesia Cancer Care Community, cara mendeteksi tumor testis bisa dilakukan dengan:
1. Genggam satu testis dengan 2 tangan setelah mandi.
2. Gerakkan testis dengan ibu jari dan jari telunjuk menggunakan sedikit tekanan.
3. Temukan struktur seperti saluran di belakang testis. Jika telah familiar dengan ini, kamu bisa membedakannya dengan benjolan abnormal.
4. Rasakan apakah ada benjolan, perubahan ukuran, atau bentuk testis yang tidak teratur. Jika ukuran salah satu testis sedikit lebih besar, ketahuilah bahwa itu adalah hal yang normal.
Selain itu, ada pula rekomendasi untuk memeriksa mandiri testis setiap bulannya. Pemeriksaan testis mandiri atau yang disebut testicular self-exams (TSE) dapat Anda lakukan hanya dalam dua menit.
Banyak fasilitas kesehatan merekomendasikan untuk memeriksa testis setiap bulan.