Melihat Peluang hingga Tantangan Pasar Modal Indonesia

Tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia pada 2022, salah satunya masalah inflasi.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Jul 2022, 05:52 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat peluang dan tantangan yang akan dihadapi pasar modal pada 2022. Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan mengatakan, penanganan COVID-10 di Indonesia menjadi salah satu peluang yang bisa dijalani pada 2022.

"Penanganan COVID-19 di kita juga menjadi peluang," kata Verdi dalam Edukasi Wartawan terkait Market Update, Rabu (20/7/2022).

Dia juga menjelaskan, penanganan COVID-19 dilakukan melalui protokol kesehatan masyarakat, percepatan dan peluncuran booster vaksin COVID-19, serta membatasi perjalanan dari negara-negara yang berpotensi menularkan jenis baru.

Selain itu, peluang juga berasal dari pemulihan ekonomi domestik, seperti surplus perdagangan, daya beli dan dukungan konsumsi, manajemen fiskal yang sehat, dan lain-lain.

Selanjutnya dilihat dari harmonisasi regulasi, yakni penyederhanaan beberapa regulasi yang memiliki kesamaan untuk menarik lebih banyak investasi dan meningkatkan pendapatan (misalnya Omnibus Law dan Tax Harmonization Law).

Verdi juga menjelaskan tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia pada 2022, salah satunya masalah inflasi.

"Tantangan di 2022 ini yang berlangsung saat ini masalah inflasi, kebijakan moneter, krisis energi dan geopolitik di Ukraina,” kata Verdi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Risiko Stagflasi

Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menuturkan, pada 2022, terdapat tantangan risiko stagflasi. Meningkatnya inflasi sebagai akibat dari pemulihan ekonomi dan gangguan rantai pasokan telah mengancam pertumbuhan ekonomi global disertai dengan meningkatnya risiko stagflasi.

Kemudian, ada kebijakan moneter ketat juga menjadi tantangan yang harus dihadapi pada tahun ini, seperti bank sentral global memutuskan untuk memperketat kebijakan (melalui tapering off dan kenaikan suku bunga) sebagai implikasi dari lonjakan inflasi dari pemulihan ekonomi.

Bahkan, tahun ini juga krisis energi menjadi tantangan bagi BEI. Pemulihan ekonomi mendorong tingginya permintaan energi, mulai dari China hingga Eropa, tetapi tidak diikuti oleh sisi pasokan dan menipisnya stok, serta kepedulian lingkungan terhadap transisi energi bersih, yang berujung pada terganggunya rantai pasokan.

Tantangan selanjutnya adalah dari konflik antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan negara-negara barat telah menyebabkan ketidakpastian global mengenai kenaikan inflasi, ketidakstabilan ekonomi, dan volatilitas pasar. Varian baru COVID-19, perubahan iklim, dan lainnya juga menjadi tantangan bagi BEI.


IHSG Melemah 1,3 Persen pada 11-15 Juli 2022 Imbas Inflasi AS

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada periode 11-15 Juli 2022. Koreksi IHSG 1,31 persen selama sepekan.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (16/7/2022), IHSG melemah ke posisi 6.651,90 dari pekan lalu 6.740,21. IHSG yang melemah juga diikuti penurunan kapitalisasi pasar. BEI mencatat kapitalisasi pasar merosot 0,88 persen menjadi Rp 8.772,66 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar susut Rp 78 triliun dari pekan lalu Rp 8.850,22 triliun.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa naik 0,06 persen menjadi 17.618 miliar saham dari 17.607 miliar saham pada penutupan yang lalu. Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian turun 4,1 persen menjadi Rp 10,39 triliun pada pekan ini dari pekan lalu Rp 10,83 triliun.

Selain itu, rerata frekuensi harian bursa merosot 3,31 persen menjadi 1.004.832 transaksi dari 1.039.217 transaksi pada penutupan pekan ini.

Investor asing mencatat aksi beli bersih Rp 56,7 miliar pada Jumat, 15 Juli 2022. Sepanjang 2022, investor asing melakukan pembelian saham Rp 56,90 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG masih cenderung dipengaruhi oleh sentimen global selama sepekan.  Sentimen itu datang dari inflasi Amerika Serikat yang masih tinggi. Tercatat inflasi Amerika Serikat pada Juni 2022 mencapai 9,1 persen.

“Masih adanya kekhawatiran investor akan adanya perlambatan ekonomi Amerika Serikat dan global juga masih dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas terutama dari sektor energi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Adapun pada pekan depan, Herditya prediksi, IHSG masih sideways atau mendatar tetapi rawan koreksi. IHSG akan bergerak di level support 6.600 dan resistance 6.767.


Sentimen Pemulihan Ekonomi Topang Penguatan IHSG

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatat pertumbuhan positif meski naik terbatas ditopang sentimen optimisme pemulihan ekonomi.Hingga 15 Juli 2022, IHSG mencapai 6.651.91 atau meningkat 1,07 persen.

"Pergerakan indeks selama dua tahun terakhir, Indeks (IHSG-red) kita di tahun 2022 ini mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data 15 Juli 2022, masih plus 1,07 persen,” kata Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan dalam Edukasi Wartawan terkait Market Update, Rabu, 20 Juli 2022.

Dia menuturkan, pasar modal Indonesia terus didorong oleh optimisme berkelanjutan. Optimisme didorong oleh pemulihan ekonomi yang kokoh di tengah risiko global dan domestik antara lain risiko stagflasi, tren pengetatan kebijakan moneter, eskalasi konflik geopolitik, varian baru COVID-19, dan lain-lain.

Verdi menambahkan, terdapat empat indikator likuiditas di pasar modal Indonesia yakni,  volume, nilai, frekuensi, dan kapitalisasi pasar.

"Volume transaksi saat ini rata-rata ada 23 miliar lembar saham (hingga 15 Juli 2022) ditransaksikan per hari dan meningkat sangat signifikan dari 10 tahun yang lalu,” ujar dia.

 


Selanjutnya

Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk nilai transaksi Rp 15,6 triliun ditransaksikan per hari, dan disebut transaksi harian paling tinggi selama sejarah pasar modal Indonesia.

Frekuensi transaksi menunjukkan indikator investor yang paling banyak dilakukan dari investor ritel selama pandemi COVID-19

"Sampai 15 Juli 2022, 1,4 juta kali transaksi per hari meningkat jauh dari 2013,” ujar dia.

Sedangkan, kapitalisasi pasar menunjukkan besarnya pasar modal Indonesia mencapai Rp 8.773 triliun hingga 15 Juli 2022.

Verdi juga mengungkapkan terkait aktivitas transaksi khusus pada masa pandemi COVID-19 dua tahun terakhir ini.

"Aktivitas transaksi selama pandemi justru menunjukkan pertumbuhan yang signifikan,” kata dia.

Di sisi lain, selama PPKM terakhir, pada 1 Juli 2021- 15 Juli 2022 dana asing masuk ke pasar modal Indonesia tercatat Rp 78,2 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya