Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan maut yang melibatkan mobil truk pengangkut bahan bakar milik PT Pertamina di Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, telah diakui oleh sopir truk tersebut lantaran rem blong.
Hal ini telah diungkapkan oleh sopir di mana rem yang seharusnya bisa menekan laju kendaraan justru tidak dapat bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, truk tidak dapat melakukan pelambatan kecepatan dan menabrak pengendara yang ada di depan yang tengah berhenti lantaran lampu lalu lintas.
Advertisement
Dari beberapa informasi yang dihimpun tim Liputan6.com, rem yang digunakan oleh pesawat terbang ternyata memiliki sistem yang sama dengan truk. Tetapi untuk rem pesawat justru jarang mengalami rem blong daripada rem truk.
Adapun kegagalan pengereman tersebut disinyalir lantaran pengemudi truk ini tidak pandai dalam melakukan teknik pengereman dalam kondisi darurat. Justru sebaliknya, di balik beban pesawat yang lebih besar, alat transportasi udara ini malah jarang ngeblong.
Hal tersebut dilakukan kepada setiap pilot agar dapat memahami bagaimana cara landing dengan baik dengan teknik yang sempurna. Tidak ada satu pilot yang tidak paham akan kondisi seperti itu. Sehingga mereka sudah bisa mengantisipasi seperti itu.
Secara sitematis, saat akan landing maka kecepatan pesawat otomatis akan diturunkan dan pilot mulai mengaktifkan beberapa komponen pendukung seperti flap pada pesawat yang bertujuan untung menghambat udara sehingga kecepatan pesawat bisa menurun drastis.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Larangan
Setidaknya, untuk melakukan pengereman yang lebih ideal pengemudi truk harus mengetahui tiga (3) larangan yang harus dipatuhi, di antaranya adalah jangan menginjak gas atau menambah kecepatan.
Selanjutnya untuk menahan gaya yang ditimbulkan dari kecepatan juga harus didukung dengan beberapa teknik, seperti engine brake dan exhaust brake. Dalam melakukan hal tersebut, driver juga harus memahami limit RPM yang dihasilkan dari mobil tersebut.
Selain itu, teknik yang diajarkan oleh pilot dan sopir truk ini ada beberapa perbedaan. Pasalnya, dalam pembuatan SIM B1, materi yang diberikan tidak mencakup informasi atau pengetahuan terkait situasi darurat atau bagaimana cara mengantisipasi kondisi tersebut.
Baca Juga
Advertisement