Kasus Covid-19 Melonjak, Warga Australia Diminta WFH

Australia mengeluarkan himbauan untuk warganya agar bekerja dari rumah, ketika jumlah pasien Covid-19 terus naik.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Jul 2022, 13:13 WIB
Staf mengumpulkan sampel di klinik pengujian COVID-19 drive-thru di Pantai Bondi di Sydney, Sabtu (8/1/2022). Negara bagian terpadat di Australia itu memberlakukan kembali beberapa pembatasan dan menangguhkan operasi elektif ketika kasus COVID-19 melonjak ke rekor baru lainnya. (AP Photo/Mark Baker)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Australia meminta kepada perusahaan untuk menyuruh para karyawan dan staf agar bekerja dari rumah atau work from home (WFH).  Permintaan pemerintah Australia ini dikeluarkan setelah melihat pasien Covid-19 di rumah sakit menunjukkan lonjakan pada Rabu (20/7/2022).

Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (21/7/2022) Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan perusahaan dan karyawan harus membuat keputusan bersama tentang pengaturan kerja dari rumah.

Hal itu menyusul permintaan serikat pekerja kepada pengusaha di Australia tentang cara bekerja selama pandemi.

Namun, Albanese menyebut dia enggan melakukan pembatasan ketat, termasuk penggunaan masker di dalam ruangan, meskipun ia mendorong masyarakat untuk memakai.

"Yang benar adalah bahwa jika Anda mendapat mandat, Anda harus menegakkannya," kata Albanese kepada wartawan.

Adapun  Presiden Dewan Serikat Buruh Australia Michele O'Neil, yang mengatakan bahwa pengusaha di negara itu haru mencukupi pembayaran cuti pandemi dari pemerintah dan memberikan cuti berbayar dengan gaji penuh bagi pekerja yang tengah menjalani isolasi mandiri.

Selain itu, dia juga meminta para pengusaha untuk  menawarkan fasilitas tes antigen Covid-19 gratis kepada para staffnya.

"Tidak ada pekerja yang harus memutuskan antara memiliki persediaan makanan di atas meja atau mengisolasi diri karena Covid-19," ujar O'Neil.

Senada, Kepala Petugas Medis Australia Paul Kelly memperkirakan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit akan segera mencapai rekor tertinggi, dan mendesak bisnis untuk mengizinkan pekerja mereka bekerja dari rumah.

Imbauan tersebut menyusul prediksi munculnya jutaan kasus baru Covid-19 selama beberapa pekan mendatang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pasien Covid-19 Terus Bertambah di Australia

Warga berjalan dekat Gedung Opera di Sydney, Australia, Sabtu (26/6/2021). Pihak berwenang melakukan lockdown beberapa area pusat kota terbesar di Australia untuk menantisipasi penyebaran virus corona COVID-19 varian Delta yang sangat menular. (Saeed KHAN/AFP)

Sekitar 5.300 warga Australia saat ini dirawat di rumah sakit karena dites positif Covid-19. Jumlah itu tidak jauh dari rekor 5.390 yang tercatat pada Januari 2022 selama wabah varian BA.1, menurut data resmi.

Jumlah pasien Covid-19 di negara bagian Queensland, Tasmania, dan Australia Barat juga sudah mencapai angka tertinggi sejak awal pandemi.

Sebagai informasi, Australia tengah berada dalam cengkeraman gelombang penyebaran varian Omicron ketiga yang didorong oleh subvarian baru yang sangat menular, yaitu BA.4 dan BA.5, dengan lebih dari 300.000 kasus tercatat selama tujuh hari terakhir.

Otoritas Australia juga telah memperingatkan adanya keterlambatan vaksinasi booster Covid-19 di antara masyarakat.

Sejauh ini, 95 persen orang di atas usia 16 tahun di Australia telah mendapatkan vaksin Covid-19 hingga dua dosis, ketika total kasus Covid-19 di bawah 9 juta dan kematian pada 10.884.

Tetapi hanya sekitar 71 persen warga Australia yang sudah menerima tiga dosis atau lebih.


Ada Kasus Baru Covid-19, Tianjin China Tutup Bisnis Hiburan hingga Tempat Bimbel

Pengunjung pusat perbelanjaan berjalan melalui pos pemeriksaan kesehatan di Beijing, China, Selasa (14/12/2021). Kasus pertama varian omicron COVID-19 telah terdeteksi di daratan negara di kota Tianjin di sebelah timur Beijing. (AP Photo/Ng Han Guan)

Sejumlah kasus infeksi Covid-19 telah memaksa kota pelabuhan Tianjin di China menutup banyak tempat hiburan dan beberapa sekolah taman kanak-kanak hingga lembaga bimbingan belajar. 

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (20/7/2022)  Tianjin, dengan populasi lebih dari 12 juta dan lokasi pabrik-pabrik perusahaan ternama seperti Boeing dan Volkswagen, melaporkan 11 kasus Covid-19 lokal baru setelah sekitar seminggu nol kasus.

Pejabat Tianjin mengatakan pada Senin malam (18/7) bahwa berbagai tempat hiburan dalam ruangan, seperti tempat karaoke, bar, di dua distrik dengan total lebih dari 2 juta penduduk diperintahkan untuk ditutup, tanpa mengungkapkan tanggal pembukaan kembali.

Salah satu distrik lainnya juga memerintahkan penutupan di taman kanak-kanak dan lembaga bimbingan belajar selama tiga hari.

Namun pelabuhan Tianjin, yang mengelola bisnis bongkar muat kargo pelabuhan, beroperasi secara normal. 

Beban kasus di Tianjin dan wilayah China lainnya cukup rendah dalam konteks global selama lebih dari dua tahun, tetapi negara itu mempertahankan kebijakan "dinamis nol-Covid-19 untuk menahan penularan. 

Dengan aturan pencegahan Covid-19 nya yang ketat, kebijakan ini memicu hambatan di sejumlah besar bisnis lokal dan mengaburkan prospek ekonomi China.

Analis Nomura mengatakan dalam sebuah catatan, bahwa diperkirakan sebanyak 264,1 juta orang di 41 kota di China terdampak pemberlakukan lockdown penuh atau aturan pembatasan lainnya.

Angka tersebut menandai kenaikan dari 247,5 juta orang di 31 kota pekan lalu.

Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya