Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus membangun sejumlah fasilitas penunjang pariwisata, salah satunya Sistem Pengelolaan Sampah (SPS) Warloka di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan prasarana dan sarana penunjang pariwisata yang dilakukan Kementerian PUPR merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata di Labuan Bajo.
Advertisement
"Di manapun tempat pariwisata yang dibangun tidak ada yang datang kalau tidak bersih. Untuk itu yang terpenting sanitasi dan air bersih," kata Menteri Basuki, Kamis (21/7/2022).
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Warloka dioperasikan untuk dapat mengolah sampah dengan kapasitas 20 ton per hari.
Sementara Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Warloka dioperasikan untuk memproses akhir sampah yang telah diolah di TPST berupa residu abu dengan kapasitas 2 ton per hari.
Dikatakan Menteri Basuki, sistem pengelolaan sampah di Warloka ini membuat residu sampah hanya tinggal 10 persen berupa abu yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
"Saya kira ini sudah bagus untuk menghadapi lonjakan wisatawan. Sama seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang sudah selesai dibangun, kita bisa tambah kapasitas SPS bila produksi sampah meningkat. Namun, manajemen sampah tidak bisa hanya mengandalkan TPAS saja, tetapi harus dari awal dikelolanya," tegasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Telan Anggaran Rp 46,4 miliar
SPS Warloka dibangun pada Agustus 2020-November 2021 dengan anggaran Rp 46,4 miliar. Ruang lingkup pekerjaan meliputi jembatan timbang, unit penerimaan, pemilahan, pengeringan oembanaran, unit pengendali pencemaran udara dan air serta sistem kontrol.
Sementara TPA Warloka dibangun pada Juni-Desember 2021 dengan anggaran Rp 19,3 miliar. Ruang lingkup pekerjaan meliputi hanggar, kantor pengelola, jalan operasional, unit pengurukan residu, unit penolahan air lindi dan landmark.
Untuk pengelolaan TPST dan TPA ini dilakukan secara kolaboratif antara Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.
"Ini kan habit baru yang harus kita mulai dari awal, kami terus dampingi," imbuh Menteri Basuki.
Advertisement
Cara Santri di Pondok Pesantren Sintang Menyulap Sampah Plastik Jadi Cuan
PLN Kalimantan Barat melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) melaksanakan program bank sampah di Pondok Pesantren Agropolitan Nurul Ma'arif di Desa Balai Agung, Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang.
Program Bank Sampah dengan memanfaatkan sampah plastik yang tidak berguna menjadi barang bernilai rupiah ini melibatkan para santri dan santriwati dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren.
Manager PLN UP3 Sanggau, Muhammad Isra, mengklaim program bank sampah ini PLN telah mengucurkan dana TJSL senilai Rp100 juta ini dimanfaatkan untuk membeli peralatan press plastik dan material pendukung lainnya.
Dia kembali mengklaim, PLN secara aktif mendorong masyarakat untuk meningkatkan perekonomian melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat.
"Melalui program TJSL, kami berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada. Semakin banyak masyarakat yang terlibat, maka semakin besar peluang untuk berhasil dalam menjalankan program," kata Muhammad Isra dalam keterangna resminya yang diterima di Kota Pontianak, Kalimantan Barat Minggu (17/7/2022).
Memenuhi Kebutuhan Hidup Santri Pondok Pesantren
Direktur Umum Pondok Pesantren Nurul Ma'arif, Muhammad Faisal, berkata bersyukur atas bantuan yang telah diberikan PLN Kalimantan melalui program Bank Sampah.
Dia bilang, program bank sampah yang dilaksanakan juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang. Diakuinya, bantuan yang telah diberikan PLN membantu operasional Pondok Pesantren, sekaligus membantu para santri dan santriwati dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Melalui bank sampah, para santri dan santriwati dan masyarakat sekitar dapat berpartisipasi dalam mengumpulkan sampah plastik. Sampah yang terkumpul akan dikonversi menjadi rupiah dan menjadi tabungan para santri/santriwati," kata Faisal.
Kurangi Sampah PlastikSementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang, Edy Harmani, menilai program Bank Sampah yang dikembangkan oleh PLN dan pihak Pondok Pesantren sejalan dengan program Pemerintah Kabupaten Sintang dalam mengurangi sampah plastik, baik yang berasal dari rumah maupun tempat usaha dan industri.
"Ini upaya PLN dalam mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekaligus mendorong peningkatan ekonomi masyarakat sekitar Pondok Pesantren," ujar Edy Harmani.
Advertisement