Produksi Kopi Banyuwangi Capai 16.000 Ton, Petani Bakal Bertemu Pembeli dari Luar Negeri

Kopi tidak hanya bercerita tentang ekonomi, tapi juga ada kreativitas di dalamnya

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2022, 18:00 WIB
ilustrasi. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah produsen kopi terbesar di Jawa Timur. Panek kopi robusta dan arabica di kabupaten tersebut mencapai 16.000 ton per tahun dengan luas lahan mencapai 15.141 hektare.

Potensi ini belum tergarap optimal terutama dalam segi distribusi pasar yang lebih luas. Oleh sebab itu pemerintah menggagas Business Meeting, 'Ijen Coffee Market 2022'.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengatakan melalui Ijen Coffe Market 2022 ini para petani kopi di daerah ujung timur Pulau Jawa itu difasilitasi bertemu langsung dengan pembeli manca negara.

Ijen Coffee Market merupakan kolaborasi lintas kementerian, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian PDTT, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian BPN/Bapennas, dan Kementerian PDTT, serta National Support for Local Investment Climate/National Support for Enhancing Local and Regional Economic Development (NSLIC/NSELRED).

Menurut Ipuk, kopi tidak hanya bercerita tentang ekonomi, tapi juga ada kreativitas di dalamnya. Bagaimana banyak pelaku-pelaku ekonomi kreatif yang menjadikan kopi sebagai bahan dasarnya.

"Itulah yang membuat Banyuwangi selama ini juga fokus terhadap komoditas terhadap kopi. Banyuwangi mengembangkan komoditas kopi mulai on farm hingga off farm. Alhamdulilah selalu ada peningkatan," kata Ipuk, Rabu (20/7/2022).

Dorongan untuk pasar yang lebih luas ini, lanjutnya karena kondisi saat ini banyak permintaan dari berbagai negara terhadap kopi.

"Bahkan di luar negeri harga kopi sangat mahal karena pengaruh perubahan iklim, sehingga kopi sangat menjanjikan menjadi komoditas ekspor," jelasnya.

Ia menyebut beberapa negara produsen utama kopi dunia seperti Brazil dan Kolombia menghadapi tantangan karena perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang melanda negara-negara tersebut.

Akibat dari cuaca ekstrem tahun lalu, negara-negara ini kehilangan lahan perkebunan kopi dan perlu waktu pemulihan. Harga kopi dunia pun merangkak naik.

"Maka ini peluang besar bagi petani dan UMKM kopi untuk membuat jalur pemasaran digital langsung ke berbagai negara," tambah Ipuk.

 


Kolaborasi

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, program ini merupakan komitmen untuk membantu produk lokal berkolaborasi dengan Kanada, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, untuk meningkatkan ekspor kopi.

"Kopi merupakan salah satu komoditas penting ekspor. Karena itu dengan bussines meeting ini bisa mempermudah dan memberikan benefit yang real pada petani dan pelaku UMKM kopi," kata Jerry.

Jerry mengatakan ekspor non migas Indonesia, termasuk di dalamnya kopi, mulai Januari hingga Juni 2022, mencapai 24,56 Miliar USD. "Jadi tidak benar kalau Indonesia nilai ekspornya kecil," kata Wamendag.

Jerry mengatakan dalam Ijen Coffee Market ini, petani dan pelaku UMKM kopi didorong untuk tidak hanya mengekspor kopi mentah namun dalam produk olahan kopi sehingga menambah nilai ekonomi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya