Warga Indonesia Disebut Paling Sering Tersenyum di Asia Tenggara, Pemerintah Thailand Sewot?

Berbeda dengan Indonesia, Thailand menempati posisi terakhir negara di Asia Tenggara yang warganya paling sering tersenyum.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Jul 2022, 20:02 WIB
ilustrasi senyum/Photo by Conner Ching on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan hasil survei yang dirangkum media Singapura, Southeast Asia Stats, Indonesia didapuk sebagai negara yang warganya paling banyak tersenyum dalam sehari. Namun, hasil survei Gallup Global Emotions 2022 tersebut justru tidak diterima Thailand.

Dijelaskan bahwa survei tersebut diikuti sekitar seribu responden berusia 15 tahun dari masing-masing negara di Asia Tenggara pada 2021 dan awal 2022, melansir Mothership, Kamis, 21 Juli 2022. Sebanyak 90 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka tersenyum hari sebelumnya.

 

Posisi berikutnya adalah Kamboja (89 persen) dan Laos (88 persen), disusul Vietnam (82 persen), Filipina (81 persen), dan Malaysia (81 persen). Myanmar, yang melihat pemerintah militernya menembaki warga sipil tidak bersenjata yang memprotes kudeta pada Februari tahun lalu, mencatat 77 persen. Selanjutnya, ada Singapura dengan 76 persen responden menjawab setuju.

Di urutan terakhir, hanya 72 persen responden asal Thailand yang mengaku tersenyum di hari sebelumnya. Hasil survei ini pun ditanggapi beragam pengguna media sosial Thailand. Menurut The Thaiger, yang mengutip sebuah laporan oleh Khaosod, sementara beberapa setuju dengan hasilnya, yang lain terkejut bahwa negara berjuluk "Land of Smiles" itu telah kehilangan senyumannya.

Banyak orang lain, yang berkomentar langsung di unggahan Facebook yang menampilkan hasil jajak pendapat, mengatakan bahwa mereka dapat memahami mengapa Thailand kehilangan posisinya. Tidak sedikit yang menggunakan kesempatan tersebut untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah Thailand, yang disebut sebagai "kediktatoran."

"Thailand tidak tersenyum selama satu dekade sejak kami mengalami kediktatoran," tulis salah satunya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menolak Hasil Survei

Pekerja perhotelan dan pariwisata mengantre untuk tes virus corona COVID-19 di Jalan Khao San, Bangkok, Thailand, Kamis (6/1/2022). (Jack TAYLOR/AFP)

Dalam tanggapan singkat yang menolak mengakui hasil jajak pendapat, Trisuree Trisaranakul, wakil juru bicara Kantor Perdana Menteri pemerintah Thailand, mengatakan mereka tidak dapat menemukan topik "Negara Asia Tenggara yang memperlakukan orang dengan senyuman" dalam laporannya, lapor The Thaiger.

Tujuan dari survei tersebut adalah "menyelidiki emosi negatif dan positif, bersama stres dan kekhawatiran, di antara populasi global," katanya. Ia pun menambahkan bahwa Thailand adalah tujuan utama bagi wisatawan dan dikenal karena "senyum dan kebaikannya."

Survei asli yang dilakukan Gallup, sebuah perusahaan analitik yang berbasis di Washington, DC, memasukkan dua indeks yang mengumpulkan pengalaman positif dan negatif responden. Indeks Pengalaman Positif adalah kumpulan jawaban dari responden atas lima "pengalaman positif" berbeda yang mereka miliki sehari sebelum survei.

Lima pertanyaan yang diajukan antara lain satu yang menanyakan apakah responden tersenyum atau tertawa kemarin. Dalam presentasi interaktif, hasil dari 122 negara dan wilayah yang disurvei dapat dilihat. Sementara 72 persen dari mereka yang disurvei di Thailand mengatakan mereka tersenyum atau tertawa, 26 persen mengatakan tidak.


Negara Paling Bahagia di Dunia

Ilustrasi bendera Finlandia (AFP Photo)

Sebelum ini, laporan Kebahagiaan di Dunia tahun 2022 sudah diluncurkan Jaringan Solusi Pembangunan Keberlanjutan PBB. Publikasi yang berbasis data hasil survei global dari masyarakat di sekitar 150 negara itu menempatkan Finlandia di nomor satu sebagai negara paling bahagia di dunia.

Negara Nordik itu sudah menempati posisi yang sama selama lima tahun berturut-turut. Pemeringkatan itu sebagian besar berdasarkan hasil evaluasi kehidupan yang dilakukan oleh Gallup World Poll.

Elemen penilaian meliputi angka harapan hidup sehat, angka GDP per kapita, dukungan sosial selama waktu sulit, tingkat korupsi yang rendah dan kepercayaan sosial yang tinggi, kemurahan hari di dalam komunitas yang ditunjukkan dengan saling menjaga satu sama lain, serta kebebasan untuk membuat keputusan hidup yang penting.

Tetangga Finlandia menempati urutan ke-2 pada tahun ini, diikuti dengan Islandia di nomor 3. Berikutnya berturut-turut Swiss, Belanda, dan Luxembourg yang menempati urutan ke-4 hingga ke-6. Disusul dengan Swedia dan Norwedia menduduki peringkat ke-7 dan 8. Sementara, Israel berada di urutan ke-9 dan Selandia Baru di urutan ke-10.  Di daftar tersebut, Indonesia menempati urutan ke-87 dari 146 negara.


Sesuatu Tidak Terduga

Ilustrasi percaya diri, tertawa, bahagia. (Photo by Brooke Cagle on Unsplash)

Laporan itu sekaligus menandai 10 tahun publikasi berjalan. Dengan pandemi yang sudah berjalan selama lebih dari dua tahun, laporan itu mengungkap sesuatu yang tidak terduga.

"Kejutan besar adalah bahwa secara global, dengan cara yang tidak terkoordinasi, terjadi peningkatan yang sangat besar dalam ketiga bentuk kebajikan yang ditanyakan dalam Gallup World Poll," John Helliwell, salah satu dari tiga editor pendiri laporan tersebut, melansir  CNN.

Ketiga bentuk kebajikan itu meliputi donasi amal, membantu orang asing, dan bekerja sukarela. Menurut Helliwell, yang paling menonjol dari kebaikan yang ditunjukkan adalah dengan membantu orang asing, terutama pada 2021, dibandingkan pada masa awal pandemi di 2022. 

"Jumlahnya sangat besar di seluruh kawasan di dunia," kata Helliwell yang juga merupakan profesor emeritus di Jurusan Ekonomi Vancouver, Universitas British Columbia. Kebajikan juga jadi perhatian utama saat dunia menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. 

Temuan menggembirakan lainnya yang didapat adalah kekhawatiran dan stren menurun di tahun kedua pandemi. Meski masih empat persen lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi, angkanya lebih baik dibandingkan 2020 yang tingkat kekhawatiran dan stres meningkat hingga delapan persen.

"Saya pikir sebagian orang mulai sedikit lebih mengetahui apa yang mereka hadapi di tahun kedua, meski tetap ada kejutan baru," ujar Helliwell.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya