Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi di Atas 20 Ribu, Ini Antisipasi Kemenkes

Kemenkes mengantisipasi puncak kasus Covid-19 di Indonesia yang diprediksi di angka 20.000 per hari pada Juli 2022.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 21 Jul 2022, 22:00 WIB
Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Sebanyak 5.110 pasien COVID-19 di Indonesia sembuh, membuat total pasien sembuh mencapai 4.148.804 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus baru Covid-19 di Tanah Air berada pada kisaran 4.000 hingga 5.000 dalam beberapa hari terakhir ini. Jumlah itu masih terus naik, di mana diprediksi mencapai puncak kasus di angka 20.000 per hari pada Juli 2022.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril berharap prediksi puncak kasus Covid-19 tak terwujud. Karena itu, antisipasi Pemerintah untuk mengendalikan kasus terus berjalan.

Berdasarkan data Kemenkes dari pengalaman gelombang Covid-19 sebelumnya, kenaikan kasus diakibatkan penyebaran varian virus Corona. Terlebih, dominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia sudah 81 persen.

'Anakan' Omicron lainnya, yaitu varian BA.2.75 yang beberapa hari lalu terdeteksi di Indonesia, juga menjadi kekhawatiran terhadap lonjakan kasus Covid-19. Karena, varian yang juga dijuluki Centaurus tersebut sudah menyebar di berbagai negara lain.

"Lonjakan itu artinya memang ada kemungkinan. Setiap varian itu bisa menyebabkan lonjakan, tetapi tidak mesti prediksi jumlahnya itu pasti atau tepat," kata Syahril kepada Liputan6.com, Kamis (21/7/2022).

"Contoh, kita prediksi 20.000-an kasus COVID-19, tetapi sampai saat ini belum. Kasus baru sekitaran angka 3.000, 4.000-an kasus. Mudah-mudahan, antisipasi kita, kewaspadaan kita ya tidak terwujud prediksinya," imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Protokol kesehatan dan vaksinasi

Warga mendapatkan suntikan vaksin booster di Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (19/4/2022). Satuan Tugas Penanganan Covid-19 merilis surat edaran yang mengatur pelaku perjalanan untuk keperluan mudik Idul Fitri 1443 H yakni vaksin booster dan disiplin protokol kesehatan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Jika prediksi puncak Covid-19 tidak terwujud atau angkanya meleset, menurut Mohammad Syahril, bukan prediksinya yang salah. Itu justru membuktikan intervensi pengendalian Covid-19 di Tanah Air sudah baik.

"Bukan berarti prediksinya salah, tapi intervensi kita yang baik, melalui protokol kesehatan maupun vaksinasi Covid-19," katanya

"Semua varian bisa menyebabkan (lonjakan) tapi tidak selalu prediksi itu betul, bisa juga kurang. Dan saat ini, karena gejalanya ringan dan enggak berat, masyarakat tidak usah panik dan kenaikan kasus, kita sikapi dengan proporsional."

Terkait perkembangan subvarian Omicron BA.2.75 di Indonesia dengan temuan tiga kasus, semua pasien telah selesai isolasi mandiri. Kemenkes dan dinas kesehatan setempat sedang melakukan surveilans untuk melihat kemungkinan adanya transmisi lokal.

"Ya kan baru tiga kasus, yakni satu dari Bali dan dua dari Jakarta. Semuanya (gejala) ringan-ringan kok, sudah selesai isoman," papar Syahril yang juga Direktur Utama RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta.

"Dan juga sudah dilakukan pelacakan kasus, baik yang di Bali maupun di Jakarta. Surveilansnya dari dinas kesehatan, itu kan subvarian baru. Nah, nanti kalau ada yang positif, nanti kita laporin ke publik ya."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Diamati dan dianalisa

Pengunjung pusat perbelanjaan berjalan melalui pos pemeriksaan kesehatan di Beijing, China, Selasa (14/12/2021). Kasus pertama varian omicron COVID-19 telah terdeteksi di daratan negara di kota Tianjin di sebelah timur Beijing. (AP Photo/Ng Han Guan)

Terkait apakah varian BA.2.75 membuat kasus Covid-19 melesat di atas 20.000, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyatakan masih perlu diamati dan dianalisis lebih jauh. Karena, data-data yang ada sekarang belum terlihat seberapa besar penularan varian BA.2.75.

Kementerian Kesehatan masih terus meneliti subvarian 'anakan' Omicron ini. "(Peningkatan kasus) BA.2.75 untuk sementara kita masih keep dulu, karena BA.2.75 baru ada di India ya, di sana yang paling banyak," kata Budi Gunadi, belum lama ini.

"Kita memang sudah ketemu tiga kasus, yakni satu orang di Bali dan dua orang di Jakarta. Tapi, sampai sekarang kita belum kelihatan polanya seberapa cepat dia naiknya dibandingkan dengan BA.4 dan BA.5."

Walau karakteristik varian Omicron BA.2.75 masih memerlukan pengamatan, Budi Gunadi mengungkapkan varian BA.4 dan BA.5 saat ini masih lebih tinggi kenaikannya. Kedua subvarian itu juga sudah mendominasi varian COVID-19 di Indonesia.

"Kalau sementara, kita lihat sampai saat ini, BA.4 dan BA.5 masih lebih tinggi kenaikannya," ucapnya.

 


Jemaah haji

Jemaah haji dari Kloter 8 embarkasi Medan diberangkatkan dari Makkah ke Madinah. (Liputan6.com/Mevi Linawati)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan prediksi puncak Covid-19 masih akan diamati lebih lanjut. Bahkan prediksi itu dan jumlah kasus yang diperkirakan naik bisa saja berubah seiring kepulangan jemaah haji.

"Kita lihat dengan pulangnya jemaah haji, kita lihat profil (karakteristik) mungkin agak berubah karena memang jemaah haji pada berdatangan dan ada beberapa juga yang kena (positif Covid-19)," kata Budi Gunadi.

Meski demikian, menurut Budi Gunadi, kenaikan subvarian Omicron BA.2.75 di India -- sebagai negara yang pertama kali menemukan kasus varian tersebut -- terbilang sedikit. Kenaikan kasus Covid-19 utamanya masih disumbang dengan penyebaran varian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Kalau kita bandingkan dengan negara lain, India kenaikannya (Omicron BA.2.75) kayak kita sedikit. Justru BA.4 dan BA.5 yang ada di Inggris, Portugal, Amerika Serikat, dan Jepang itu yang tinggi," paparnya. "Nah, Prancis sama Amerika sudah di atas 100.000 kasus, Singapura, Jepang."

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya