Liputan6.com, Jakarta- Bermedia digital menjadi aktivitas yang rutin dilakukan sebagian orang saat ini, namun sebaiknya kita perlu memperhatikan etika agar tidak merugikan pihak lain.
Dikutip dari Antara, Jumat (22/7/2022), Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Pitoyo memaparkan tentang kiat-kiat menerapkan etika yang baik dalam bermedia digital.
Advertisement
Menurutnya, prinsip dasar menjalankan etika di dunia maya dimulai dari menjaga privasi, memberi rasa aman, serta menunjukkan integritas. Selain itu, ketika beraktivitas di media sosial warganet harus menjaga kepercayaan publik baik dalam mengunggah konten, berbagi informasi, maupun saat berkomentar.
Warganet juga perlu waspada terhadap bias saat menerima maupun ketika menyampaikan informasi, contohnya bias alam bawah sadar karena sering berpikir negatif, bias konfirmasi, serta bias data.
“Awali dari diri sendiri inilah yang penting untuk terus mempromosikan kepercayaan publik, kemudian waspada akan bias data dan pesan agar jangan mudah percaya dan terprovokasi. Ingat, terprovokasi karena informasi yang masuk tidak ada untungnya,” ujar Pitoyo.
Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menghadirkan program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kemenkominfo bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akademisi Ingatkan Masyarakat Kritisi Informasi yang Diterima Guna Cegah Hoaks
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Rahma Santhi Zinaida meminta warganet untuk selalu kritis dalam menerima setiap informasi guna mengantisipasi penyebaran berita bohong atau hoaks.
"Cermatilah baik-baik judul beritanya, serta berhati-hati dengan provokasi serta periksa sumber tulisannya,” kata Rahma, di kutip dari Antara.
Rahma menyampaikan hal tersebut dalam webinar bertema “Jadilah Warganet Cerdas, Tangkal Hoaks di Platform Digital” yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Samarinda, Kalimantan Timur, baru-baru ini.
Rahma mengatakan penyebaran hoaks yang kian masif dapat menjadi pintu masuk warganet untuk membuka data pribadinya dan sampai akhirnya terbongkar identitas pribadi yang bersifat rahasia.
Menurut dia, untuk memproteksi diri dari ancaman berita bohong tersebut, warganet harus waspada terhadap tautan ataupun file yang tidak dikenal, baik dikirim via email, media sosial, maupun aplikasi percakapan.
“Berpikirlah secara kritis, jangan sampai dengan serta merta setiap informasi yang masuk langsung ditangkap dan disebarkan," kata dia.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.