Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah turun sekitar USD 3 per barel pada perdagangfan hari Kamis. Penurunan harga minyak dunia ini terjadi karena stok bensin di Amerika Serikat (AS) lebih tinggi
Selain itu, kenaikan suku bunga bank Sentral Eropa juga memicu kekhwatiran dari pelaku pasar bahwa permintaan akan menurun.
Advertisement
Sementara itu, kembalinya pasokan minyak mentah dari Libya dan dimulainya kembali aliran gas Rusia ke Erpa meredakan kekhawatiran akan pasokan.
Mengutip CNBC, Jumat (22/7/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 2,86 persen ke level USD 103,86 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS mengakhiri hari di USD 96,35 per barel, dengan mengalami kerugian 3,5 persen.
Keduanya sempat turun lebih dari USD 5 di awal sesi.
Data pemerintah AS menunjukkan, harga bensin berjangka AS juga turun 15 sen, atau 4,5 persen menjadi USD 3,13 per galon menyusul lonjakan 3,5 juta barel komoditas dalam penyimpanan pekan lalu. Angka ini jauh melebihi perkiraan analis.
“Sentimen utama yang menekan minyak adalah bensin dan persepsi seputar penghancuran permintaan bensin,” kata Direktur Eksekutif Mizuho, Robert Yawger.
Volume perdagangan berjangka minyak mentah juga tipis dan harga bergejolak karena para pedagang berusaha menyesuaikan permintaan energi yang lebih lemah dengan pasokan yang lebih ketat akibat hilangnya pasokan dari Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina.
Aliran melalui pipa gas alam Nord Stream 1 Rusia, yang mengalir di bawah Laut Baltik ke Jerman, sebagian kembali dibuka setelah sebelumnya ditutup untuk pemeliharaan pada 11 Juli. Pipa tersebut telah berjalan dengan volume yang berkurang menyusul perselisihan yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
“Dimulainya kembali aliran gas Nord Stream tampaknya memunculkan gambaran tentang sikap yang lebih mendamaikan di pihak Rusia terkait pergerakan lanjutan minyak mentah dan produk ke Eropa dalam beberapa minggu mendatang,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Keputusan Bank Sentral Eropa
Bank Sentral Eropa pada hari Kamis bergabung dengan banyak bank sentral lainnya dengan menaikkan suku bunga, dengan fokus pada memerangi inflasi yang tidak terkendali daripada penurunan ekonomi, yang dapat membebani permintaan minyak.
Bank of Japan mempertahankan suku bunga yang sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang terhenti.
Pada hari Rabu, National Oil Corp (NOC) Libya mengatakan produksi minyak mentah telah dilanjutkan di beberapa ladang minyak setelah pencabutan force majeure pada ekspor minyak pekan lalu.
Salah satu arteri ekspor minyak utama Kanada, pipa Keystone, beroperasi pada tingkat yang lebih rendah untuk hari ketiga pada hari Rabu, kata operator TC Energy.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Perdagangan Kemarin
Harga minyak tergelincir pada perdagangan Rabu. Hal ini setelah data pemerintah AS menunjukkan permintaan BBM yang turun selama puncak musim musim panas.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (The Fed) untuk melawan inflasi memicu kekhawatiran ekonomi bisa melambat sehingga memotong permintaan energi.
Dikutip dari CNBC, Kamis (21/7/2022), harga minyak mentah Brent untuk September turun 43 sen ke level USD 106,92 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus ditutup turun 1,88 persen ke level USD 102,26. Kontrak WTI berakhir pada hari Rabu.
Stok BBM AS naik 3,5 juta barel pekan lalu, jauh melebihi perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 71.000 barel.
Produk yang dipasok bensin sekitar 8,5 juta barel per hari, atau sekitar 7,6 persen lebih rendah dari waktu yang sama tahun lalu.
“Permintaan bensin di bawah standar. Tentu saja harga gas yang tinggi ini telah merusak kepercayaan konsumen," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital LLC di New York.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 446.000 barel pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 1,4 juta barel.
Harga minyak dunia sangat fluktuatif, terjebak dalam tarik ulur antara kekhawatiran pasokan yang disebabkan oleh sanksi Barat terhadap Rusia dan kekhawatiran bahwa perang melawan inflasi dapat melemahkan ekonomi global dan memangkas permintaan.