Indonesia Harus Menjadi Penentu Pengembangan Mobil Listrik Dunia

Perkembangan kendaraan listrik secara global, dan secara khususnya di Indonesia akan terus bergerak masif. Berbagai pabrikan dunia terus mengembangkan mobil atau motor listrik, bahkan membangun ekosistem pendukungnya, seperti baterai.

oleh Arief Aszhari diperbarui 22 Jul 2022, 14:02 WIB
PLN Buktikan Mobil Listrik Lebih Hemat dengan Menggelar Touring dari Jakarta ke Bali (ist)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kendaraan listrik secara global, dan secara khususnya di Indonesia akan terus bergerak masif. Berbagai pabrikan dunia terus mengembangkan mobil atau motor listrik, bahkan membangun ekosistem pendukungnya, seperti baterai.

Melihat hal tersebut, sejatinya industri otomotif Tanah Air bisa menjadi bagian penting dalam rantai pasok dunia, termasuk upaya memproduksi mobil listrik. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya yang sangat besar untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan ramah lingkungan tersebut.

" Indonesia memiliki berbagai sumber daya yang bisa menjadi unsur-unsur pendukung pengembangan mobil listrik dunia," ujar Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan di sela-sela pembukaan PEVS 2022, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (22/7/2022).

Lanjut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) mengatakan, Indonesia jangan sampai ketinggalan momentum, untuk terus mengambangan industri kendaraan listrik. Pasalnya, semua negara tengah bergerak bersama di industri kendaraan ramah lingkungan ini.

Meskipun, di industri kendaraan konvensional atau bensin dan listrik, Indonesia sudah tertinggal jauh, maka hal yang sama jangan sampai terjadi di industri kendaraan listrik.

"Kita harus gunakan momentum ini untuk melakukan lompatan, agar kita tidak ketinggalan, apalagi jadi penonton, sungguh ironis," tambah Moeldoko.

"Di mobil konvensional kita boleh ketinggalan, tapi dalam konteks mobil listrik, Indonesia tidak boleh lagi ketinggalan. Kita harus jadi penentu dalam pengembangan mobil listrik dunia," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


PLN Buktikan Mobil Listrik Lebih Hemat dengan Menggelar Touring dari Jakarta ke Bali

Demi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keuntungan menggunakan kendaraan listrik, PT PLN (Persero) mengadakan touring mobil listrik dari Jakarta hingga Bali. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, pelaksanaan touring mobil listrik ini merupakan bagian dari gelaran PLN E-Mobility Day yang acara puncaknya digelar di Bali pada tanggal 24 Juli 2022.

Touring yang melibatkan Komunitas Mobil Elektrik Indonesia (KOLEKSI) ini akan menjadi gong pembuka yang sangat penting. Karena PLN bersama KOLEKSI akan memberikan pesan kepada masyarakat dan dunia bahwa Indonesia sedang menuju perubahan besar.

"Ini bukan sekedar perjalanan dari Jakarta ke Bali. Tetapi ini adalah simbol journey kita, yaitu dari masa lalu menuju masa depan. Kita adalah pelaku sejarah, di mana era energi fosil yang mahal, impor, dan beremisi tinggi, akan menuju era energi listrik yang murah, berbasis domestik, dan ramah lingkungan," ujar Darmawan dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

Berdasarkan pengalaman pribadi, Darmawan telah membuktikan sendiri betapa hematnya penggunaan mobil listrik ketimbang mobil berbahan bakar minyak. Secara energi, 1 liter bensin bisa dipakai berjalan sejauh 7-10 kilometer (km). Jika jarak 10 km, mobil BBM butuh 1 liter, mobil listrik butuh 1,5 kilowatthour (kWh).

"Dari sisi harga, ini sudah beda jauh. Satu liter bensin Rp 12 ribu, sementara 1 kWh ini harga di Charge-in sekitar Rp 2.500. Jadi kalau 1,5 kWh, adalah Rp 3.750. Artinya, dari sisi harga, mobil listrik kisarannya hanya butuh tidak lebih dari sepertiganya saja," tutur dia.

Sementara itu dari sisi emisi, lanjut Darmawan, kendaraan listrik lebih rendah dari kendaraan BBM. Ia memaparkan, satu liter BBM menghasilkan emisi karbonnya 2,4 kilogram (kg) CO2. Sedangkan 1 kWh listrik, emisinya hanya 0,85 kg CO2. Artinya kalau 1,5 kWh, emisinya sekitar 1,3 kg CO2.

"Artinya, dari emisinya, kendaraan listrik hanya setengahnya dari kendaraan BBM. Ini adalah hari ini. Ke depan, dengan berjalannya transisi energi di Indonesia, pembangkit-pembangkit listrik dari energi baru terbarukan (EBT), maka emisi karbon akan menjadi nol," sambung Darmawan.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Infografis film dengan tema kehancuran bumi di masa depan (Triyasni/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya