Dinkes Kota Pekanbaru: Hilangkan Stigma Kental Manis Adalah Susu

Zaini menyampaikan bahwa jika dilihat dari komposisi yang ada pada dalam kemasan Susu Kental Manis, terdapat beberapa bahan yang patut dipertanyakan, yaitu skim atau krimer, dan gula.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2022, 06:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr. Zaini Rizaldy S. Dok Dinkes Pekanbaru

Liputan6.com, Jakarta Stigma Susu Kental Manis (SKM) yang hingga saat ini masih dianggap bisa menjadi pengganti susu bubuk atau susu formula sudah seharusnya dihilangkan. Memang sampai sekarang, masih banyak SKM yang dikemas seolah-olah sebagai susu.

Hal ini pula yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr. Zaini Rizaldy S dalam keterangan pers, Sabtu (23/7/2022).

Zaini menyampaikan bahwa jika dilihat dari komposisi yang ada pada dalam kemasan Susu Kental Manis, terdapat beberapa bahan yang patut dipertanyakan, yaitu skim atau krimer, dan gula.

Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua, terutama terkait konsumsi gula pada anaknya. Terlebih, dalam SKM terdapat gula yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.

"Ini dapat dijelaskan ke anak-anak bahwa ada susu yang banyak gulanya ada yang memang susu untuk anak. Jangan sampai salah kasih susu, memang sama-sama susu, tapi kalau tidak tepat penggunaannya bisa membahayakan. Seperti susu kental manis ini, kita memang biasanya terpengaruh iklan, dan kita tidak lihat komposisinya bagaimana." jelas dr. Zaini.

Pemerintah melalui BKKBN saat ini juga tengah gencar melakukan berbagai program guna penurunan angka stunting di indonesia menjadi 14% di tahun 2024. Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo juga menjelaskan jika WHO telah membuat batasan soal stunting yang tidak lebih dari 20 persen, salah satunya mengukur soal kecerdasan.

"Tapi ingat, yang stunting ini sekarang ini yang diukur adalah stunted. Jadi, tinggi badan vs umur," jelas Hasto.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Konsekuensi stunting

Kemudian, ia menjelaskan jika stunting memiliki tiga konsekuensi, yakni, pendek, dimana stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Lalu, kemampuan intelektualnya kurang atau perkembangannya terganggu, tidak optimal, serta prospek di hari tua sudah mulai muncul sakit-sakitan.

Sementara itu, sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Muhammad Jamil saat menerima YAICI bersama PP / PWA Aisyiyah di kantor Walikota mendukung penuh kegiatan edukasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasj masyarakat.

Disampaikan Jamil, organisasi dengan kader-kader yang banyak bergerak dibidang kesehatan seperti Aisyiyah dapat berperan menjadi bagian dalam upaya mengejar target penurunan stunting di Pekanbaru sebesar 6 persen.

“Saya ingin kota Pekanbaru bebas stunting, kalua nggak bisa zero minimal di angka 6%. Memang stunting harus di keroyok, kita tidak bisa bekerja sendiri. Makanya kita bentuk tim untuk encegahan stunting di kota pekanbaru,” jelas Muhammad Jamil di Pekanbaru beberapa waktu lalu

Jamil juga mengakui, kota Pekanbaru masih belum lepas dari kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyumbang kejadian stunting dan gizi buruk. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai stunting serta makanan bergizi juga masih rendah. Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian mengenai gizi dan konsumsi kental manis pada balita dapat menjadi masukan dalam mengatasi persoalan stunting di kota Pekanbaru.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Masih banyak ibu yang memberikan kental manis pada bayi

Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) yang juga Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar beberapa waktu lalu menyampaikan keprihatinannya sebab masih banyak ibu-ibu yang memberikan susu kental manis (SKM) kepada bayi dan anak-anak mereka.

Menurutnya, SKM itu tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak-anak karena kandungan gulanya yang cukup tinggi.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena sebenarnya susu kental manis itu tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak. Itu hanya untuk toping buat makanan seperti es campur ataupun buat kopi. Jadi, memang sangat disayangkan masih banyak ibu yang memberikannya kepada anak-anak, apalagi bayi mereka,” ujarnya.


Tinggi gula tinggi kalori

Menurut dia, konsumsi minuman dengan kadar gula sangat tinggi seperti SKM ini merupakan indikator asupan makanan yang buruk, karena merupakan konsumsi yang tinggi kalori. Kalori yang didapat dari gula memberikan nilai gizi yang rendah yang menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat.

“Jadi, tingginya kadar gula pada SKM membuat produk ini tidak sehat untuk dikonsumsi terutama oleh balita, anak-anak dan remaja, karena risiko kerusakan gigi, obesitas dan penyakit degeneratif yang akan terbawa sampai dewasa,” katanya.

Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-2971-1998, Susu Kental Manis adalah produk susu berbentuk kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh, atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Kandungan gula pada SKM menurut ketentuan SNI adalah 43-48%, yang merupakan gula yang ditambahkan.

“Jadi, SKM sama sekali tidak bisa ditempatkan sejajar dengan susu sebagaimana dipahami secara umum,” ucap Nia.

Infografis Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Aman untuk Ibu Menyusui. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya