Liputan6.com, Banjarnegara - Sebanyak tujuh bocah gembel atau anak gimbal Dieng bakal mengikuti upacara pemotongan rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng dalam puncak gelaran Dieng Culture Festival 2022, 2-4 September 2022 nanti.
Tahun ini, Dieng Culture Festival mengusung teman 'The Return of The Light', sebuah doa dan harapan kembalinya cahaya pengharapan setelah dua tahun dikepung pandemi Covid-19.
Tak dipungkiri, salah satu daya tarik Dieng Culture Festival adalah keberadaan ritual ruwat rambut gembel. Bocah gembel Dieng terpilih akan dipotong rambutnya agar tumbuh normal.
Baca Juga
Advertisement
Sejak ratusan tahun silam, fenomena anak gimbal di Dieng telah dianggap lumrah. Dipercaya, mereka adalah titipan satu tokoh dalam mitologi Dieng, Nyai Roro Ronce.
Pemangku Adat Dieng, Kiai Sumanto atau Mbah Sumanto, pada 2018 menjelaskan, sebagian besar bocah gembel berjenis kelamin perempuan. Namun, ia pun tak menampik adanya bocah lelaki yang juga berambut gimbal, meski jumlahnya tak sebanyak anak perempuan.
"Ada, tapi jarang," ucapnya.
Dalam legenda, Nyai Roro Ronce merupakan abdi Nyai Roro Kidul yang bertugas mendiami dan menjaga Dataran Tinggi Dieng. Sosok legenda ini digambarkan berambut gimbal, atau berpilin.
"Kenapa banyak (anak) perempuan itu, kan, yang menitipi itu perempuan. Itu Nini Dawi Roro Ronce, Beliau itu bawahan Kanjeng Ibu, ya (Nyai Roro Kidul)," ucap Sumanto.
Saksikan Video Berikut:
Sosok Kiai Kolodete dan Munculnya Anak Gimbal Dieng
Nyai Roro Ronce lantas menitipkan anak-anak berambut gimbal itu kepada tokoh legenda Dieng lainnya, Kiai Kaladete, atau Kolodete. Sama dengan Nyai Roro Ronce, Kiai Kaladete, terutama bagi masyarakat Wonosobo, juga digambarkan sebagai sosok berambut gimbal.
Kemunculan anak gimbal atau bocah gembel ini di Dieng tak jelas. Bahkan, masyarakat Dieng sendiri tak mengetahui kapan fenomena ini muncul.
"Sejak Mbah saya sudah ada bocah gembel," Sumanto menambahkan.
Diyakini, rambut akan tumbuh normal setelah bocah gimbal menjalani ruwat atau pemotongan rambut gimbal asal berbagai prasyarat ritual potong rambut dipenuhi.
Sebelum prosesi, anak gimbal juga bakal mengutarakan permintaannya yang harus dituruti. Lantas, rambut gimbal itu akan dilarung.
"Dikembalikan kepada Kanjeng Ibu," Sumanto menerangkan.
Advertisement
Penjelasan Medis?
Fenomena anak berambut gimbal di Dieng atau keturunan Dieng ini pun tak terjelaskan di dunia medis atau secara ilmiah. Hingga saat ini, belum diketahui apakah sudah pernah ada penelitian mengenai fenomena ini.
Aryadi Darwanto, yang kala itu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dieng, mengemukakan sepanjang yang diketahuinya, hingga saat ini belum ada penelitian medis atau ilmiah mengenai fenomena anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng.
Sebagian kalangan ada yang berpendapat bahwa anak gimbal adalah keturunan. Sebab, jika berambut gimbal, maka hampir dipastikan nenek moyang si anak ada keturunan orang Dieng. Biasanya, orang tua, kakek, atau neneknya juga berambut gimbal.
Hal ini terjadi bahkan ketika si orangtua tak lagi tinggal di Dieng. Dalam beberapa prosesi ruwat rambut gembel Dieng Culture Festival, anak-anak ini berasal dari luar kawasan Dieng.
Mereka tinggal dengan orangtuanya di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta dan bahkan luar Jawa. Namun, jika muncul rambut gembel, maka hampir dipastikan ada garis keturunan Dieng.
Dalam mitologi yang diketahuinya, ada dua sosok yang dipercaya menitipkan anak gimbal kepada warga Dieng. Dua tokoh ini, yakni Nyai Roro Ronce dan Kiai Kolodete atau Kaladete.
Fenomena anak berambut gimbal kerap dihubungkan dengan mitologi Nyi Roro Ronce dan Kyai Kolodete ini. Kyai Kolodete diyakini adalah tokoh masa lalu yang mendiami kawasan Dieng. Ia bertempat tinggal di Dieng pada masa kerajaan-kerajaan kuno di Jawa.
"Kebetulan Nini Ronce ini, kenapa ronce, kata ronce ini karena rambutnya gimbal. Mungkin dalam kepercayaan Hindu (kuno) itu, ronce itu rambut yang dipilin-pilin itu," Aryadi mengungkapkan.
Tim Rembulan