Hari Anak Nasional, Menkes Budi: Perbaikan Kesehatan Itu Penting

Perbaikan kesehatan termasuk penting demi menciptakan generasi anak bangsa yang unggul.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Jul 2022, 10:36 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahun 2022 di Gedung Daerah Kepulauan Riau, Kota Tanjung Pinang pada Rabu, 18 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Pada peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menekankan, pentingnya perbaikan kesehatan demi menciptakan generasi anak bangsa yang unggul.

Menurut Budi Gunadi, dukungan terhadap perbaikan kesehatan ditujukan supaya anak-anak tumbuh dan berkembang optimal. Hal ini sejalan dengan tema Hari Anak Nasional tahun 2022, yaitu Anak-anak Terlindungi, Indonesia Maju.

"Anak-anak bangsa harus dipastikan tumbuh dan berkembang secara optimal, serta terhindar dari segala ancaman. Perbaikan dari segala aspek termasuk kesehatan, penting untuk menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas," ucapnya dalam keterangan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 22 Juli 2022 malam.

Salah satu perlindungan kesehatan anak yang sedang digencarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Upaya ini untuk menggenjot cakupan imunisasi rutin anak yang sempat menurun selama pandemi COVID-19. 

Pencanangan BIAN juga merupakan upaya Kemenkes menutup kesejangan imunitas kesehatan di masyarakat dampak dari pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Kemenkes, ada 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Sebaran tersebut terbanyak di Jawa Barat. Disusul Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Lindungi Anak dari Penyakit

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahun 2022 di Gedung Daerah Kepulauan Riau, Kota Tanjung Pinang pada Rabu, 18 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Pada acara pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 di Kepulauan Riau, Budi Gunadi Sadikin berharap orang tua segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan imunisasi rutin.

Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya, sehingga anak lebih sehat dan produktif. Tak hanya itu, manfaat imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.

“Ini (imunisasi) relatif murah dibanding mereka terkena penyakit berbahaya saat sudah dewasa. Karena kalau sampai sakit, itu biayanya bisa sampai jutaan rupiah," kata Menkes Budi Gunadi di halaman Gedung Daerah Kepulauan Riau, Kota Tanjung Pinang, Rabu (18/5/2022).

"Kalau sampai masuk ICU bisa mencapai puluhan juta rupiah. Jadi, jauh lebih murah kalau kita melakukan vaksinasi atau imunisasi saat kita sehat."

BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama, dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi Jawa dan Bali.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Galakkan Imunisasi Rutin Anak

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahun 2022 di Gedung Daerah Kepulauan Riau, Kota Tanjung Pinang pada Rabu, 18 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Pemberian imunisasi rutin pada anak, menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin sangat penting. Kementerian Kesehatan telah menyusun tiga strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak.

Tujuannya, guna memberikan perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pertama, menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak, yang sebelumnya 11 vaksin menjadi 14 vaksin.

Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak. Kemudian, vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.

“Untuk Bapak dan Ibu, tolong dibantu agar imunisasi tiga ini jalan, supaya mengurangi angka kematian ibu dan anak,” harap Budi Gunadi melalui pernyataan resminya.

Di sisi lain, terlaksananya Bulan Imunisasi Anak Nasional meliputi kegiatan imunisasi tambahan Campak Rubella dan imunisasi kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan.

Kegiatan BIAN diharapkan kekebalan masyarakat terbentuk, sehingga Indonesia bisa mencapai eliminasi Campak- Rubella, mempertahankan status Indonesia Bebas Polio, mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, serta mengendalikan penyakit difteri dan pertusis.


Cegah KLB di Tengah Pandemi

Petugas Puskesmas Kelurahan Rawa Bunga menyuntikkan vaksin Difteri Tetanus (DT) kepada seorang anak di RPTRA Citra Permata, Jakarta, Selasa (28/9/2021). Kegiatan rutin tahunan tersebut dalam rangka program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) merupakan momen penting untuk menutup kesenjangan imunitas yang terjadi.

“Kita harus ingat kembali, bahwa bila kesenjangan imunitas ini tidak segera kita tutup, maka akan terjadi peningkatan kasus dan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang akan menjadi beban ganda di tengah pandemi," kata Maxi di Gedung Kemenkes Ri Jakarta, Selasa (28/6/2022).

"Akibatnya, kita juga berpotensi gagal mencapai target eliminasi campak rubella pada tahun 2023 dan gagal mempertahankan Indonesia bebas polio yang telah dicapai sejak 2014."

Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko menambahkan, setiap tahun ada ancaman campak rubella dan difteri sejak 2007 - 2022. Pada tahun 2021, ada 25 provinsi dengan kasus rubella meningkat.

Lalu, penyakit campak berbahaya bagi bayi, balita, anak sekolah. Gejala yang dialami, bukan hanya sekadar demam, batuk, pilek, sesak, bintik merah tapi ada radang otak. Tahun 2012 sampai 2017, ada 571 bayi dengan kasus radang otak.

“Ada juga kasus radang paru atau pneumonia sejak 2012 sampai 2017 dengan jumlah 2.853 bayi dan anak yang mengalami radang paru akibat campak,” beber Soedjatmiko.

Infografis 5 Tips Pakai Masker Cegah Covid-19 untuk Anak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya