Liputan6.com, Jakarta Peringatan Hari Anak Nasional tahun 2022 menjadi momentum untuk memacu semangat agar anak-anak Indonesia dapat terbebas dari stunting. Harapan ini demi mempersiapkan menuju Generasi Emas tahun 2045 mendatang.
Ketua Umum Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Tri Suswati Tito Karnavian mengatakan, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan pengasuhan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Fase ini penting bagi anak untuk mendapatkan stimulasi, sehingga anak bisa berkembang baik sesuai usianya.
Advertisement
“Pada fase ini, tumbuh berkembang anak sedang berkembang pesat. Jika pertumbuhan terhambat, maka kondisi anak di masa depan pun akan berpengaruh," kata Tri Suswati dalam webinar bertajuk, Kelas Orangtua Hebat (Kerabat) Seri IV mengenai Kalender Pengasuhan Untuk Anak Usia 0 – 12 Bulan, ditulis Sabtu (23/7/2022).
"Pertumbuhan yang baik membutuhkan asupan gizi yang baik seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Perkembangan yang baik juga menbutuhkan kasih sayang, belaian, pelukan dan kesempatan untuk mencoba hal baru agar dapat berkembang dengan maksimal."
Tri Suswati turut mengucapkan Selamat Hari Anak Nasional. Ia pun berharap agar seluruh anak bisa terbebas dari stunting demi menyongsong Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045.
“Saya mengucapkan Selamat Hari Anak Nasional 2022 kepada seluruh anak Indonesia yang sehat, cerdas dan ceria,” tutupnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penuhi Gizi Anak
Memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong semua pihak untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Salah satunya, hak untuk tumbuh dan berkembang.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti mengatakan, ada empat hak dasar anak, yaitu hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, dan hak untuk mendapatkan perlindungan, serta hak untuk berpartisipasi.
"Anak merupakan aset utama sebuah negara untuk mempersiapkan generasi penerus. Saat ini, anak mengisi sepertiga dari populasi Indonesia," kata Nopian melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Sementara itu, permasalahan gizi masih jadi momok bagi masyarakat yang berdampak terhadap tingginya prevalensi stunting. Persoalan prevalensi stunting atau anak gagal tumbuh dan berkembang di Indonesia yang mencapai rata-rata 24,4 persen dan masih di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Oleh karena itu, butuh peran orang tua dan pemerintah dalam pemenuhan gizi dan pola asuh. Ini menjadi pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas, dimulai dari pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan," jelas Nopian.
Advertisement
Pengasuhan Anak yang Baik
Dampak dari stunting sendiri berujung anak gagal tumbuh. Anak akan mengalami hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta gangguan metabolik pada saat dewasa nanti.
"Sehingga saat memasuki usia produktif, berpotensi menghasilkan sumber daya manusia dengan tingkat intelektual yang rendah dan tidak berdaya saing. Ini memungkinkan tingkat pengangguran akan meningkat," Nopian Andusti menerangkan.
Demi mencegah stunting, Nopian menekankan pengasuhan yang baik pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Sebab, pada fase ini anak sedang masa tumbuh dan berkembang.
“Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya stunting pada balita, diperlukannya pengasuhan yang baik pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimulai sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan serta 730 hari setelah lahir (hingga anak berusia 2 tahun),” tegasnya.
Inovasi Cegah Stunting
BKKBN juga terus berupaya mendorong adanya inovasi dalam pencegahan stunting berbasis keluarga. Sasaran utamanya meliputi remaja, calon pengantin/calon pasangan usia subur (PUS), ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia nol sampai 59 bulan.
Salah satu inovasi yang digencarkan adalah program Bangga Kencana BKKBN melalui kegiatan Bina Keluarga Balita dan Anak.
Program Bangga Kencana dinilai sangat strategis untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita dalam membina tumbuh kembang balita melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, emosional dan sosial ekonomi.
“Semoga dengan kegiatan ini dapat memberi kontribusi bagi penurunan prevalensi stunting di Indonesia,” harap Nopian.
Advertisement