Liputan6.com, Bali - Sudah jadi satu hal yang lazim ketika kita cenderung menghindari hal-hal rumit. Flight (menghindar), Fight (menghadapi), atau Freeze (berdiam) merupakan reaksi fisiologis yang terjadi ketika menghadapi ragam peristiwa di dalam keseharian.
Termasuk ketika mendengar musibah gelombang panas yang menimpa Eropa pekan lalu. Tersiar kabar sekitar seribu orang jadi korban. Mendengar itu, ragam reaksi bisa muncul, Freeze: “Ah, Eropa jauh kok”, Flight: “Isu pemasan global bukan masalah saya”, atau Fight: “Apa yang bisa saya perbuat untuk atasi ini?”
Makin buruknya kondisi alam itulah yang kemudian memantik para relawan Eco Enzyme yang memilih bergerak melakukan sesuatu daripada hanya berdiam dan menerima.
Seperti yang ditekankan Dian Sulistiyani selaku relawan Eco Enzyme Nusantara Bali menyebut jika proses penguraian sampah organik turut pengaruhi peningkatan panas bumi akibat buangan gas metana. Gas Metana pada kadar tinggi dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi pemicu pemasanan global, dan jika berada dalam titik yang lebih tinggi dapat sebabkan kebakaran hingga ledakan.
Baca Juga
Advertisement
Peningkatan suhu bumi terlihat jelas kala Eropa capai kondisi tertingginya di pertengahan Juli 2022 di titik 40 derajat Celsius. Bisa dibayangkan betapa panasnya kondisi sekitar, tak heran banyak nyawa terutama lansia melayang karenanya.
Kehadiran drg. Ana Satriana selaku Koordinator Kesehatan Ukhuwah Masjid Musola MT, Dian Sulistiyani dan rekan-rekan berkesempatan berbagi teknis pembuatan dan pemanfaatan Eco Enzyme dengan ibu-ibu pengajian Bukit Ungasan Permai di wilayah Ungasan, Kuta Selatan.
“Manusia sebagai rahmatan lil alamin hendaknya sebagai rahmat bagi alam semesta. Saling mengasihi dan menjaga alamnya dimulai dari hal terkecil yang mampu mereka lakukan,” kata Ana saat membuka sesi penyuluhan.
Sore itu Tim Relawan Eco Enzyme Nusantara Bali memberikan penyuluhan di sela-sela gelaran pengajian rutin bulanan. Berbekal proyektor, laptop, dan beberapa jerigen Eco-Enzyme mereka gaungkan pentingnya kepedulian akan lingkungan mulai dari hal terkecil berupa pengolahan sampah organik dari dalam dapur kita sendiri.
“Kami bukan yayasan melainkan murni komunitas yang tergabung atas dasar kepedulian pada perubahan iklim dan permasalahan alam yang makin tidak terprediksi,” kata Dian yang dirangkum Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Apa itu Eco Enzyme?
Eco-Enzyme merupakan cairan alami multiguna yang dihasilkan dari fermentasi sisa bahan organik (kulit buah dan potongan sayur yang masih segar) dicampur gula merah atau molase, dan air.
Dengan takarannya:
1 (kg/gram) Gula Merah + 3 (kg/gram) Bahan Organik : 10 (lt/ml) Air
Durasi pembuatan Eco-Enzyme selama 3 bulan untuk di wilayah tropis dan 6 bulan di subtropis. Hasil akhirnya berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar. Warna yang dihasilkan pun bergantung dari jenis gula yang digunakan serta sisa bahan organik dicampurkan.
“Caranya mudah, ibu-ibu hanya perlu memilah kulit buah dan potongan sayuran yang masih dalam kondisi baik (tidak busuk). Selain bisa diolah jadi Eco-Enzyme, jumlah sampah pun turut berkurang,” sambung Dian.
Eco-Enzyme ditemukan oleh Dr. Rosukom Poompanvong, seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang telah melakukan penelitian sejak tahun 1980-an. Kemudian diperkenalkan lebih luas oleh Dr. Joean Oon, peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.
Advertisement
Eco-Enzyme di Indonesia
“Berawal dari Bali sejak tahun 2019, kami bergerak mensosialisasikan Eco Enzyme di seluruh Indonesia. Dengan inisiatornya Bapak Joko Riyanto yang kini telah menyebar di 30 provinsi di Indonesia.”
Mereka para tim relawan Eco Enzyme Nusantara Bali giat bergerak selama 3 tahun, dan sudah merambah ke seluruh kalangan di Bali.
“Beban penumpukan sampah organik di TPA bisa kita atasi bersama melalui rutinitas pengolahan sisa buangan organik tersebut ke bentuk Eco-Enzyme. Saya pun rutin membuatnya di rumah selama beberapa tahun belakangan,” tambah Dian saat sesi penyuluhan.
Cara Pembuatan Eco-Enzyme
Bahan-bahannya mudah dan relatif terjangkau. Hanya memerlukan gula merah atau molase, sisa bahan organik, air, dan wadah plastik.
Untuk gula bisa menggunakan molase, gula merah tebu, gula aren, gula kelapa, dan gula lontar, tidak diperbolehkan dengan gula pasir. Sedangkan untuk air bisa menggunakan air isi ulang, air pam, air galon, air sumur, air buangan AC, pun dari air hujan.
Hitungan saat menakar bahan, jika volume wadah yang digunakan berkapasitas 10 liter, maka gula merah sebanyak 600 gram, sisa buah atau sayuran sebanyak 1.800 gram, volume air 6 liter, (rumusnya 1:3:10).
Diawali dengan memasukkan air ke dalam wadah, diikuti gula, lalu potongan bahan sisa bahan organik. Setelah tercampur lalu tutup rapat dan beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen.Wadah disarankan yang bermulut lebar, fungsinya mempermudah saat memasukkan bahan dan menghindari letupan gas.
Hindari wadah kaca karena mudah retak atau pecah, dan bahan logam yang dapat memicu karatan. Eco Enzyme siap dipanen setelah 90 hari.
Ada kemungkinan dipermukaan muncul jamur putih halus. Itu dapat dipisahkan dan dimanfaatkan. Proses panen lewat jalan disaring kemudian di pindahkan ke wadah yang lebih kecil seperti botol spray atau botol kemasan lainnya.
Sisa ampasnya pun jangan langsung dibuang melainkan bisa diblender halus untuk dilarutkan dalam kloset sebagai pembersih saluran buangan. Pun bisa bedaya untuk pengharum mobil, caranya dengan memasukkan hasil blender itu ke dalam tas kain dan terakhir untuk pupuk tanaman organik (bukan untuk tanaman pot).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika muncul belatung di dalam wadah maka itu bisa saja karena kurang rapat menutup wadah akibatnya masuk mikroba. Solusinya dengan memperbaiki kerapatan wadah, tempatkan di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit dan diulang selama 3 hari, dan diperiksa kembali setelah 7 hari.
Advertisement
Sayangi Bumi, Sayangi Diri
Selama sekitar 30 menit mendengar paparan singkat, lugas dari Bu Dian, kami dapati bahwa Eco-Enzyme ini serupa cairan serbaguna dan multi benefit. Diantaranya membawa dampak baik bagi kehidupan sehari-hari, kesehatan, perbaikan air, udara, dan tanah.
Eco Enzyme Dalam Keseharian
Sebagai pembersih alami. Eco-Enzyme bisa ibu-ibu manfaatkan untuk mengepel lantai dan karbol alami, deterjen dan pelembut alami, sabun cair alami, dan bisa sebagai pembersih pestisida dan kuman pada sayur dan buah. Sebagai bahan perawatan diri. Eco Enzyme dapat digunakan sebagai pengganti odol, toner, campuran krim wajah, campuran pada sampo dan sabun mandi, juga untuk berkumur.
Eco Enzyme Dalam Dunia Kesehatan
Cairan ajaib berwarna kecoklatan ini dapat dipakai untuk merendam kaki. Caranya dengan melarutkan 30 ml Eco Enzyme ke dalam air bersuhu 30-40 derajat celcius lalu rendam kaki selama 20 menit. Ini lebih ke fungsi detoksifikasi, memperlancar peredaran darah, refleksi kaki, proses penyembuhan kaki, dan meningkatkan kualitas tidur, mengatasi insomnia.
Dapat pula diandalkan untuk meredakan infeksi kulit dan alergi pada anak, pun untuk luka sengatan serangga.
Eco Enzyme untuk Air, Udara, dan Tanah
Dari alam kembali ke alam, ungkapan yang pas untuk pemanfaatan Eco Enzyme ini. Bahannya dari alam dan hasil olahan (fermentasinya) pun kembali untuk kebaikan alam.
Eco Enzyme sebagai penghasil ion negatif laiknya petir, ombak, air terjun, dan pohon hidup. Kemudian dapat meningkatkan kualitas udara, air, dan tanah.
Pada udara dapat sebagai penyegar, pembersih, dan penghilang asap, polusi, dan bau. Di air dia berguna untuk memperbaiki kualitas air danau, sungai, sumur, selokan yang sudah tercemar.
Caranya dengan menuangkannya pada tempat-tempat tercemar secara rutin dan kesinambungan. Pemanfaatan di lahan pertanian yaitu sebagai pemulih tanah yang gersang, meningkatkan kesuburannya sehingga dapat ditanami dan produksi kembali.
Termasuk juga untuk campuran air irigasi pertanian. Ini dapat meretas masalah bertani di lahan gersang dan baik diaplikasikan saat pemupukan tanaman.
Di samping itu, Eco Enzyme telah terbukti dapat atasi PMK yang belakangan menyebabkan gerubug hewan ternak di banyak perternakan di beberapa Provinsi. Aplikasi cairan Eco Enzyme pada luka yang sudah dibersihkan, pada air minum hewan yang terjangkit, sampai pada pembersihan kandangnya.
Mulai Dari Diri untuk Bumi
Dian Sulistiyani, drg. Ana Satriana beserta timnya @ecoenzymenusantara terus bergerak membagikan pengetahuan tentang Eco Enzyme.
Mengusung misi untuk mengajak serta menyadarkan sesama untuk ikut peduli dan bergerak membuat Eco Enzyme.
Meski diperlukan kerja keras, namun mereka yakin apa pun yang dilandasi dari hati pasti akan mengena di hati individu lainnya. Mereka berharap Bali bisa makin meluaskan produksi Eco-Enzyme. Bersama selamatkan bumi bermula dari sisa organik dapur kita sendiri.
Advertisement