Liputan6.com, Jakarta Operasi bariatrik semakin dikenal masyarakat Indonesia setelah penyanyi Indonesia Melly Goeslaw menjalaninya beberapa waktu lalu. Namun jika Anda ingin menjalaninya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
Seperti dijelaskan dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, Peter Ian Limas bahwa ada beberapa macam bedah bariatrik.
Advertisement
"Dalam sejarahnya mungkin sejak tahun 1960-an sudah ada puluhan teknik bedah bariatrik yang diciptakan, tetapi hanya beberapa saja yang bertahan, di antaranya yang dilakukan di RS Pondok Indah – Pondok Indah," katanya pada Liputan6.com, Rabu (27/7/2022).
a. Sleeve gastrektomi, teknik paling sederhana, tingkat komplikasi yang lebih rendah(tetapi jika terjadi komplikasi dapat lebih sulit diatasi)
b. Roux en Y gastric bypass, teknik yang lebih kuat, terutama menghadapi diabetes,membutuhkan keahlian lebih untuk melakukannya
c. Single anastomosis duodenoileal bypass (SADI), merupakan salah satu teknik yang paling kuat dan diperuntukkan bagi yang super obese (BMI di atas 50).
Teknik ini merupakan teknik kompleks dan saat ini belum dilakukan di rumah sakit lain di Indonesia selain oleh tim saya
d. Teknik non bedah, Endoscopic Sleeve Gastroplasty yakni penciutan lambung dengan cara endoskopi di mana tidak menyisakan luka sayatan karena tindakan dilakukanmelalui mulut (seperti pemeriksaan endoskopi).
Tindakan ini merupakan cara yang lebih aman lagi dibandingkan dengan teknik bedah manapun. Teknik ini saat ini pun belum dilakukan di rumah sakit lain di Indonesia selain di RS Pondok Indah oleh tim saya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apa saja persiapannya?
Persiapan menjalani bedah bariatrik:
a. Diskusi dengan dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif yang akan melakukan tindakan bedah
b. Bertemu dokter spesialis gizi klinik
c. Persiapan diet 1000 kkal selama 10-14 hari untuk menciutkan organ hati agar memperlancar operasi
d. Pemeriksaan laboratorium lengkap (termasuk kadar vitamin, dan lainnya)
e. Pemeriksaan USG
f. Pemeriksaan sleep test untuk mencari sleep apnea (orang obesitas memang cenderungmengalami sleep apnea dan immediate post operation, apabila ada sleep apnea itudapat membahayakan)
g. Pemeriksaan endoskopih. Konsultasi dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis jantung dan pembuluhdarah, dan dokter spesialis anestesi
Untuk durasi operasi bedah bariatrik, kata dr Peter, bervariasi tergantung dengan teknik yang digunakan.
"Biasanya durasi 1,5 jam untuk bedah bariatrik sleeve gastrektomi dan durasi 4 jam untuk teknik yang lebih kompleks seperti roux en y gastric bypass atau single anastomosis duodenoileal bypass. Sedangkan pada tindakan non-bedah ESG berkisar 1,5 jam," katanya
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Hal yang tidak boleh dilakukan setelah operasi
Meski operasi bariatrik sangat efektif dalam menurunkan berat badan, namun apa yang terjadi sesudahnya bergantung pada pasiennya, kata dr Peter.
"Apabila sang pasien bisa menggunakan bedah bariatrik untuk membentukk ebiasaan pola hidup yang baik, maka pasien akan bertransformasi menuju suatu hidup yangbaru (istilah yang banyak digunakan pasien saya menggambarkan hidup pasca bedah bariatrik).Tentunya meningkatkan kualitas hidup juga ke depannya," ujar dr Peter.
Untuk itu, lanjut dia, bedah bariatrik merupakan suatu alat dan bukan obat mujarab. "Setelah pembedahan, pasien harus mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan baru yang dibentuk oleh efek pembedahan, misalnya makan bergizi dengan memperbanyak asupan protein rendah kalori, porsi kecil-kecil pertama-tama, dan kemudian perlahan-lahan beralih kepada tiga kali makan besar dan dua kali makanan selingan.
"Secara umum, hindari minum dengan sedotan (meminum air dengan sedotan dapat meningkatkan risiko perut kembung), makan dan minum dipisah 30 menit, hindari minuman bersoda, jus kemasan, gula, bentuk otot dengan latihan beban, jangan makan sampai muntah (lapar mata)," jelasnya.
"Bedah bariatrik bukan suatu perjalanan liburan di mana pasien dapat operasi dan kemudian bersantai-santai depan televisi sambil makan snack. Dibutuhkan komitmen yang teguh dan kerja keras agar bedah bariatrik benar-benar dapat membantumencapai tujuan secara efektif," katanya.
Risiko operasi bariatrik
Hal lain yang penting menjadi perhatian adalah risiko dibalik operasi bariatrik. Menurut dr Peter, tindakan ini risikonya tidak lebih besar dari operasi pengangkatan kandung empedu yang kadang di ruang kamar operasi sehari dapat terjadwal hingga 4-5 operasi dalam sehari (sangat rutin).
"Memang tetap ada risiko dari setiap tindakan pembedahan," katanya.
Risikonya dapat berupa:
a. Kebocoran (leak)
b. Perdarahan
c. Trombosis vena dalam, menyebabkan emboli paru
d. Kematian
"Harus disadari bahwa operasi paling ringan pun (misalnya angkat kutil di jari) dapat mengakibatkan kematian (misalnya jika pasien ternyata alergi obat anestesi lokal), tetapi tentunya risiko ini sangat minim. Demikian pula tindakan bedah bariatrik dapat mengakibatkankomplikasi yang berat hingga kematian, tetapi insidensinya rendah," katanya.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi bariatrik?
"Komplikasi dapat dihindari dengan persiapan yang matang dari pihak pasien maupun pihak penyedia pelayanan. Dari pihak pasien, paling penting adalah menjalani diet 1.000 kkal yang baik dan disiplin. Dari pihak penyedia layanan tentunya persiapan pasien berupa screening yangakurat, serta protokol pembedahan yang baik," ujarnya.
Selain itu, secara umum pasien sudah dapat pulang pada hari kedua setelah pembedahan, lanjut dr Peter.
"Pasien juga sudah diizinkan untuk beraktivitas seperti biasa setelah pulang dari rumah sakit, walaupun dianjurkan untuk mulai beraktivitas secara bertahap, jangan terlalu memaksakan diri (sebagai informasi; ada pasien saya yang sudah joging pada hari ketiga pasca operasi)," pungkasnya.
Advertisement