Jepang Deteksi Kasus Cacar Monyet Pertama di Tokyo

Pasien cacar monyet (monkeypox) ini adalah pria berusia 30 tahunan di ibu kota Jepang: Tokyo.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Jul 2022, 19:43 WIB
Orang-orang yang memakai masker berjalan di distrik Shibuya di Tokyo (19/1/2022). Pemerintah Jepang menyetujui pembatasan virus corona baru di sebagian besar negara, termasuk ibu kota untuk memerangi rekor infeksi yang dipicu oleh varian Omicron. (AFP/Behrouz Mehri)

Liputan6.com, Tokyo - Kasus cacar monyet telah muncul di Jepang. Berdasarkan laporan Kyodo, Senin (25/7/2022), virus itu terdetesi pada seorang laki-laki berusia 30 tahunan di Jepang

Pada awal pekan ini, pemerintah Jepang juga baru saja berdiskusi mengenai cara menangani cacar monyet yang telah dideklarasikan WHO sebagai hal yang darurat kesehatan global. 

Pada Juni 2022, pemeritah Korea Selatan juga telah mendeteksi kasus cacar monyet di negara mereka. Pasien itu berasal dari Jerman. 

Pemerintah Jepang tidak mengungkap riwayat travel dari pasien monkeypox tersebut. 

Dua Jurus Kemenkes Antisipasi Cacar Monyet Masuk Indonesia

Sebelumnya dilaporkan, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) dr. Maxi Rondonuwu menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan upaya antisipasi.

“Kemenkes sejak muncul monkeypox di beberapa negara sudah melakukan surveilans aktif di semua pintu masuk negara terutama di bandara dan pelabuhan laut,” kata Maxi dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com Senin (25/7).

Deteksi dini di bandara dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) terutama Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari Negara yang sudah ada kasus cacar monyetnya.

Petugas melakukan cek suhu, memeriksa gejala-gejala monkeypox terutama pada kulit kemerahan atau ruam, bintik-bintik merah, vesikel atau pustula yang gampang dilihat di bagian muka juga di telapak tangan.

“Juga pada komunitas saat ini sesuai data kasus yang paling banyak di dunia pada kelompok gay maka kami akan melakukan surveilans ketat pada kelompok ini bekerja sama dengan beberapa organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).”


Laboratorium Pemeriksaan

Ilustrasi virus penyebab cacar monyet. Credits: pixabay.com by Geralt

Maxi menambahkan, Kemenkes juga sudah menyiapkan laboratorium pemeriksaan di semua provinsi.

“Kami juga sudah menyiapkan laboratorium pemeriksa di semua provinsi.”

Sejauh ini, ia memastikan belum ada kasus monkeypox di Indonesia. “Belum ada kasus baik konfirmasi, probable, dan suspect.”

Maxi juga mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan terutama cuci tangan dan hindari kontak dengan orang yang memiliki gejala-gejala monkeypox.

“Segera melapor ke petugas kesehatan apabila memiliki gejala-gejala awal monkeypox terutama panas, kelainan pada kulit , bintik-bintik merah, vesikel berisi cairan atau nanah dan yang paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangkang.”

Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penetapan monkeypox sebagai darurat kesehatan global telah melalui berbagai pertimbangan sejak satu bulan lalu.

Menurut Tedros, sebulan yang lalu, dia mengadakan Komite Darurat di bawah Peraturan Kesehatan Internasional untuk menilai apakah wabah cacar monyet multi-negara mewakili darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.


Wabah Terus Berkembang

Ilustrasi ilmuwan sedang meneliti virus cacar monyet. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Pada pertemuan itu, berbagai pandangan yang berbeda diungkapkan, komite memutuskan dengan konsensus bahwa wabah itu tidak mewakili keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Pada saat itu, 3.040 kasus cacar monyet telah dilaporkan ke WHO, dari 47 negara.

Namun, wabah terus berkembang dan sekarang ada lebih dari 16 ribu kasus yang dilaporkan dari 75 negara serta ada lima kematian.

"Mengingat wabah yang berkembang, saya mengumpulkan komite pada hari Kamis minggu ini untuk meninjau data terbaru dan memberi saya saran yang sesuai. Saya berterima kasih kepada komite atas pertimbangannya yang cermat terhadap bukti, dan masalah," kata Tedros.

Pada kesempatan ini, komite tidak dapat mencapai konsensus apakah wabah cacar monyet atau monkeypox tersebut merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Alasan-alasan yang diberikan oleh para anggota komite untuk mendukung dan menentang keputusan cacar monyet sebagai darurat global dituangkan dalam laporan yang diterbitkan Sabtu, 23 Juli.


Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional

Ilustrasi penyakit cacar monyet atau monkeypox. Credits: pixabay.com by TheDigitalArtist

Pertama, informasi yang diberikan oleh negara – yang dalam hal ini menunjukkan bahwa virus ini telah menyebar dengan cepat ke banyak negara yang belum pernah melihatnya;

Kedua, tiga kriteria untuk menyatakan kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, telah terpenuhi;

Ketiga, saran dari Komite Darurat, yang belum mencapai konsensus;

Keempat, prinsip-prinsip ilmiah, bukti dan informasi relevan lainnya – yang saat ini tidak cukup dan meninggalkan banyak hal yang tidak diketahui;

Dan kelima, risiko terhadap kesehatan manusia, penyebaran internasional, dan potensi gangguan lalu lintas internasional.

Penilaian WHO adalah bahwa risiko cacar monyet adalah moderat secara global dan di semua wilayah, kecuali di kawasan Eropa di mana badan tersebut menilai risikonya tinggi.

Ada juga risiko yang jelas dari penyebaran internasional lebih lanjut, meskipun risiko interferensi dengan lalu lintas internasional tetap rendah untuk saat ini.

Jadi singkatnya, kita memiliki wabah yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat, melalui cara penularan baru, yang kurang dipahami, dan yang memenuhi kriteria dalam Peraturan Kesehatan Internasional.

“Untuk semua alasan ini, saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” katanya.

Infografis Ancaman Cacar Monyet dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya