Liputan6.com, Jakarta - Pelestarian lingkungan dan konservasi air terus digiatkan dalam berbagai aktivitas yang berdampak luas. Salah satunya melalui fasilitas pengelolaan limbah air cuci tangan jadi air bersih siap pakai kreasi anak-anak dan guru SDI PB Soedirman, Cijantung, Jakarta Timur.
Fasilitas ini dipresentasikan mereka dalam proyek Mizu, kompetisi inovasi konservasi air antar-sekolah binaan Mizuiku pada 2021. Fasilitas pengelolaan limbah air ini dapat mengonservasi air rata-rata 525 liter air per hari, sekitar 15 ribu liter per bulan atau setara konsumsi air minum 250 orang dewasa.
Advertisement
Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri Anas, menyebut fasilitas tersebut jadi bahan ajar yang kreatif bagi pengajar di berbagai mata pelajaran. Hal ini terkait penguatan karakter dengan semua disiplin ilmu.
"Fasilitas pengelolaan air limbah cuci tangan di SDI PB Soedirman ini sebagai salah satu contoh dari penerapan pembelajaran berbasis project yang sangat baik," kata Zulfikri dalam bincang virtual bersama Mizuiku, Senin, 25 Juli 2022.
Project tersebut dikatakan Zulfikri memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dari pengalaman, sehingga kompetensi mereka teruji. Siswa juga mendapatkan berbagai hal yang membangun penguatan karakter mereka.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ide Awal Inovasi
Lebih lanjut Zulfikri mengatakan, "(Siswa) bahkan mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, berkolaborasi, meningkatkan kepedulian, saling menjaga, dan memperlakukan perbedaan itu sebagai kekuatan yang harus dikolaborasikan dan mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu.
"Proses pembelajaran ini sangat berkontribusi besar dalam penguatan para siswa," imbuhnya.
Kepala Sekolah SDI PB Soedirman, Edhy Sumarno, menyampaikan bahwa fasilitas pengolahan limbah air ini bermula dari hasil pengamatan anak-anak dan guru. Mereka menyadari jumlah air yang dipakai untuk cuci tangan di masa pandemi sangat meningkat drastis, hampir 200 persen dari kondisi normal.
"Otomatis, jumlah limbah air juga melonjak. Maka muncul ide untuk membuat fasilitas pengolahan air limbah agar dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan sekolah," kata Edhy.
Ide tersebut, disebutkan Edhy, dipresentasikan guru dan anak-anak saat berpartisipasi dalam proyek Mizu. "Dan ternyata kami berhasil meraih juara pertama," lanjutnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Semangat Pelestarian Lingkungan
Sebagai juara pertama, mereka mendapat dukungan penuh dari Mizuiku untuk merealisasikan fasilitas ini. Pihaknya juga sangat bangga dengan inovasi konservasi air yang digagas anak didik mereka.
"Dampak konservasi air dari fasilitas pengolahan limbah air cuci tangan dirasakan oleh para guru, siswa, orangtua, bahkan masyarakat di sekitar sekolah ini," terang Edhy.
Dengan keberhasilan fasilitas pengelolaan limbah air ini terdapat 2--3 gedung sekolah yang diharapkan dapat dikelola limbah airnya di kemudian hari. "Mari bersama-sama terus menerapkan upaya pelestarian lingkungan dan air bersih, baik di rumah maupun di sekolah, secara mandiri atau bersama-sama untuk Indonesia yang lebih hijau," katanya.
Proyek Mizu adalah kompetisi inovasi konservasi air antar-sekolah binaan Mizuiku yang digelar pada Oktober--Desember 2021. Proyek ini diikuti 24 sekolah dasar, 3.430 peserta dari enam daerah di seluruh Indonesia (Jakarta, Tangerang, Bogor, Gowa, Banjarmasin dan Sidoarjo).
SDI PB Soedirman berhasil meraih juara pertama, diikuti SDN Gunung Putri 05, Bogor (1.575 liter); SDN Periuk 6, Tangerang (2.250 liter); SD Bontomanai, Gowa (nilai konservasi air 750 liter); dan SDN Pondok Makmur, Tangerang (96 liter) sebagai juara kedua, ketiga, harapan pertama, dan kedua.
Kurikulum Merdeka
Zulfikri menjelaskan, proyek tersebut sejalan dengan ide Kurikulum Merdeka telah diluncurkan pada Februari lalu. Ini menjadi salah satu opsi dari tiga kurikulum yang saat ini diberlakukan dalam rangka pemilihan pembelajaran sebagai salah satu dampak ketertinggalan selama pandemi.
"Salah satu dari pilihan ini kita sebut dengan Kurikulum Merdeka, karena ini mengimplementasikan pemikiran filosofis bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu pada intinya memerdekakan manusia secara lahir dan batin," terangnya.
Kurikulum Merdeka dikatakannya sebagai wahana dan pelayanan pada setiap individu anak agar mereka tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya masing-masing. "Ini adalah ruang yang seluas-luasnya bagi anak untuk tumbuh dan berkembang mengekspresikan potensinya dan mengeksplorasi, sehingga mereka tumbuh jadi manusia yang sesungguhnya, cerdas, dan berdampak mulia," lanjut Zulfikri.
Ia menyebut, tanggung jawab ini tak hanya di pundak Kemendikbudristek dan sekolah-sekolah saja, namun semua pihak, termasuk swasta. Maka, ia mengatakan sangat senang melihat berbagai gebrakan Mizuiku dari Suntory Garuda Beverage, terlebih aktivitas-aktivitas yang mendukung kurikulum pembelajaran berbasis proyek seperti fasilitas pengolahan limbah air ini.
Advertisement