Bola Ganjil: Sukses Capai Semifinal Liga Champions Meski Berjuang dari Kualifikasi

Trofi Liga Champions jadi salah satu gelar impian para pesepak bola. Dengan banyak yang menginginkan, tentu tidak mudah mendapatkannya.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 27 Jul 2022, 00:30 WIB
Usai juara Liga Champions 2004/2005, Liverpool mesti berjuang dari kualifikasi babak pertama pada edisi berikutnya. (AFP/Francois Marit)

Liputan6.com, Jakarta - Trofi Liga Champions jadi salah satu gelar impian para pesepak bola. Dengan banyak yang menginginkan, tentu tidak mudah mendapatkannya.

Berbagai pengorbanan harus diambil. Salah satunya secara finansial. Sudah banyak contoh kasus klub yang mengeluarkan ratusan juta demi menggenggam Si Telinga Besar.

Chelsea dari Inggris salah satunya. Roman Abramovich berambisi menduduki takhta Eropa ketika mengambil alih klub pada 2003. Namun, The Blues baru bisa melakukannya hampir satu dekade berselang, tepatnya tahun 2012.

Kesuksesan Chelsea mendorong pemilik kaya lain melakukan hal serupa, contoh utama di Paris Saint-Germain dan Manchester City. Meski begitu, kedua klub tersebut sejauh ini masih menanti gelar.

Perjuangan panjang juga jadi salah satu syarat untuk memenangkan Liga Champions. Berbagai pertandingan mesti dilakoni, terutama bagi mereka yang datang dari negara kecil.

Klub-klub ini harus memulai perjuangan dari penyisihan awal, dengan kompetisi musim 2022/203 sudah berlangsung sejak 21 Juni lalu.

Walau mesti jalan berliku, sejumlah nama sukses membuat kejutan dengan mencapai putaran-putaran akhir. Ini adalah kisah mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Liverpool dan Dynamo Kiev

bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Secara reputasi, Liverpool sebenarnya punya harga diri tinggi. The Reds sudah berstatus juara lima kali usai memenangkan edisi 2004/2005.

Namun, mereka harus memulai kompetisi 2005/2006 sejak kualifikasi babak pertama. Sebab, meski menjuarai musim sebelumnya, Liverpool gagal berada di zona otomatis lolos pada liga domestik. Klub Merseyside itu cuma menempati peringkat lima Liga Inggris.

UEFA akhirnya membuat pengecualian agar sang juara bertahan berkesempatan mempertahankan titel. Liverpool pun mesti melakoni nama-nama seperti Total Network Solutions (Wales), FBK Kaunas (Lithuania), dan CSKA Sofia (Bulgaria) untuk mencapai babak utama.

Mereka kemudian memuncaki grup yang berisi Chelsea, Real Betis, dan Anderlecht. Sayang langkah Liverpool dihentikan Benfica pada perdelapan final.

Seperti Liverpool, Dynamo Kiev juga bukan nama sembarangan dengan memenangkan tiga edisi kompetisi Eropa. Namun, mereka harus memulai Liga Champions 1998/1999 dari kualifikasi babak pertama karena buruknya koefisien.

Terlepas itu, Andriy Shevchenko dan kawan-kawan bisa mencapai semifinal. Mereka mengikuti jejak Paris Saint-Germain (1994/1995) dan Panathinaikos (1995/1996) yang terlebih dahulu melakukannya. PSG dan Panathinaikos juga sukses menembus babak empat besar meski mengawali kompetisi dari penyisihan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kekuatan Makin Timpang

BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Sayang, makin timpangnya kekuatan membuat tidak ada lagi klub yang mampu mencapai babak gugur kompetisi setelah berjuang dari kualifikasi dalam satu dekade lebih.

Liverpool pada 2005/2006 adalah nama terakhir yang melakukannya. Itu pun terjadi karena mereka pada dasarnya memiliki skuat berkelas.

Mimpi maksimal klub kecil dari negara mini adalah menembus fase grup. Di sini Anorthosis Famagusta (Siprus) dan BATE Borisov (Belarusia) membuat sejarah kala mencapai putaran utama di musim 2008/2009.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya