Liputan6.com, Jakarta - Kota Wuhan di China menutup sementara beberapa bisnis dan layanan transportasi umum di sebuah distrik dengan hampir satu juta penduduk, ketika kota tempat Virus Corona pertama kali muncul meningkatkan kewaspadaan setelah laporan kasus baru.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (27/7/2022) Distrik Jiangxia di Wuhan, dengan lebih dari 900.000 penduduk, meminta daerah perkotaan utamanya untuk memberlakukan pembatasan selama tiga hari.
Advertisement
Pembatasan ini akan melarang kegiatan acara besar dan makan di restoran, menutup berbagai tempat hiburan umum, pasar produk pertanian dan restoran kecil.
Layanan bus dan kereta bawah tanah juga ditangguhkan dalam pembatasan ini.
Otoritas Jiangxia juga mendesak warganya untuk tidak keluar kota selama tiga hari dan mendorong para pelancong menghindari daerah tersebut.
Perintah itu datang dengan cepat setelah otoritas Jiangxia mengungkapkan telah mendeteksi dua kasus baru Covid-19 selamayes rutin dan menemukan dua lainnya dari warga yang memiliki riwayat kontak dekat.
Diketahui bahwa China masih masih memberlakukan kebijakan nol-Covid-19 dengan mengadakan pengujian massal, pembatasan pada aktivitas bisnis dan pergerakan di luar ruangan, serta karantina ketat bagi kasus penularan.
Strategi tersebut telah membantu Wuhan dan kota lain di negara itu untuk menjaga jumlah kasus Covid-19 tetap terkendali, tetapi lockdown selama wabah baru telah mensurutkan ekonomi, kepercayaan bisnis, hingga pasokan global.
Per 26 Juli 2022, China telah mengkonfirmasi 229.066 kasus Covid-19 dengan gejala, dan tidak melaporkan kasus kematian baru.
Dampak Covid-19 di China, ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia
Asian Development Bank (ADB) telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia, karena dampak lockdown dan kebijakan nol Covid-19 di China, kenaikan suku bunga di negara maju serta perang Rusia-Ukraina.
Dilansir dari AlJazeera, Senin (25/7/2022) prospek ekonomi terbaru ABD mengatakan bahwa ekonomi negar Asia, yang meliputi China hingga India, diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023.
Sebelumnya, pada April 2022 ADB memperkirakan ekonomi kawasan itu akan tumbuh masing-masing 5,2 persen dan 5,3 persen.
"Dampak ekonomi dari pandemi telah menurun di sebagian besar Asia, tetapi kita masih jauh dari pemulihan penuh dan berkelanjutan," kata Kepala Ekonom ADB, Albert Park.
"Selain perlambatan di China, dampak dari perang di Ukraina telah menambah tekanan inflasi yang menyebabkan bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga,yang mengerem pertumbuhan. Sangat penting untuk mengatasi semua ketidakpastian global ini, yang terus menimbulkan risiko bagi pemulihan kawasan ini," tambahnya.
Meskipun menghadapi tekanan harga yang tidak terlalu berat dibandingkan dengan wilayah lain di dunia, ADB memperkirakan negara berkembang di Asia juga akan mengalami inflasi yang memburuk selama dua tahun ke depan.
ADB menyebut, Inflasi Asia diperkirakan mencapai 4,2 persen pada 2022 ini dan 3,5 persen pada 2023 mendatang, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang masing-masing 3,7 persen dan 3,1 persen.
Sebelum ADB, Dana Moneter Internasional awal bulan ini juga mengatakan akan secara substansial menurunkan prospek ekonomi global dalam pembaruan berikutnya setelah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, karena dampak perang Rusia-Ukraina.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Ada Kasus Baru Covid-19, Tianjin China Tutup Bisnis Hiburan hingga Tempat Bimbel
Sejumlah kasus infeksi Covid-19 telah memaksa kota pelabuhan Tianjin di China menutup banyak tempat hiburan dan beberapa sekolah taman kanak-kanak hingga lembaga bimbingan belajar.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (20/7/2022) Tianjin, dengan populasi lebih dari 12 juta dan lokasi pabrik-pabrik perusahaan ternama seperti Boeing dan Volkswagen, melaporkan 11 kasus Covid-19 lokal baru setelah sekitar seminggu nol kasus.
Pejabat Tianjin mengatakan pada Senin malam (18/7) bahwa berbagai tempat hiburan dalam ruangan, seperti tempat karaoke, bar, di dua distrik dengan total lebih dari 2 juta penduduk diperintahkan untuk ditutup, tanpa mengungkapkan tanggal pembukaan kembali.
Salah satu distrik lainnya juga memerintahkan penutupan di taman kanak-kanak dan lembaga bimbingan belajar selama tiga hari.
Namun pelabuhan Tianjin, yang mengelola bisnis bongkar muat kargo pelabuhan, beroperasi secara normal.
Beban kasus di Tianjin dan wilayah China lainnya cukup rendah dalam konteks global selama lebih dari dua tahun, tetapi negara itu mempertahankan kebijakan "dinamis nol-Covid-19 untuk menahan penularan.
Dengan aturan pencegahan Covid-19 nya yang ketat, kebijakan ini memicu hambatan di sejumlah besar bisnis lokal dan mengaburkan prospek ekonomi China.