Liputan6.com, Jakarta - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menargetkan proses go private bisa rampung 2022. Meski begitu, perseroan masih terkendala sejumlah investor independen yang belum berpartisipasi dalam proses delisting perseroan.
"Target kami untuk menyelesaikannya tahun ini. Mudah-mudahan semuanya lancar," kata Direktur Bentoel Internasional Investama, Dinar Shinta Ulie dalam paparan publik perseroan, Rabu (27/7/2022).
Advertisement
Dinar menambahkan, saat ini perseroan tengah mengupayakan untuk mengundang pemegang saham independen agar berpartisipasi dalam proses perseroan menuju go private. Sementara kewajiban perseroan untuk memberikan informasi terkini juga telah dilakukan, baik melalui surat kabar, laman OJK, BEI, maupun laman resmi perseroan.
Merujuk laman Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas saham perseroan sebesar 9,96 persen atau 36.385.995.701 lembar dimiliki oleh British American Tobacco (BAT).
Sementara sisanya 0,04 persen atau 15.140.549 lembr saham dimiliki oleh masyarakat lainnya. Pada 21 Maret 2022, perseroan telah melakukan pendaftaran permohonan dengan nomor 263/Pdt.P/2022/PN.Jkt.Sel pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait permohonan penetapan ketidakhadiran (Afwezigheid) terhadap sebagian pemegang saham perseroan yang tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat dijangkau oleh perseroan yang namanya telah disebutkan di dalam permohonan, dalam rangka perubahan status perseroan dari semula sebagai perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup.
Dinar menambahkan, proses go private dan delisting masih berlanjut hingga saat ini dengan didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang kompeten di bidangnya untuk memastikan perseroan melakukan tiap tahapan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dinar mengatakan, proses go private ini tidak berdampak pada operasional perseroan “Proses ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap operasional perseroan. Jadi ini dua hal yang terpisah. Prosesnya masih berjalan sampai saat ini, kita dibantu konsultan yang ahli di bidangnya,” ujar dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alasan Go Private
Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) akan mengubah status perusahaan menjadi go private dan melakukan penghapusan pencatatan (delisting) saham perseroan.
PT Bentoel Internasional Investama Tbk pun akan meminta persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan go private dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Perseroan akan gelar RUPSLB pada 28 September 2021.
Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 20 Agustus 2021, perseroan menyampaikan sejumlah alasan untuk go private. Perseroan menyatakan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik saat ini relatif kecil yaitu kurang lebih 7,52 persen dari modal ditempatkan perseroan.
“7,29 persen dimiliki oleh satu pihak, sehingga hanya 0,23 persen yang dimiliki pemegang saham publik lainnya, dengan jumlah pemegang saham public saat ini kurang lebih 2.385 pemegang saham,” tulis perseroan.
Saham perseroan itu tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private dengan sejumlah alasan ini:
-Setelah rights issue pada 2016, perseroan tidak melakukan penggalangan dana (capital raising) dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan.
-Kinerja keuangan perseroan merugi yang berpengaruh pada kinerja harga saham.
-Perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2010 karena posisi saldo laba yang negatif.
-Saham perseroan tidak aktif diperdagangkan di BEI.
Advertisement
Selanjutnya
-Sejalan dengan saham yang tidak aktif diperdagangkan di BEI, karena relatif tidak likuidnya perdagangan saham perseroan, tidak mudah bagi pemegang saham untuk melakukan transaksi atas saham mereka melalui BEI.
"Dengan rencana go private, pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar,” tulis perseroan.
Bagi pemegang saham publik yang melaksanakan hak untuk menjual saham miliknya dalam penawaran tender akan mendapatkan harga penawaran yang menarik untuk sahamnya.
Perseroan menawarkan harga Rp 1.000 per saham. Perseroan menilai harga penawaran yang secara signifikan lebih menarik dibandingkan harga penawaran yang disyaratkan dalam POJK Nomor 3/2021 dan Peraturan BEI Nomor I-I.
Harga penawaran Rp 1.000 per saham dalam penawaran tender itu 356,21 persen lebih tinggi dari harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di BEI dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private pada 20 Agustus 2021 yaitu Rp 281 per saham.
Selain itu, 571,43 persen lebih tinggi dari hasil penilaian harga atas saham berdasarkan penilaian penilai independen yaitu Rp 175 per saham.
Gelar RUPSLB, Bentoel Internasional Investama Raih Restu Delisting
Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menyetujui sejumlah agenda termasuk persetujuan rencana go private pada Selasa, (28/9/2021).
RUPSLB PT Bentoel International Investama Tbk terdapat tiga agenda antara lain mengagendakan persetujuan atas rencana go private, persetujuan atas perubahan seluruh anggaran dasar perseroan sehubungan dengan peraturan status perseroan dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup.
Selain itu, pemberian wewenang kepada direksi perseroan untuk melakukan seluruh tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan anggaran dasar perseroan. Selanjutnya perubahan susunan direksi perseroan.
Corporate Brand & ESG Manager PT Bentoel International Investama Tbk, Maria Melissa Riyani Putri mengatakan, RUPSLB tersebut kuorum dan mendapatkan persetujuan pemegang saham.
"Betul (kuorum). Ada tiga agenda persetujuan rencana go private, perubahan anggaran dasar sehubungan dengan perubahan status dari PT Tbk menjadi PT tertutup, dan pergantian Presiden Direktur dari sebelumnya Steven Pore ke Faisal Saif,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa pekan ini.
Adapun sebanyak 97,07 persen pemegang saham menyetujui agenda rencana go private. Ia menuturkan, langkah perseroan setelah RUPSLB, Perseroan akan menjalankan langkah-langkah sesuai persyaratan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).”Jika OJK memberikan persetujuan, perusahaan berencana memulai (voluntary tender offer atau penawaran tender sukarela-red) VTO pada akhir Oktober 2021,” ujar dia.
Advertisement
Hasil RUPSLB
Adapun dalam RUPSLB tersebut juga menyetujui pengunduran diri Steven Gerald Pore sebagai Presiden Direktur Perseroan terhitung sejak ditutupnya rapat serta memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya. Posisi Steven Gerald Pore digantukan oleh Faisal Saif.
Dengan demikian, susunan anggota direksi perseroan sejak 29 Oktober 2021 hingga ditutupnya RUPST 2024 antara lain:
Presiden Direktur: Faisal Saif
Direktur: Martin Arthur Guest
Direktur: Widyo Rulyantoko
Direktur: Dinar Shinta Ulie
Mengutip keterangan tertulis perseroan, Selasa pekan ini, berdasarkan laporan informasi fakta material yang rilis di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), 20 Agustus 2021, British American Tobacco (BAT) selalu pengendali Bentoel akan membeli sisa saham publik di level Rp 1.000 per saham.
Harga itu lebih mahal 226,8 persen dibandingkan harga penutupan terakhir saham RMBA sebelum disuspensi pada 5 Agustus 2021 yaitu Rp 306 per saham. Nominal itu juga 356,21 persen lebih tinggi dari harga rata-rata tertinggi perdagangan harian di BEI dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private pada 20 Agustus 2021.
Perseoran optimistis upaya ini dapat menjadi angin segar bagi perusahaan dan para pemegang saham publik sehingga proses ini segera dapat diselesaikan mengingat jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik saat ini relatif kecil.
Jumlah itu kurang lebih 7,52 persen dari modal ditempatkan perseroan, dengan 7,29 persen dimiliki oleh satu pihak sehingga hanya 0,23 persen yang dimiliki pemegang saham publik lainnya. Jumlah pemegang saham publik saat ini kurang lebih 2.385 pemegang saham.