Tok! The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan 75 Basis Poin

Federal Reserve AS atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pada Rabu (27/7/2022).

oleh Arief Rahman H diperbarui 28 Jul 2022, 07:25 WIB
The Fed. Federal Reserve AS atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pada Rabu (27/7/2022) (www.n-tv.de)

Liputan6.com, Jakarta Federal Reserve AS (The Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pada Rabu (27/7/2022).

Ini menjadi kenaikan suku bunga acuan AS kedua berturut-turut sebesar itu, karena peningkatan inflasi tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran yang jelas.

"Inflasi tetap tinggi, mencerminkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan terkait pandemi, harga pangan dan energi yang lebih tinggi, dan tekanan harga yang lebih luas," kata The Fed dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan kebijakan dua hari dikutip dari Antara, Kamis (28/7/2022).

Bank sentral AS  memastikan akan sangat memperhatikan adanya risiko inflasi.

"Perang (di Ukraina) dan peristiwa terkait menciptakan tekanan tambahan pada inflasi dan membebani aktivitas ekonomi global," kata The Fed.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan pembuat kebijakan The Fed, memutuskan untuk menaikkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 2,25 hingga 2,50 persen dan "mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai."

Pernyataan itu menunjukkan bahwa semua 12 anggota komite memberikan suara untuk keputusan tersebut.

Komite mencatat bahwa mereka juga akan terus mengurangi kepemilikannya atas sekuritas pemerintah dan utang agensi dan sekuritas yang didukung hipotek agensi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pertemuan Juni

Ilustrasi The Fed

Langkah terbaru datang setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan Juni, menandai kenaikan suku bunga paling tajam sejak 1994. The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret dan kemudian sebesar 50 basis poin pada Mei.

Indeks harga konsumen (IHK) utama tetap di atas 8,0 persen sejak Maret tahun ini, sebuah pengingat bahwa The Fed masih harus menempuh jalan panjang untuk mengendalikan inflasi yang meningkat. IHK pada Juni melonjak 9,1 persen dari setahun lalu, mencapai level tertinggi baru empat dekade.

"Sementara kenaikan luar biasa besar lainnya mungkin sesuai pada pertemuan kami berikutnya, itu adalah keputusan yang akan bergantung pada data yang kami dapatkan antara sekarang dan nanti," kata Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (27/7/2022) sore dalam konferensi pers.

Ketua Fed mencatat bahwa kisaran saat ini 2,25 hingga 2,5 persen adalah apa yang FOMC anggap sebagai level netral - yang berarti kebijakan moneter Fed tidak akomodatif atau membatasi.

"Saya pikir komite secara luas merasa, kita perlu membuat kebijakan ke tingkat yang cukup ketat," kata Powell, mengutip proyeksi ekonomi triwulanan terbaru yang dirilis pada Juni, yang menunjukkan bahwa proyeksi median FOMC untuk suku bunga Federal Fund pada akhir tahun ini adalah 3,4 persen.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Tolak Pandangan Resesi

Ada sebanyak 190 saham menghijau sehingga mendukung penguatan ke level 4.483,45.

Ketua Fed menolak pandangan bahwa ekonomi AS sudah dalam resesi, dengan alasan kekuatan pasar tenaga kerja. "Kami tidak mencoba untuk mengalami resesi dan kami tidak berpikir kami harus melakukannya," katanya, sambil mengakui bahwa jalan untuk menghindari resesi telah menyempit dan mungkin semakin menyempit.

Ekonomi AS diperkirakan telah menyusut pada tingkat tahunan 1,2 persen pada kuartal kedua, menurut model GDPNow Federal Reserve Bank of Atlanta yang diperbarui Rabu (27/7/2022).

Dengan penurunan kuartal pertama sebesar 1,6 persen, pertumbuhan negatif kuartal kedua berturut-turut akan memenuhi definisi teknis resesi.

Powell mengatakan kepada wartawan bahwa The Fed melihat "risiko dua sisi" karena terus berjuang melawan inflasi tinggi selama empat dekade.

"Melakukan terlalu banyak dan memaksakan lebih banyak penurunan pada ekonomi daripada yang diperlukan, tetapi risiko melakukan terlalu sedikit dan meninggalkan ekonomi dengan inflasi yang mengakar ini, itu hanya meningkatkan biaya (untuk menanganinya nanti)," katanya.

"Kami berusaha untuk tidak membuat kesalahan," katanya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya