Bursa Saham Asia Melambung Setelah The Fed Dongkrak Suku Bunga

Bursa saham Asia Pasifik menanjak pada Kamis, 28 Juli 2022 usai the Fed dongkrak suku bunga.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 28 Jul 2022, 09:21 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia  Pasifik naik pada Kamis (28/7/2022) seiring keputusan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk melawan inflasi, sebuah langkah yang diharapkan secara luas.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,83 persen pada awal sesi perdagangan dan kini mendatar, sedangkan indeks Topix naik 0,21 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,43 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,66 persen, sedangkan indeks Kosdaq naik 0,32 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,53 persen.

Kenaikan suku bunga membawa Fed fund rate ke level tertinggi sejak Desember 2018. Panduan Ketua Fed Jerome Powell tentang langkah bank sentral selanjutnya mendorong saham AS semalam.

"Ketika sikap kebijakan moneter semakin ketat, kemungkinan akan menjadi tepat untuk memperlambat laju kenaikan sementara kami menilai bagaimana penyesuaian kebijakan kumulatif kami mempengaruhi ekonomi dan inflasi,” katanya, dikutip dari CNBC, Kamis (28/7/2022).

Ekspektasi untuk kenaikan 50 basis poin pada September berada di 65 persen pada Kamis pagi di Asia, menurut Alat FedWatch CME Group. The Fed mengatakan sangat berkomitmen untuk mengurangi inflasi. Powell juga mengatakan tidak berpikir AS saat ini dalam resesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 436,05 poin, atau sekitar 1,4 persen, menjadi 32.197,59. S&P 500 naik 2,62 persen menjadi ditutup pada 4.023,61 dan Nasdaq Composite naik 4,06 persen menjadi 12,032.42 sehari setelah hasil kuartalan dari Alphabet dan Microsoft.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indeks Dolar AS

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sementara itu, di Asia, data penjualan ritel Australia akan dirilis pada Kamis. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bahwa penjualan ritel untuk Juni tumbuh 0,5 persen, dibandingkan dengan 0,9 persen pada Mei.

Pasar Thailand tutup karena libur pada Kamis. Samsung akan melaporkan pendapatan kuartal II setelah panduan pendapatan "lebih baik dari yang ditakuti" awal bulan ini menyebabkan reli saham chip.

Indeks USD berada di 106,366. Angka tersebut turun tajam setelah kenaikan suku bunga Fed. Yen Jepang diperdagangkan pada 136,08 per dolar, setelah melemah melewati level 137 minggu ini. Dolar Australia berada di 0,6995 karena dolar AS melemah.

Harga minyak berjangka naik pada Kamis pagi di Asia. Minyak mentah AS naik 0,68 persen menjadi USD 97,92 per barel, sementara minyak mentah Brent naik 0,49 persen menjadi USD 107,14 per barel.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penutupan Wall Street 27 Juli 2022

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 27 Juli 2022 setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 0,75 persen. Kenaikan suku bunga acuan itu sebagai langkah antisipasi meredam inflasi, tetapi the Fed isyaratkan hal itu dapat memperlambat kenaikannya di beberapa titik.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 436,05 poin atau hampir 1,4 persen menjadi 32197,59. Indeks S&P 500 menanjak 2,62 persen ke posisi 4.023,61. Indeks Nasdaq bertambah 4,06 persen menjadi 12.032,42. Saham teknologi memimpin kenaikan setelah rilis kinerja kuartalan dari Alphabet dan Microsoft.

Saham mencapai posisi tertinggi pada perdagangan sesi Rabu sore, 27 Juli 2022 setelah ketua the Fed Jerome Powell membiarkan pintu terbuka tentang ukuran pergerakan suku bunga bank sentral pada pertemuan berikutnya, September dan mencatat pada akhirnya akan memperlambat besarnya kenaikan suku bunga.

Powell menuturkan, the Fed dapat menaikkan suku bunga 0,75 persen lagi pada September 2022, tetapi itu akan tergantung data.

“ketika sikap kebijakan moneter semakin ketat, kemungkinan akan menjadi tepat untuk memperlambat laju kenaikan sementara kami menilai bagaimana penyesuaian kebijakan kumulatif kami mempengaruhi ekonomi dan inflasi,” ujar dia.

 


Selanjutnya

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Investor juga mendapatkan dorongan setelah Powell mencatat tidak percaya ekonomi saat ini dalam resesi. Rilis produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2022 pada Kamis, 28 Juli 2022 waktu setempat. Investor terus khawatir upaya berkelanjutan bank sentral untuk menurunkan inflasi akan mendorong ekonomi ke dalam resesi, atau mungkin sudah berada dalam resesi.

Kekhawatiran itu mereda setelah Powell menuturkan tidak berpikir AS saat ini dalam resesi. Ia menambahkan, ada terlalu banyak bidang ekonomi yang berkinerja terlalu baik.

“Alasan ini memberikan sedikit kelegaan ke pasar saham adalah the Fed mengakui ada dampak pada pertumbuhan ekonomi berdasarkan kebijakan mereka,” ujar Head of BlackRock iShares Investment Strategy for the Americas,  Gargi Chaudhuri dikutip dari CNBC, Kamis (28/7/2022).

Ia menambahkan, ada dua sisi dari ini, ada upaya melawan inflasi. “Pengakuan itu adalah sesuatu yang kami miliki hari ini yang tidak kami dengar sebelumnya,” kata dia.

Banyak yang anggap dua kuartal berturut-turut dari rilis PBD negatif sebagai resesi, tetapi Biro Riset Ekonomi Nasional, memakai beberapa faktor lain untuk menentukannya. Pembacaan PDB pada Kamis pekan ini diperkirakan menunjukkan hampir tidak ada ekspansi setelah PDB kuartal I 2022 turun 1,6 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya