Sensasi Menyantap Ramen di Pasar Ikan Tsukiji Jepang Versi Tangerang

Pengunjung diajak menikmati ramen seperti suasana di pasar ikan Tsukiji yang terkenal bersih di Jepang.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 28 Jul 2022, 14:00 WIB
Suasana di Roji Romen. (dok. Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - "Irasshaimase, silakan!" ucapan selamat datang dalam bahasa Jepang, kompak diucapkan penuh semangat oleh pegawai restoran Roji Ramen.

Terdengar ramah dan semangat, itulah yang tergambar saat membuka pintu restoran yang menyajikan kuliner mi khas Jepang sebagai menu utama. Belum lagi, mata akan dimanjakan dengan interior restoran yang kental dengan suasana kaki lima sudut kota di Jepang.

Pengelola restoran berusaha menghidupkan suasana Yatai atau warung makan kaki lima dengan meja dan bangku terbuat dari kayu. Khusus pada tema kali ini, Roji Ramen ingin membawa pengunjungnya menikmati ramen di suasana pasar ikan Tsukiji yang berada di Distrik Ginza, Tokyo, Jepang.

"Roji sendiri dibaca dalam bahasa Jepang 'Rozi', artinya gang kecil. Kami berusaha memotret area di Jepang seperti apa, kita bawa," ungkap Nando, Founder Roji Ramen, kepada Liputan6.com, Senin, 25 Juli 2022.

Cabang pertama warung ramen yang berkapasitas 40 orang itu beralamat di Jalan Ir Soekarno Gading, Kabupaten Tangerang. Warung dijaga kebersihannya, sesuai dengan situasi asli pasar ikan itu di Jepang.

Nando mengakutak ingin setengah-setengah dalam mendekorasi gerainya. Ia berusaha memasukkan suasana Tsukiji ke dalam gerai dengan menempelkan beragam poster berbahasa Jepang dan tulisan kanji yang berarti nama-nama toko ikan. Ada juga bagian dinding yang ditempel rolling dor, sehingga terasa pengunjung menyantap ramen di depan toko yang sudah tutup.

"Lantainya juga kami bagi ke tiga aksen, jadi ada lantai yang seolah-olah basah atau becek seperti di Pasar Ikan. Itu hanya ornamen saja, aslinya tidak begitu. Tempat duduk, meja makan juga kami buat dari kayu," tutur Nando.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Busana Pegawai

Suasana di Roji Romen. (dok. Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Di setiap meja makan juga dihiasi unsur pasar ikan, seperti memajang gabus sterofom yang biasa dipakai untuk mengemas ikan. Ada juga timbangan, jaring, ikan yang digantung, dan berbagai ornamen menarik lainnya.

Bahkan, pegawai atau pelayan restorannya pun mengenakan pakaian mirip seperti penjual ikan. Mereka mengenakan kaos putih, celana hitam, celemek, tutup kepala dari handuk tipis putih, hingga mengenakan sepatu booth sebagai alas kaki.

"Jadi ketika dibuka lagi gerai baru, akan berbeda lagi temanya. Kalau ini Pasar Ikan Tsukiji, nanti bisa di gang Jepang mana lagi, tunggu saja," ujar Nando.

Bukan hanya ingin membangun suasana khas Jepang, pengelola Roji Ramen pun menginginkan membawa cita rasa mi yang sangat bercita rasa Jepang. Bahkan, koki yang bertanggung jawab di dapur didatangkan dari Hakata Jepang.

"Secara resep memang diracik langsung dari Koki Jepang, mereka yang handel. Asli dari Hakata, satu wilayah di Jepang yang terkenal ramennya," ungkap Nando.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Pedas dan Non-pedas

Pilihan ramen yang tersedia di Roji Ramen. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Menu ramen yang dihadirkan memiliki beragam cita rasa. Pengunjung penyuka pedas, bisa memilih menu Dotonbori atau Hotto Ramen. Minya pun ada variasi pedas berwarna merah, karena saat diadon menggunakan bubuk cabe khas Jepang.

Penyuka gurih tersedia banyak pilihan, mulai dari Kare, Mazesoba, Shoyu, Shukemen, Kuro, atau mau yang original ramen bisa mencicipi Roji Ramen. Ada juga rasa yang unik yakni menu Kyoto Ramen.

"Sebenarnya semua menu ramen kami menggunakan kuah kaldu ayam, asli dari rebusan ayam. Lalu untuk yang murni kuah kaldu ayam bisa coba Roji Ramen, untuk yang ingin mencoba sensasi kuah matcha, bisa coba Kyoto Ramen," tutur Nando seraya menyebut ramennya tak menggunakan babi, tetapi sertifikat halal masih diproses.

Sajian ramen di restoran berkuah kental namun tidak membuat eneg. Sangat pas dipadu dengan tekstur mie atau ramen yang masih bertekstur lembut namun tidak mudah putus. Apalagi saat mencoba sensasi kuah Kare, rasa gurih dan manis dari biji wijen, sangat terasa di lidah. Begitu juga saat menyeruput ramen yang dipadukan dengan rumput laut, membuat mulut merasakan sensasi yang berbeda.


Harga Menu

Gyoza ala Roji Ramen di Tangeran. (dok. Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Untuk menu pedasnya, Dotonbori dirasa menjadi pilihan tepat. Rasa pedas yang ditimbulkan masih bersahabat dengan lidah dan tidak menutup rasa kaldu ayam. Kuah ataupun minya yang berwarna merah, ternyata dari racikan rahasia dapur kepedasan khas Jepang.

"Ada juga menu pendamping, seperti Gyoza, Tori Karage, Karage Ball, dan sebagainya. Untuk soft opening sampai 16 Agustus nanti, kami memberi penawaran beli dua mangkok Ramen, gratis satu mangkok ramen," ungkap Nando.

Harga pun terbilang murah bila dibandingkan harga semangkok ramen yang dijual di mal. Menu ramen dihargai mulai Rp 35 ribu sampai Rp 42 ribu seporsinya. Sementara, menu pendamping dimulai dari harga Rp 20 ribu.

Tidak kalah penting, di restoran tersebut disediakan minuman ocha dingin yang bisa diisi ulang. Belum lagi berbagai menu saus dan kecap sebagai memperkaya rasa, juga tak kalah banyak.

"Kami juga memastikan semua bahan yang digunakan, baik saus, sop, daging ayam dan lainnya, menggunakan bahan yang halal," kata Nando. 

Infografis Benarkah Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Makanan? (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya