Intip Rencana Bisnis Bentoel Internasional Sebelum Delisting

PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menanti sejumlah regulasi yang akan akomodasi keberlangsungan industri ini, termasuk untuk ekspor.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jul 2022, 14:47 WIB
Paparan publik PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Rabu (27/7/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) mengumumkan sejumlah rencana ekspansi tahun ini. Salah satunya, perseroan saat ini menyusun strategi untuk meningkatkan ekspor.

"Pada 2021, perseroan telah berhasil melakukan ekspor produk-produk berkualitas tinggi ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah yang nilainya mencapai Rp 2,7 triliun," kata Direktur PT Bentoel Internasional Investama Tbk, Dinar Shinta Ulie dikutip, Kamis (28/7/2022).

Di sisi lain, perseroan juga menanti sejumlah regulasi yang akan akomodasi keberlangsungan industri ini, termasuk untuk ekspor. Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama, William Lumentut menambahkan, ekspor merupakan salah satu pilar utama perseroan.

Pada saat bersamaan, perseroan juga juga terus melakukan eksplorasi baik dari sisi produk maupun negara tujuan ekspor. Sayangnya, William belum bisa mengungkapkan lebih rinci mengenai target ekspor sampai akhir tahun.

"Untuk perincian target ekspor kami belum bisa merilis lebih lanjut saat ini. Yang jelas, kami mengerjakan yang terbaik untuk memberikan benefit bagi Indonesia sebagai negara pengekspor, juga bagi perusahaan untuk generate revenue alternative lewat ekspor,” imbuh dia.

Perseroan saat ini juga tengah mengembangkan produk VELO. Yaitu produk inovasi berupa kantong nikotin modern oral all-white untuk para perokok dan pengguna nikotin dewasa. Untuk saat ini, produk tersebut diprioritaskan untuk ekspor, mengingat minat di dalam negeri masih belum besar dibanding luar negeri.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pengembangan Produk

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Bentoel Internasional Investama, Thomas Christian mengatakan, penjualan VELO pada 2021 cukup baik bahkan tumbuh empat kali lipat.

"Di Indonesia industri smokeless belum cukup diterima karena konsumen belum ada kebutuhan secara langsung untuk mengurangi asap ke produk tanpa asap," kata dia.

VELO sebagai kantong nikotin bebas tembakau tanpa asap dan tanpa bau, dengan sensasi rasa yang berbeda, bisa digunakan kapan saja, di mana saja tanpa perlu ribet. VELO ditujukan untuk  yang sudah berusia 18 tahun ke atas, pengguna produk nikotin, bukan perempuan hamil atau menyusui.

Produk ini bisa digunakan sambil beraktivitas tanpa mengganggu orang di sekitar. Cukup letakkan di sela bibir dan gusiatas, dan rasakan sensasinya selama 20 – 30 menit.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Bentoel Internasional Ingin Delisting Rampung pada 2022

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menargetkan proses go private bisa rampung 2022. Meski begitu, perseroan masih terkendala sejumlah investor independen yang belum berpartisipasi dalam proses delisting perseroan.

"Target kami untuk menyelesaikannya tahun ini. Mudah-mudahan semuanya lancar," kata Direktur Bentoel Internasional Investama, Dinar Shinta Ulie dalam paparan publik perseroan, Rabu (27/7/2022).

Dinar menambahkan, saat ini perseroan tengah mengupayakan untuk mengundang pemegang saham independen agar berpartisipasi dalam proses perseroan menuju go private. Sementara kewajiban perseroan untuk memberikan informasi terkini juga telah dilakukan, baik melalui surat kabar, laman OJK, BEI, maupun laman resmi perseroan.

Merujuk laman Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas saham perseroan sebesar 9,96 persen atau 36.385.995.701 lembar dimiliki oleh British American Tobacco (BAT).

Sementara sisanya 0,04 persen atau 15.140.549 lembr saham dimiliki oleh masyarakat lainnya. Pada 21 Maret 2022, perseroan telah melakukan pendaftaran permohonan dengan nomor 263/Pdt.P/2022/PN.Jkt.Sel pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait permohonan penetapan ketidakhadiran (Afwezigheid) terhadap sebagian pemegang saham perseroan yang tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat dijangkau oleh perseroan yang namanya telah disebutkan di dalam permohonan, dalam rangka perubahan status perseroan dari semula sebagai perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup.

Dinar menambahkan, proses go private dan delisting masih berlanjut hingga saat ini dengan didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang kompeten di bidangnya untuk memastikan perseroan melakukan tiap tahapan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dinar mengatakan, proses go private ini tidak berdampak pada operasional perseroan “Proses ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap operasional perseroan. Jadi ini dua hal yang terpisah. Prosesnya masih berjalan sampai saat ini, kita dibantu konsultan yang ahli di bidangnya,” ujar dia.


Alasan Go Private

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) akan mengubah status perusahaan menjadi go private dan melakukan penghapusan pencatatan (delisting) saham perseroan.

PT Bentoel Internasional Investama Tbk pun akan meminta persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan go private dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Perseroan akan gelar RUPSLB pada 28 September 2021.

Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 20 Agustus 2021, perseroan menyampaikan sejumlah alasan untuk go private. Perseroan menyatakan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik saat ini relatif kecil yaitu kurang lebih 7,52 persen dari modal ditempatkan perseroan.

“7,29 persen dimiliki oleh satu pihak, sehingga hanya 0,23 persen yang dimiliki pemegang saham publik lainnya, dengan jumlah pemegang saham public saat ini kurang lebih 2.385 pemegang saham,” tulis perseroan.

Saham perseroan itu tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private dengan sejumlah alasan ini:

-Setelah rights issue pada 2016, perseroan tidak melakukan penggalangan dana (capital raising) dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan.

-Kinerja keuangan perseroan merugi yang berpengaruh pada kinerja harga saham.

-Perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2010 karena posisi saldo laba yang negatif.

-Saham perseroan tidak aktif diperdagangkan di BEI.

 

 


Selanjutnya

Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

-Sejalan dengan saham yang tidak aktif diperdagangkan di BEI, karena relatif tidak likuidnya perdagangan saham perseroan, tidak mudah bagi pemegang saham untuk melakukan transaksi atas saham mereka melalui BEI.

"Dengan rencana go private, pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar,” tulis perseroan.

Bagi pemegang saham publik yang melaksanakan hak untuk menjual saham miliknya dalam penawaran tender akan mendapatkan harga penawaran yang menarik untuk sahamnya.

Perseroan menawarkan harga Rp 1.000 per saham. Perseroan menilai harga penawaran yang secara signifikan lebih menarik dibandingkan harga penawaran yang disyaratkan dalam POJK Nomor 3/2021 dan Peraturan BEI Nomor I-I.

Harga penawaran Rp 1.000 per saham dalam penawaran tender itu 356,21 persen lebih tinggi dari harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di BEI dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private pada 20 Agustus 2021 yaitu Rp 281 per saham.

Selain itu, 571,43 persen lebih tinggi dari hasil penilaian harga atas saham berdasarkan penilaian penilai independen yaitu Rp 175 per saham.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya