Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan secara perlahan usai masuknya subvarian Omicron, BA.4 dan BA.5. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per Kamis, 28 Juli 2022, terjadi penambahan 6.353 kasus infeksi baru dengan pasien meninggal 17 jiwa.
Tembusnya angka enam ribu kasus COVID-19 per hari di Indonesia bukan baru terjadi kali ini saja, melainkan sudah terjadi pada beberapa hari sebelumnya di bulan Juli 2022.
Advertisement
Merespons hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meluncurkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/3615/2022 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Booster Ke-2 Bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Dengan begitu, para tenaga kesehatan (nakes) sudah bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 keempat atau vaksin booster kedua mulai Jumat, 29 Juli 2022. Mengingat mereka menjadi garda terdepan dalam menangani kasus COVID-19.
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpAK mengungkapkan bahwa pemberian vaksin booster kedua bagi nakes memang didasari atas kegelisahan akibat naiknya kasus COVID-19.
"Awal Juni kasus masih rendah, malah kematian pernah nol. Jadi pada waktu itu kita nilai memang belum perlu (booster kedua) nakes karena kasus rendah," ujar wanita yang akrab disapa Prof Sri melalui telepon pada Health Liputan6.com, Kamis (28/7/2022).
"Tapi makin hari sekarang makin tinggi, bahkan sampai enam ribu per hari. Nah itu yang membuat jadi gelisah," tambahnya.
Antibodi Nakes Sudah Menurun
Vaksin booster pertama bagi nakes sudah diberikan sejak Agustus 2021, yang artinya telah melewati jangka waktu enam bulan.
Sri menjelaskan bahwa antibodi pada nakes kemungkinan sudah menurun. Hal tersebut lantaran pemberian vaksin booster pertama bagi nakes dilakukan hampir setahun lalu.
"Nakes ini kan booster pertamanya awal itu bulan Agustus-September tahun lalu. Kalau sampai sekarang memang sudah hampir setahun --- Jadi lewat enam bulan itu pasti menurun," kata Sri.
Terlebih menurut Sri, nakes menjadi kelompok berisiko tinggi. Sehingga penting untuk memperkuat kembali imunitas mereka yang bekerja di lapangan, yang nantinya juga bertugas mengurus pasien COVID-19.
Lebih lanjut Sri menjelaskan bahwa kelompok berisiko pun sebenarnya bukan hanya nakes. Melainkan lansia dan mereka yang memiliki komorbid.
"Tetapi kalau kita lihat, mereka (lansia dan komorbid) booster satunya masih rendah sekali. Kalau nakes itu booster-nya sudah tinggi sekali, cakupannya sudah 100 persen malahan. Jadi sudah waktunya untuk diberikan yang kedua," ujar Sri.
Advertisement
Manfaat Booster Kedua untuk Nakes
Dalam kesempatan berbeda, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa pemberian vaksin COVID-19 keempat atau booster kedua ini memang penting, terutama bagi mereka yang masuk dalam kategori kelompok berisiko.
Menurut Dicky, nakes masuk dalam kelompok berisiko tinggi. Mengingat selain memiliki kemungkinan terpapar dengan orang yang tengah terinfeksi virus Corona, nakes juga bekerja pada lingkungan yang berisiko tinggi.
Sehingga bila nakes mendapatkan dosis keempat, maka yang diuntungkan bukan hanya nakes itu sendiri, melainkan juga masyarakat. Selain itu, pemberian vaksin dosis keempat juga menjadi proteksi bagi mereka yang imunitasnya sudah menurun dari vaksinasi dosis ketiga.
"Vaksin COVID-19 masih ada kelemahan yakni durasi proteksi yang pendek. Pemberian dosis keempat ini penting karena para nakes sudah dapat vaksin dosis ketiga lebih dari empat bulan lalu kan. Apalagi banyak nakes kita yang sudah lansia dan punya komorbid," ujar Dicky melalui keterangan suara pada Health Liputan6.com, Kamis (28/7/2022).
Sasaran Booster Kedua Selanjutnya
Lebih lanjut Dicky menjelaskan bahwa kelompok berisiko tidak berhenti pada nakes. Menurutnya, lansia dan mereka yang memiliki komorbid juga perlu dijadikan pertimbangan sasaran vaksin COVID-19 dosis keempat.
"Jadi kelompok berisiko itu ada dua, berisiko tinggi dari sisi pekerjaan seperti tenaga kesehatan. Kedua, berisiko tinggi karena kondisi tubuhnya, lansia atau komorbid. Nah kalau bicara dari kondisi tubuh, usia 12 tahun ke atas juga bisa komorbid," ujar Dicky.
"Dosis keempat itu sangat penting dan data menunjukkan dari lima studi yang saat ini kita tahu di dunia, itu terlihat sangat signifikan dosis keempat itu untuk menurunkan potensi kematian. Kemudian juga keparahan maupun rumah sakit," tambahnya.
Sehingga Dicky menegaskan, vaksinasi dosis COVID-19 dosis keempat ini seharusnya dilakukan bukan hanya pada nakes. Namun juga bagi kelompok berisiko tinggi lainnya seperti lansia, komorbid, serta lansia dengan komorbid.
"Jangan sampai di tengah program vaksinasi korban berjatuhan, karena sekali lagi, BA.5 itu serius sekali dan bisa meningkatkan hunian rumah sakit," kata Dicky.
Advertisement