Bank Mandiri Tutup 40 Cabang hingga Semester I 2022

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menyatakan penutupan cabang masih akan berlanjut.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jul 2022, 20:01 WIB
Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menutup 40 kantor cabang hingga paruh pertama 2022. Langkah itu menyusul rencana Bank Mandiri untuk mengimplementasikan smart branch guna akomodasi kebutuhan layanan digital perbankan.

"Sampai dengan semester I 2022, sekitar 40 cabang yang kami tutup. Ini akan berlanjut, bukan soal berapa yang akan ditutup tapi seberapa besar kebutuhan nasabah yang akan datang ke cabang," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi dalam paparan kinerja perseroan, Kamis (28/7/2022).

Ia menambahkan, inisiatif smart branch saat ini belum didesain untuk mengurangi jumlah kantor cabang secara drastis.

Sementara perseroan mencermati tingginya transaksi yang menggunakan channel digital milik Bank Mandiri. Sehingga perseroan juga terus melakukan kajian apakah diperlukan langkah yang lebih signifikan, termasuk menjadi bank digital ke depannya.

"Sekarang posisinya kami terus mengkaji, apakah kami perlu untuk melakukan spin off. Tapi sampai dengan saat ini kami akan lebih mengoptimalkan efektivitas engine business kami, inisiatif smart branch. Besok kita akan launching sekitar 241 smart brancess,” imbuh dia.

Mandiri Smart Branch akan hadir dalam tiga tipe kantor cabang, antara lain Digital Box, Hybrid Branch, dan Upgrade Branch. Digital Box akan hadir untuk nasabah yang membutuhkan layanan perbankan secara cepat dan praktis serta ditempatkan di pusat aktivitas masyarakat.

Adapun, tipe Hybrid Branch dapat dimanfaatkan oleh nasabah yang membutuhkan layanan perbankan secara kompleks, tetapi terdigitalisasi. Sementara Upgrade Branch hadir bagi nasabah yang membutuhkan layanan perbankan, namun masih belum siap dengan perubahan digitalisasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kinerja Semester I 2022

Livin' by Mandiri. (Dok. Bank Mandiri)

Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan mengantongi laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun, tumbuh 61,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pada periode tersebut, perseroan dapat mencatatkan pertumbuhan kredit di atas pertumbuhan industri yang sebesar 10,7 persen yoy. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan, realisasi pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi per kuartal II 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22 persen. Lewat pencapaian tersebut Bank Mandiri juga menjadi bank dengan penyaluran kredit terbesar di Indonesia.

"Perbaikan kinerja Bank Mandiri selaras dengan kondisi perekonomian nasional yang masih bertumbuh. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia masih relatif stabil meski diterpa oleh ketidakpastian global," ujar Darmawan dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Bank Mandiri Kuartal II 2022 di Jakarta, Kamis (28/7/2022).

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Kredit Korporasi

Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 dengan didukung komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kredit korporasi yang menjadi penyumbang terbesar dengan pertumbuhan sebesar 10,6 persen yoy, yakni dari Rp 369 triliun menjadi Rp 409 triliun pada akhir Juni 2022. Pertumbuhan kredit ini juga turut mendorong pertumbuhan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi yang mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13 persen yoy sampai dengan akhir Juni 2022.

"Melihat kinerja yang membaik, kami optimis pertumbuhan kredit Bank Mandiri mampu tumbuh di atas 11 persen sampai dengan akhir tahun dengan kualitas aset yang terjaga optimal," imbuh dia.

Dari sisi profitabilitas, bank berkode emiten BMRI ini berhasil mencatat perbaikan. Hal ini terlihat dari net interest margin (NIM) secara konsolidasi yang mencapai 5,37 persen pada Juni 2022, tumbuh 32 basis poin (bps) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, return on equity (ROE) Bank Mandiri secara konsolidasi tercatat sebesar 23,03 persen pada periode yang sama, meningkat 791 bps secara tahunan. Berkat profitabilitas yang membaik, Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun, tumbuh 61,7 persen secara yoy.

 


Dana Pihak Ketiga

Tumpukan uang terlihat di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 dengan didukung komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri hingga Juni 2022 mencapai Rp 1.318,42 triliun, tumbuh 12,76 persen yoy. Pencapaian tersebut juga menjadikan Bank Mandiri dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.

"Bank Mandiri mencatatkan kinerja keuangan progresif sampai kuartal II dan berhasil menjadi grup keuangan terbesar yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi, antara lain terlihat dari pertumbuhan laba bersih konsolidasi sebesar 61.66 persen yoy, rasio kredit macet yang turun menjadi 2,47 persen, serta rasio imbal hasil terhadap ekuitas atau return on equity (ROE) sebesar 23 persen,” beber Darmawan.

Performa kredit Bank Mandiri pun diikuti oleh kualitas aset yang terjaga. Darmawan menjelaskan, Bank Mandiri secara konsisten berhasil menjaga perbaikan lewat monitoring serta manajemen risiko yang ketat.

Hasilnya, hingga pertengahan 2022 posisi rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri (bank only) turun menjadi 2,47 persen. Tidak hanya itu, berkat optimalisasi kualitas aset serta efisiensi, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri pun berhasil ditekan menjadi 1,27 persen pada semester I 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya